Bung Karno pernah berpesan “Jas Merah”, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Pesan Bung Karno ini sangatlah penting karena melalui sejarah seseorang dalam lingkup kecil maupun sebuah bangsa dalam lingkup yang lebih luas dapat belajar dari kesalahan dan belajar untuk tidak mengulanginya di masa sekarang dan mendatang. Tetapi bagaimana bila sebuah sejarah yang sangat penting dan menetukan nasib bangsa macam Gerakan 30 September (G30S) ternyata di kemudian hari diketahui bahwa ada upaya pembelokan dan pemelintiran sejarah terhadapnya? Bagaimana bila empat dekade setelahnya ditemukan fakta-fakta yang dapat menimbulkan berbagai versi sebuah peristwa sejarah? Maka inilah enam versi dalang Gerakan 30 September tahun 1965 yang menyebabkan gugurnya 7 perwira ABRI dan menimbulkan genosida yang menewaskan ribuan orang sipil dengan dalih pembersihan komunis dari Indonesia.
Haidar2111
Adalah adanya isu atau rumor tentang Dewan Jendral. Isu ini menimbulkan reaksi tidak hanya para dedengkot PKI tapi juga Presiden Sukarno. Untuk mengantisipasi adanya isu Dewan Jendral yang akan mengadakan Kudeta pada 5 Oktober 1965, maka Presiden sukarno melaui orang-orangnya membentuk apa yang disebut Dewan Revolusi. Mulanya gerakan ini hendak diberi nama Dewan Militer tapi tidak jadi karena ditentang oleh salah seorang dalang dari gerakan tersebut yaitu Syam Kamaruzzaman, wakil Aidit di Biro Khusus yang dulunya ketua Partai Serikat Buruh Pelabuhan. Untuk mendahului gerakan Dewan Jendral tersebut maka Dewan Revolusi memandang penting untuk melakukan gerakan dalam upaya menyelamatkan kedudukan presiden sekaligus masa depan PKI. Maka atas saran dari D.N Aidit, Presiden Sukarno memerintahkan Men/Pangau laksamana Omar Dani untuk menyelesaikan masalah ini secara damai. Oleh Omar Dani karena ini gerakan tertutup maka garis komando harus dibuat terputus-putus mirip gerakan terorisme. Disinilah factor yang membuat G30S diselimuti oleh misteri yang akan saya jelaskan kemudian. Omar Dani lantas mengutus orang kepercayaannya, Brigjen Suparjo,yang waktu itu Pangkopur Kalimantan Timur untuk balik ke Jakarta dan menjalankan misi ini. Untuk menjalankan misi ini agar garis komando menjadi terputus, maka Brigjen Suparjo mengangkat Mayor Sujono ( Komandan Resimen Pertahanan Pangkalan, Indoktrinator KONTRAR, orang yang melatih sukarelawan dan sukarelawati sebanyak 1000 orang sebagai cikal bakal angkatan ke 5), Kolonel A. Latief (Komandan Brigif I) dan letkol Untung ( Komandan Yon I Tjakrabirawa).
Bung Karno pernah berpesan “Jas Merah”, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Pesan Bung Karno ini sangatlah penting karena melalui sejarah seseorang dalam lingkup kecil maupun sebuah bangsa dalam lingkup yang lebih luas dapat belajar dari kesalahan dan belajar untuk tidak mengulanginya di masa sekarang dan mendatang. Tetapi bagaimana bila sebuah sejarah yang sangat penting dan menetukan nasib bangsa macam Gerakan 30 September (G30S) ternyata di kemudian hari diketahui bahwa ada upaya pembelokan dan pemelintiran sejarah terhadapnya? Bagaimana bila empat dekade setelahnya ditemukan fakta-fakta yang dapat menimbulkan berbagai versi sebuah peristwa sejarah? Maka inilah enam versi dalang Gerakan 30 September tahun 1965 yang menyebabkan gugurnya 7 perwira ABRI dan menimbulkan genosida yang menewaskan ribuan orang sipil dengan dalih pembersihan komunis dari Indonesia.