Sore ini terlihat sangat cerah. Dari kejauhan tampak bapak-bapak parubaya berkendara motor membawa barang dagangannya. "Totitot…. Totitot…." Suara  terompetnya terdengar begitu nyaring. Kami memanggilnya pak Jainuri. Hampir tiap sore pak Jainuri keliling desa Kureksari untuk menjajakan pentolnya. Saat melewati rumah pak Ghali, mendadak muncul anak balita berusia 3 tahun berlari menyeberang jalan. Pak Jainuri yang terkejut tiba-tiba banting setir. Seketika pentol-pentol pak Jainuri berserakan di tanah. Beruntungnya anak tersebut dan pak Jainuri tidak terluka. Melihat hal itu pak Ghali langsung dengan sigap menolong pak Jainuri dan minta maaf serta mengganti rugi atas kecelakaan yang terjadi. Pak Jainuripun memaafkannya dengan lapang dada dan menolak pertolongan finansial dari pak Ghali. Akhirnya tiba saat adzan maghrib berkumandang. Pak Jainuri menyempatkan sholat di masjid Fathurrahman. Membiarkan motor dan gerobak pentolnya di depan masjid adalah kebiasaannya. Selesai sholat pak Jainuri bertemu kembali dengan pak Ghali. Pak Ghali       : "Assalamu'alaikum wr.wb pak Jainuri…" Pak Jainuri      : "Wa'alaikumussalam wr.wb" Pak Ghali      : "Pak Jainuri, saya benar-benar minta maaf atas kejadian sore tadi pak." Pak Jainuri      : "hehe iya tidak apa-apa pak. Namanya juga anak kecil." Pak Gahli      : "bagaimana bisa jenengan tidak marah sama sekali dengan kejadian tadi pak. Belum lagi saya lihat saat sholat jenengan dengan mudahnya meninggalkan jualan bapak di sini. Apa bapak tidak takut hilang atau dicuri orang? " Pak Jainuri      : "InsyaAllah Allah yang akan menjaganya pak. Segala sesuai yang kita alami adalah atas kehendakNya. Jika Allah sudah berkehendak" Dari cerita tersebut menunjukkan bahwa Pak Jainuri memiliki sifat seorang sufi. Bagaimana cara mengukur tingkatan sufi seseorang?​
Answer
Sabotase di Gelora Bung Karno dan Asian Games 1962 Kekalahan Sriwijaya FC, 3-0 di kandang sendiri, dari Arema pada 21 Juli lalu menjadi tragedi tersendiri. Sebab kekalahan itu membuat ratusan kursi stadion yang akan digunakan untuk laga-laga Asian Games rusak. Padahal kursi-kursi itu dibeli dari Eropa dengan harga mahal. Sepekan berselang, 2 Agustus, giliran sebuah gudang di dekat velodrome Rawamangun terbakar. Sebagian pihak mengaitkan dua insiden tersebut sebagai upaya sabotase bagi jalannya Asian Games yang dibuka mulai Sabtu (18/8) malam ini. Sabotase serupa pernah terjadi menjelang pelaksanaan Asian Games ke empat pada 1962. Kala itu, sekitar pukul 18.45 WIB, 23 Oktober 1961, sebuah percikan api berkobar menjilati beberapa bagian bangunan stadion yang sudah setengah jadi. Kerusakan terparah menimpa bagian atap stadion yang belum seluruhnya selesai. Dari perhitungan kasar, kerugian sekitar tiga persen dari total biaya yang telah dikeluarkan. Sementara kerugian dari keseluruhan stadion utama tak lebih dari satu persen. Pemerintah membentuk dua komisi untuk mengusut kebakaran tersebut untuk mencari tahu penyebab dan meneliti akibat serta membuat rumusan dan saran terbaik agar pembangunan stadion dapat dilanjutkan dengan cepat sesuai jadwal. Banyak pihak meragukan Indonesia dapat menjadi tuan rumah Asian Games akibat kebakaran tersebut. The Straits Times yang terbit di Singapura, misalnya, menulis tentang kebakaran itu sebagai awal tak mungkin terwujudnya Asian Games di Jakarta. "Lonceng Kematian Asian Games telah Berdentang di Jakarta." Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Presiden Asian Games Federation (AGF) lantas mengundang para Executive Committee AGF ke Jakarta pada April 1962. Hasilnya, setelah mendapatkan penjelasan dan meninjau ke lapangan, mereka berkesimpulan tak ada yang perlu dikhawatirkan sebagai dampak kebakaran stadion. Mereka optimistis, pelaksanaan Aisan Games tak perlu ditunda dan tetap sesuai jadwal, 24 Agustus 1962. Sabotase merupakan salah satu bentuk kontravensi, dimana kontravensi merupakan sikap tidak suka dan benci yang tersembunyi namun tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Berdasarkan teks diatas kaitkanlah hubungan antara kompetisi dan kontravensi! ​
Answer
Menumbuhkan Semangat Kekerabatan Selasa 12 Agustus 2008 05:00: Sejalan dengan perkembangan modernitas nilai-nilai sosial lama seperti kebersamaan, kekeluargaan dan kekerabatan cenderung dinafikan, karena dianggap tidak relevan dengan modernitas yang mengandalkan individualitas, progresivitas dalam rangka sebuah kompetisi. Masyarakat modern berpijak pada nilai kompertisi, sementara masyarakat tradisional mengandaikan harmoni. Di tengah masyarakat yang ultra modern ini justru nilai kekerabatan didambakan kembali. Nilai-nilai tersebut tidak begitu saja bisa didikotomikan antara modern dan tradisional, yang berkembang secara linier dalam proses yang pasti, keduanya merupakan pilihan rasional. Orang bisa menjadi modern tanpa harus meninggalkan nilai kekerabatan, ketika bisa membangun hubungan keluarga dan bertetangga serta relasi sosial yang harmonis. adat ketimuran dan keagamaan pada umumnya yang sangat menjunjung nilai kekerabatan. Komunitas agama, komunitas adat sendiri merupakan bentuk kekerabatan dengan pola hidup yang sangat komunitarian, di mana setiap orang bertanggung jawab kepada yang lain, saling percaya dan saling membantu. Dalam Islam sendiri dijelaskan prinsip komunitarianisme itu dalam sebuah sabda Nabi bahwa seorang Muslim terhadap Muslim yang lain ibarat satu tubuh, apabila seorang Muslim sakit, maka Muslim yang lain ikut merasa sakit, sedih, karena itu saling menolong. Untuk membangun bangsa yang kuat mesti diawali dari elemen yang paling kecil yaitu keluarga, kemudian masyarakat. Bila sistem sosialnya komunitarian maka solidaitas sosial akan hidup subur, dan integrasi sosial akan terjadi. Dengan terjadinya integrasi sosial itulah integrasi nasional dengan sendirinya akan terjadi secara alami, tanpa paksaan dari aparat negara, justru integrasi yang alami itu akan melahirkan tidak hanya integrasi nasional yang kuat tetapi juga akan melahirkan negara yang tangguh. Karena itu ketika hendak melakukan nation building persoalan keluarga dan persoalan sosial mesti memperoleh perhatian yang utama. Agama telah menyediakan perangkat seta tata nilai yang mengatur semua itu. Di situlah agama merupakan salah satu mendorong dalam national building dan state building, melalui nilai kekerabatan dan nilai kesetiakawanan yang diajarkan. Antara lain dikatakan bahwa dalam harta benda kaum hartawan terdapat hak kaum fakir miskin. Hak fakir miskin ini disalurkan melalui mekanisme zakat atau sedekah, untuk membantuk masyarakat dan bangsa yang sejahtera. (Abdul Mun'im DZ) menumbuhkan-semangat-kekerabatan Setelah mencermati teks diatas, analisislah peran integrasi kekerabatan dalam mewujudkan integrasi sosial dan harmoni sosial di masyarakat! ​
Answer

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.