Tuliskan berita dari media cetak atau internet, tentang perkelahian pelajar, kegiatan remaja masjid, karang taruna. Berita dibuat dari peristiwa yang dialami atau dilihat
Para pelajar SMAN 109 dan SMAN 60 yang terlibat dalam aksi tawuran yang menewaskan Andi Audi Pratama (16) dikeluarkan dari sekolah masing-masing. Keputusan tersebut mengacu pada instruksi Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
"Guru-guru telah berkesimpulan kalau para peserta didik itu akan dibina oleh orangtua masing-masing. Sekolah sudah angkat tangan. Jadi, mereka di-drop out," kata Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Lasro Marbun, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (17/11/2014).
Menurut Lasro, berdasarkan laporan dari pihak sekolah masing-masing, kebanyakan dari para pelajar ini baru kali pertama terlibat aksi tawuran. Data tersebut menjadi dasar bahwa para siswa itu hanya dikeluarkan, dan tak boleh lagi belajar di SMA negeri di DKI Jakarta.
"Kalau berkali-kali terlibat tawuran, maka tidak diizinkan sekolah di Jakarta. Solusinya, mereka harus bertobat," ujar Lasro. Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa saat ini Dinas Pendidikan DKI sedang mendeteksi keberadaan kelompok atau geng-geng yang ada di sekolah.
Menurut Lasro, sudah ada 15 geng yang dibubarkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta. "Paling banyak memang geng di wilayah Jakarta Selatan karena dilihat dari luasnya dan tingkat ekonomi yang lebih tinggi. Saya akan terus ke lapangan untuk mengecek keberadaan geng-geng itu," imbuh Lasro.
Seperti diberitakan, peristiwa tawuran yang melibatkan pelajar SMAN 109 dan SMAN 60 terjadi pada Jumat (8/11/2014) malam. Peristiwa tersebut menewaskan Andi Audi Pratama, siswa kelas XI SMA 109 Jakarta. Ia diduga menjadi korban pengeroyokan.
Tubuh Andi ditemukan sekarat di sekitar Pejaten Village, dan dilarikan ke RS JMC, Pancoran, Jakarta Selatan, sekitar pukul 23.00 WIB. Meski sempat mendapatkan pertolongan di rumah sakit itu, nyawa Andi tak terselamatkan. Di tubuh Andi terdapat sejumlah luka bacok, seperti di kedua betis, tangan, dan bahu.
Para pelajar SMAN 109 dan SMAN 60 yang terlibat dalam aksi tawuran yang menewaskan Andi Audi Pratama (16) dikeluarkan dari sekolah masing-masing. Keputusan tersebut mengacu pada instruksi Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
"Guru-guru telah berkesimpulan kalau para peserta didik itu akan dibina oleh orangtua masing-masing. Sekolah sudah angkat tangan. Jadi, mereka di-drop out," kata Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Lasro Marbun, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (17/11/2014).
Menurut Lasro, berdasarkan laporan dari pihak sekolah masing-masing, kebanyakan dari para pelajar ini baru kali pertama terlibat aksi tawuran. Data tersebut menjadi dasar bahwa para siswa itu hanya dikeluarkan, dan tak boleh lagi belajar di SMA negeri di DKI Jakarta.
"Kalau berkali-kali terlibat tawuran, maka tidak diizinkan sekolah di Jakarta. Solusinya, mereka harus bertobat," ujar Lasro. Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa saat ini Dinas Pendidikan DKI sedang mendeteksi keberadaan kelompok atau geng-geng yang ada di sekolah.
Menurut Lasro, sudah ada 15 geng yang dibubarkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta. "Paling banyak memang geng di wilayah Jakarta Selatan karena dilihat dari luasnya dan tingkat ekonomi yang lebih tinggi. Saya akan terus ke lapangan untuk mengecek keberadaan geng-geng itu," imbuh Lasro.
Seperti diberitakan, peristiwa tawuran yang melibatkan pelajar SMAN 109 dan SMAN 60 terjadi pada Jumat (8/11/2014) malam. Peristiwa tersebut menewaskan Andi Audi Pratama, siswa kelas XI SMA 109 Jakarta. Ia diduga menjadi korban pengeroyokan.
Tubuh Andi ditemukan sekarat di sekitar Pejaten Village, dan dilarikan ke RS JMC, Pancoran, Jakarta Selatan, sekitar pukul 23.00 WIB. Meski sempat mendapatkan pertolongan di rumah sakit itu, nyawa Andi tak terselamatkan. Di tubuh Andi terdapat sejumlah luka bacok, seperti di kedua betis, tangan, dan bahu.