jemry1
Krisis global berdampak sangat signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Dampak tersebut sangat dirasakan oleh perusahaan dan masyarakat terutama yang bekerja sebagai buruh, dampak dari krisis global tersebut antara lain:
Akibat krisis moneter di AS nilai tukar rupiah sempat menembus Rp 14.000 per USD. Hal ini disebabkan karena isu The Fed yang akan menaikan suku bunganya akhir tahun karena perekonomian AS yang sudah mulai membaik akibat krisis subprime mortgage yang terjadi tahun 2008. Hal ini membuat Bank Indonesia menjadi was-was karena sisa cadangan devisa yang digunakan untuk intervensi mata uang rupiah tinggal tersisa US$ 100,240 miliar pada akhir bulan Desember 2015.
Mulai adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) oleh beberapa perusahaan. PHK dilakukan oleh perusahaan karena daya beli masyarakat yang menurun dan biaya produksi yang semakin mahal karena kenaikan dollar, hal ini sangat dirasakan terutama perusahaan yang berorientasi impor bahan baku, mereka lah yang terkena dampak terlebih dahulu. Dari data yang dilaporkan KSPSI (Konfeederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) sekitar 67 ribu buruh sudah di PHK dan sekitar 300 ribu buruh terancam di PHK pada akhir tahun ini.
Krisis yang terjadi membuat bursa saham Indonesia (IHSG) mengalami penurunan yang serius. Dari bulan Januari 2015 hingga bulan Desember 2015 mengalami penurunan dari kisaran level 5.300 an ke level 4.500 an. Secara keseluruhan IHSG mangalami penurunan sebesar 15,1 persen pada tahun 2015. Terjadinya capital outflow ini disebabkan keraguan para investor untuk menanamkan modalnya. Mereka beranggapan bahwa pasar masil belum stabil dan dapat menimbulkan resiko yang cukup besar apabila menanamkan modal.
Nilai tukar rupiah yang membengkak membuat harga-harga barang dipasaran menjadi lebih mahal, terutama untuk barang-barang impor. Apalagi Indonesia merupakan negara pengimpor barang yang cukup besar. Biaya produksi yang semakin mahal membuat perusahaan melakukan efisiensi dan juga menaikan harga karena tidak mau mengalami kerugian. akibatnya daya beli masyarakat menjadi menurun.
Akibat krisis moneter di AS nilai tukar rupiah sempat menembus Rp 14.000 per USD. Hal ini disebabkan karena isu The Fed yang akan menaikan suku bunganya akhir tahun karena perekonomian AS yang sudah mulai membaik akibat krisis subprime mortgage yang terjadi tahun 2008. Hal ini membuat Bank Indonesia menjadi was-was karena sisa cadangan devisa yang digunakan untuk intervensi mata uang rupiah tinggal tersisa US$ 100,240 miliar pada akhir bulan Desember 2015.
Mulai adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) oleh beberapa perusahaan. PHK dilakukan oleh perusahaan karena daya beli masyarakat yang menurun dan biaya produksi yang semakin mahal karena kenaikan dollar, hal ini sangat dirasakan terutama perusahaan yang berorientasi impor bahan baku, mereka lah yang terkena dampak terlebih dahulu. Dari data yang dilaporkan KSPSI (Konfeederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) sekitar 67 ribu buruh sudah di PHK dan sekitar 300 ribu buruh terancam di PHK pada akhir tahun ini.
Krisis yang terjadi membuat bursa saham Indonesia (IHSG) mengalami penurunan yang serius. Dari bulan Januari 2015 hingga bulan Desember 2015 mengalami penurunan dari kisaran level 5.300 an ke level 4.500 an. Secara keseluruhan IHSG mangalami penurunan sebesar 15,1 persen pada tahun 2015. Terjadinya capital outflow ini disebabkan keraguan para investor untuk menanamkan modalnya. Mereka beranggapan bahwa pasar masil belum stabil dan dapat menimbulkan resiko yang cukup besar apabila menanamkan modal.
Nilai tukar rupiah yang membengkak membuat harga-harga barang dipasaran menjadi lebih mahal, terutama untuk barang-barang impor. Apalagi Indonesia merupakan negara pengimpor barang yang cukup besar. Biaya produksi yang semakin mahal membuat perusahaan melakukan efisiensi dan juga menaikan harga karena tidak mau mengalami kerugian. akibatnya daya beli masyarakat menjadi menurun.