sebutkan unsur ekstrinsik dari cerita tersebut!
-nilai moral ?
-nilai sosial ?
-nilai agama ?
-nilai pendidikan ?
-nilai budaya ?
HIKAYAT MUSANG BERJANGGUT*
Alkisah Kemala al-Arifin, anak seorang biaperi yang diangkat menjadi anak Raja Syali Ariman. Setelah besar dan khatam pengajiannya, maka ia pun disuruh kawin. Kemala al-Arifin tidak mau kawin, katanya semua perempuan di dalam negeri itu betina belaka, tiada seorang pun perempuan. Baginda heran mendengar kata-kata anak angkatnya, tetapi memberi izin kepada Kemala al-Arifin mencari seorang istri yang betul-betul perempuan dan bukan betina. Belanja kawin dan perbekalan sebanyak tiga ribu ringgit juga disediakan. Tetapi kalau Kemala al-Arifin gagal, ia takkan diampuni, karena sudah menurunkan marwah sekalian perempuan di dalam negeri. Maka Kemala al-Arifin pun berangkatlah dengan membawa satu punjutan beras yang sudah dicampur dengan berbagai jenis makanan seperti rempah-rempah, kacang, gula, anak ikan dan nyiur. Ke mana pun ia pergi, ia selalu meminta orang memasakkan berasnya ini, tetapi tiada yang sanggup. Akhirnya selepas enam bulan di jalan, sampailah Kemala al-Arifin di negeri Askalan Rum. Dia menumpang di rumah seorang peladang yang bernama Paman dan meminta supaya berasnya dimasak. Dang Seri Arif Laksana, anak perempuan Paman yang sangat rupawan lagi arif bijaksana itu, menuangkan beras itu ke dalam nyiur, lalu diindangnya, dipilih beras sama beras, rempah sama rempah, gula sama gula, ikan sama ikan dan nyiur sama nyiur. Hatta beberapa lama, hidangan yang sangat lezat pun tersedia. Kemala al-Arifin sangat gembira, karena "perempuan" yang dicarinya sudah ditemui. Pada malam hari, Paman bercerita kepada anak istrinya segala kelakuan Kemala al-Arifin; misalnya mencari rumah yang tiada berdapur dan mengembangkan payung semasa berjalan di dalam hutan. Dang Seri Arif Laksana menerangkan segala perbuatan Kemala al-Arifin yang kelihatan agak aneh. Keterangannya itu semua didengar oleh Kemala al-Arifin yang makin suka hatinya, seperti kejatuhan gunung manikam rasanya. Pada keesokan harinya, Kemala al-Arifin pun meminang Dang Seri Arif Laksana pada bapaknya. Peminangan diterima dengan baik. Maka berlangsunglah pesta perkawinan yang ramai, tujuh hari tujuh malam lamanya. Setelah genap tiga bulan, Kemala al-Arifin pun teringat akan perjanjiannya dengan baginda, lalu berjalan pulang ke negeri bersama-sama dengan istrinya. Selang beberapa lamanya, Kemala al-Arifin dan istri pun sampailah di dalam negeri lalu pergi menghadap baginda di istana. Semua orang tercengang melihat rupa Dang Seri Arif Laksana yang seperti bidadari dari surga cantiknya. Raja Muda, Bendahara, Toh Menteri, Temenggung dan Tuan Kadi, masing-masing berdoa supaya Kemala al-Arifin mati atau kena suatu bencana supaya mereka dapat meminang istrinya. Niat yang jahat ini juga timbul di dalam hati raja sendiri. Pada suatu hari, raja berpura-pura uzur dan meminta Kemala al-Arifin pergi mencari obatnya, yaitu hati musang berjanggut. Raja juga mengancam akan menghukumnya, kalau ia gagal. Dengan hati yang masygul, Kemala al-Arifin pulang ke rumahnya. Dang Seri Arif Laksana menyabarkan hati suaminya dengan berkata bahwa tujuan baginda mungkin hanya hendak menasba hatinya saja, karena suaminya pernah berkata tiada akan beristrikan betina dan hendak mencari perempuan. Lalu disuruh suaminya bersembunyi di rumah sambil mengabarkan bahwa Kemala al-Arifin sudah pergi mencari musang berjanggut. Kadi, Temenggung, Bendahara, Raja Muda dan Raja, semua hendak datang untuk melepaskan rindu dendam mereka. Dengan bijaknya, Dang Seri Arif Laksana mengatur supaya mereka datang pada waktu yang berlainan, lalu mempermainkan mereka. Kadi yang malang itu dikurung dalam peti. Pada keesokan harinya, Kemala al-Arifin membawa peti itu ke istana dan berkata bahwa musang berjanggut yang hendak dicari oleh baginda sudah tertangkap. Semua orang tercengang tatkala melihat yang di dalam peti itu ialah tuan Kadi. Maka sadarlah baginda bahwa istri Kemala al-Arifin itu betul-betul seorang perempuan dan bukan betina. Dianugerahinya gelar Datuk Seri Pada Arifin kepada Kemala al- Arifin dan gelar Toh Puan Lela Mengerna kepada Dang Seri Arif Laksana. Raja Muda, Bendahara, Temenggung, dan Menteri juga masing-masing memberi hadiah kepada suami istri ini.