yuli822
, sering kita dengar bahwa untuk meningkatkan laju perekonomian masyarakat diperlukan masuknya modal asing. Bener nggak sih pernyataan ini? Lalu bagaimana pandangan Islam tntang Penanaman Modal Asing? Bagaimana Islam memberikan solusi soal pembiayaan pembangunan negara dan masyarakat? Oleh karena itu kali ini Voice of Islam mengangkat topik Penanaman Modal Asing dalam Pandangan Islam.
Ust. Bener nggak sih kalau laju perekonomian masyarakat bisa meningkat dengan masuknya modal asing?
Namun ada satu hal prinsip yang sering dilupakan. Yang namanya pemodal itu tidak akan memodali suatu usaha kalau usaha itu tidak menguntungkan. Jika perlu pihak manajemen pengelola ditekan dengan sedemikian rupa agar keuntungan bisa bertambah. Bagaimana jika bertambahnya keuntungan itu harus mengorbankan masyarakat pemakai produknya, bahkan mengorbankan karyawannya sendiri? Itu tidak jadi hitungan. Dalam dunia kapitalis, nilai-nilai moral, kemanusiaan, apalagi agama tidak dijadikan perhitungan, bahkan tidak boleh dilirik. Moral, kemanusiaan, dan agama hanya dipakai jika dirasa menguntungkan. Jika tidak menguntungkan, buang! Sebagai contoh, belum setengah tahun pihak asing menguasai PT Pelindo II –di mana 65 % arus ekspor impor Indonesia berjalan melalui PT Pelindo II– para pengguna angkutan laut sudah menjerit. Pasalnya, ada rencana kenaikan tarif angkutan laut sebesar 20 %. Padahal, biaya transportasi laut di Indonesia termasuk tinggi, yakni 10,6 % dari biaya perdagangan. Angka ini dua kali lebih mahal daripada rata-rata dunia, yang hanya 5,3 % dari total nilai perdagangan. Penyebab utamanya, karena 50 – 60 % biaya angkutan harus dibayarkan untuk jasa pelabuhan. Bayangkan, bila beban ini harus ditambah dengan kenaikan tarif angkutan laut sebesar 20 %! Jadi, pernyataan laju perekonomian masyarakat akan meningkat dengan masuknya modal asing itu dalam kenyataannya tidak demikian.
Ust. Bener nggak sih kalau laju perekonomian masyarakat bisa meningkat dengan masuknya modal asing?
Namun ada satu hal prinsip yang sering dilupakan. Yang namanya pemodal itu tidak akan memodali suatu usaha kalau usaha itu tidak menguntungkan. Jika perlu pihak manajemen pengelola ditekan dengan sedemikian rupa agar keuntungan bisa bertambah. Bagaimana jika bertambahnya keuntungan itu harus mengorbankan masyarakat pemakai produknya, bahkan mengorbankan karyawannya sendiri? Itu tidak jadi hitungan. Dalam dunia kapitalis, nilai-nilai moral, kemanusiaan, apalagi agama tidak dijadikan perhitungan, bahkan tidak boleh dilirik. Moral, kemanusiaan, dan agama hanya dipakai jika dirasa menguntungkan. Jika tidak menguntungkan, buang! Sebagai contoh, belum setengah tahun pihak asing menguasai PT Pelindo II –di mana 65 % arus ekspor impor Indonesia berjalan melalui PT Pelindo II– para pengguna angkutan laut sudah menjerit. Pasalnya, ada rencana kenaikan tarif angkutan laut sebesar 20 %. Padahal, biaya transportasi laut di Indonesia termasuk tinggi, yakni 10,6 % dari biaya perdagangan. Angka ini dua kali lebih mahal daripada rata-rata dunia, yang hanya 5,3 % dari total nilai perdagangan. Penyebab utamanya, karena 50 – 60 % biaya angkutan harus dibayarkan untuk jasa pelabuhan. Bayangkan, bila beban ini harus ditambah dengan kenaikan tarif angkutan laut sebesar 20 %! Jadi, pernyataan laju perekonomian masyarakat akan meningkat dengan masuknya modal asing itu dalam kenyataannya tidak demikian.