Sabotase di Gelora Bung Karno dan Asian Games 1962 Kekalahan Sriwijaya FC, 3-0 di kandang sendiri, dari Arema pada 21 Juli lalu menjadi tragedi tersendiri. Sebab kekalahan itu membuat ratusan kursi stadion yang akan digunakan untuk laga-laga Asian Games rusak. Padahal kursi-kursi itu dibeli dari Eropa dengan harga mahal. Sepekan berselang, 2 Agustus, giliran sebuah gudang di dekat velodrome Rawamangun terbakar. Sebagian pihak mengaitkan dua insiden tersebut sebagai upaya sabotase bagi jalannya Asian Games yang dibuka mulai Sabtu (18/8) malam ini. Sabotase serupa pernah terjadi menjelang pelaksanaan Asian Games ke empat pada 1962. Kala itu, sekitar pukul 18.45 WIB, 23 Oktober 1961, sebuah percikan api berkobar menjilati beberapa bagian bangunan stadion yang sudah setengah jadi. Kerusakan terparah menimpa bagian atap stadion yang belum seluruhnya selesai. Dari perhitungan kasar, kerugian sekitar tiga persen dari total biaya yang telah dikeluarkan. Sementara kerugian dari keseluruhan stadion utama tak lebih dari satu persen. Pemerintah membentuk dua komisi untuk mengusut kebakaran tersebut untuk mencari tahu penyebab dan meneliti akibat serta membuat rumusan dan saran terbaik agar pembangunan stadion dapat dilanjutkan dengan cepat sesuai jadwal. Banyak pihak meragukan Indonesia dapat menjadi tuan rumah Asian Games akibat kebakaran tersebut. The Straits Times yang terbit di Singapura, misalnya, menulis tentang kebakaran itu sebagai awal tak mungkin terwujudnya Asian Games di Jakarta. "Lonceng Kematian Asian Games telah Berdentang di Jakarta." Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Presiden Asian Games Federation (AGF) lantas mengundang para Executive Committee AGF ke Jakarta pada April 1962. Hasilnya, setelah mendapatkan penjelasan dan meninjau ke lapangan, mereka berkesimpulan tak ada yang perlu dikhawatirkan sebagai dampak kebakaran stadion. Mereka optimistis, pelaksanaan Aisan Games tak perlu ditunda dan tetap sesuai jadwal, 24 Agustus 1962. Sabotase merupakan salah satu bentuk kontravensi, dimana kontravensi merupakan sikap tidak suka dan benci yang tersembunyi namun tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Berdasarkan teks diatas kaitkanlah hubungan antara kompetisi dan kontravensi!