Istilah Alkitab berasal dari kata "Al-Kitab" (bahasa Arab: الكتاب) berarti "buku" atau "kitab". Di negeri-negeri berbahasa Arab sendiri Alkitab disebut sebagai "Al-Kitab Al-Muqaddas" (bahasa Arab: الكتاب المقدس). A. KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA
1. Mengenal Kitab Suci Perjanajian Lama Kitab Suci Perjanjian Lama yang kita kenal sekarang, pada mulanya disarikan dari kumpulan cerita tentang bangsa Israel dalam hubungannya dengan sejarah keselamatan. Salah satunya tentang kisah penciptaan manusia. Akhirnya, dengan proses yang panjang, cerita-cerita yang berkembang dalam perjalanan hidup bangsa Israel ditulis oleh pengarang Kitab Suci atas dasar ilham Roh Kudus. Lalu dikumpulkan dan disusun menjadi sebuah buku utuh seperti yang kita miliki sekarang. Isi Perjanjian Lama memuat kisah mulai dari penciptaan sampai dengan perjuangan bangsa Israel melawan penindasan agama oleh Antiokhus IV Ephipanes yang berakhir dengan kemenangan bangsa Israel. (Kitab Makabe) Istilah “Perjanjian Lama” kita kenal berasal dari Santo Paulus. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, ia mengatakan “ Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung ini masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan.
Ketika Tuhan Yesus hidup di dunia, orang Yahudi sudah mempunyai sebuah "Kitab", yang pada masa itu sudah diakui sebagai Firman Allah, bahkan Tuhan Yesus sendiri pun sering mengutipnya, yaitu Alkitab Perjanjian Lama yang kita pakai sekarang. Adapun Perjanjian Baru yang kita baca baru terbentuk setelah melewati masa penetapan yang cukup panjang.
Tuhan Yesus Kristus sendiri tidak menulis buku apapun bagi kita. Berita yang Dia sampaikan saat berkhotbah disebut sebagai Injil, yang berarti kabar baik atau berita yang membawa berkat, yaitu kabar baik tentang kasih Allah yang besar, tujuan dan kehendak-Nya atas diri manusia. Tuhan menyampaikan segala kebenaran secara lisan kepada murid-murid-Nya, dan menugaskan mereka untuk memberitakannya secara turun temurun, bersaksi bagi-Nya di mana-mana tempat, baik yang jauh maupun yang dekat. Sebelum Kristus mati, bangkit dan naik ke sorga, Dia memberikan perintah kepada murid-muridNya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia, setelah mereka menerima Roh Kudus, mereka pun pergi ke segala penjuru untuk memberitakan kabar baik, Allah menyelamatkan manusia. Sebab itu, diawal perkembangan kekristenan, Kristus dan murid-murid tidak mempertimbangkan akan meninggalkan karya tulis bagi kita. Pada awal pemberitaan mereka, ayat-ayat yang mereka kutip untuk membuktikan ajaran Kristus hanyalah Perjanjian Lama saja, namun setelah Kristus naik ke sorga, kekristenan menjadi semacam gerakan yang berkuasa, berkembang dengan amat pesat, dan setelah melalui jangka waktu yang cukup panjang, karena kebutuhan masing-masing tempat dan masalah praktis di pelbagai bidang, barulah muncul beberapa tulisan awal, itulah tahap pertama dari penulisan Perjanjian Baru.
Menulis empat Injil adalah tahap kedua, hal itu kita ketahui dari pendahuluan Injil Lukas: "Teofilus yang mulia, banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar". (Luk. 1:1-4).
Berdasarkan beberapa ayat itu, dapat diketahui dengan jelas, ada banyak catatan tentang pelayanan Kristus yang dipaparkan di hadapan Lukas, dia tidak mengatakan, semua catatan itu tepat adanya, namun mengisyaratkan bahwa catatan- catatan itu tidaklah lengkap atau tidak sempurna.
Surat Paulus, juga merupakan representatif dari permulaan Perjanjian Baru. Setelah Paulus mengakhiri perjalanan Pekabaran Injilnya ke Asia Kecil dan pulang ke Antiokhia, dia mendengar berita tentang iman orang Kristen yang baru percaya di Galatia mengalami krisis besar (Gal. 1:6; 3:1). Karena dia tidak bisa segera mengunjungi mereka, maka dia merasa perlu untuk menulis surat menasihati mereka untuk tekun memelihara iman di dalam Kristus, agar tidak dikalahkan oleh bidat, di bawah gerakan Roh Kudus dia menuliskan Surat Galatia. Untuk alasan yang sama, dia juga menulis Surat 1 dan 2Tesalonika, Surat Korintus dan lain-lain, dengan alasan yang sama rasul Petrus juga menuliskan dua buah surat.
Ringkasnya, zaman ini bisa disebut sebagai masa permulaan dari Kitab Perjanjian Baru. Gereja, bapa gereja, ajaran bidat, dan karangan fiktif pada zaman itu merefleksikan bahwa saat itu Perjanjian Baru telah memberi pengaruh yang cukup mendalam, orang-orang yang mengutip ayat-ayat Perjanjian Baru juga semakin serius dan semakin tertib.
Istilah Alkitab berasal dari kata "Al-Kitab" (bahasa Arab: الكتاب) berarti "buku" atau "kitab". Di negeri-negeri berbahasa Arab sendiri Alkitab disebut sebagai "Al-Kitab Al-Muqaddas" (bahasa Arab: الكتاب المقدس).
A. KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA
1. Mengenal Kitab Suci Perjanajian Lama
Kitab Suci Perjanjian Lama yang kita kenal sekarang, pada mulanya disarikan dari kumpulan cerita tentang bangsa Israel dalam hubungannya dengan sejarah keselamatan. Salah satunya tentang kisah penciptaan manusia. Akhirnya, dengan proses yang panjang, cerita-cerita yang berkembang dalam perjalanan hidup bangsa Israel ditulis oleh pengarang Kitab Suci atas dasar ilham Roh Kudus. Lalu dikumpulkan dan disusun menjadi sebuah buku utuh seperti yang kita miliki sekarang.
Isi Perjanjian Lama memuat kisah mulai dari penciptaan sampai dengan perjuangan bangsa Israel melawan penindasan agama oleh Antiokhus IV Ephipanes yang berakhir dengan kemenangan bangsa Israel. (Kitab Makabe)
Istilah “Perjanjian Lama” kita kenal berasal dari Santo Paulus. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, ia mengatakan “ Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung ini masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan.
Ketika Tuhan Yesus hidup di dunia, orang Yahudi sudah mempunyai sebuah "Kitab", yang pada masa itu sudah diakui sebagai Firman Allah, bahkan Tuhan Yesus sendiri pun sering mengutipnya, yaitu Alkitab Perjanjian Lama yang kita pakai sekarang. Adapun Perjanjian Baru yang kita baca baru terbentuk setelah melewati masa penetapan yang cukup panjang.
Tuhan Yesus Kristus sendiri tidak menulis buku apapun bagi kita. Berita yang Dia sampaikan saat berkhotbah disebut sebagai Injil, yang berarti kabar baik atau berita yang membawa berkat, yaitu kabar baik tentang kasih Allah yang besar, tujuan dan kehendak-Nya atas diri manusia. Tuhan menyampaikan segala kebenaran secara lisan kepada murid-murid-Nya, dan menugaskan mereka untuk memberitakannya secara turun temurun, bersaksi bagi-Nya di mana-mana tempat, baik yang jauh maupun yang dekat. Sebelum Kristus mati, bangkit dan naik ke sorga, Dia memberikan perintah kepada murid-muridNya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia, setelah mereka menerima Roh Kudus, mereka pun pergi ke segala penjuru untuk memberitakan kabar baik, Allah menyelamatkan manusia. Sebab itu, diawal perkembangan kekristenan, Kristus dan murid-murid tidak mempertimbangkan akan meninggalkan karya tulis bagi kita. Pada awal pemberitaan mereka, ayat-ayat yang mereka kutip untuk membuktikan ajaran Kristus hanyalah Perjanjian Lama saja, namun setelah Kristus naik ke sorga, kekristenan menjadi semacam gerakan yang berkuasa, berkembang dengan amat pesat, dan setelah melalui jangka waktu yang cukup panjang, karena kebutuhan masing-masing tempat dan masalah praktis di pelbagai bidang, barulah muncul beberapa tulisan awal, itulah tahap pertama dari penulisan Perjanjian Baru.
Menulis empat Injil adalah tahap kedua, hal itu kita ketahui dari pendahuluan Injil Lukas: "Teofilus yang mulia, banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar". (Luk. 1:1-4).
Berdasarkan beberapa ayat itu, dapat diketahui dengan jelas, ada banyak catatan tentang pelayanan Kristus yang dipaparkan di hadapan Lukas, dia tidak mengatakan, semua catatan itu tepat adanya, namun mengisyaratkan bahwa catatan- catatan itu tidaklah lengkap atau tidak sempurna.
Surat Paulus, juga merupakan representatif dari permulaan Perjanjian Baru. Setelah Paulus mengakhiri perjalanan Pekabaran Injilnya ke Asia Kecil dan pulang ke Antiokhia, dia mendengar berita tentang iman orang Kristen yang baru percaya di Galatia mengalami krisis besar (Gal. 1:6; 3:1). Karena dia tidak bisa segera mengunjungi mereka, maka dia merasa perlu untuk menulis surat menasihati mereka untuk tekun memelihara iman di dalam Kristus, agar tidak dikalahkan oleh bidat, di bawah gerakan Roh Kudus dia menuliskan Surat Galatia. Untuk alasan yang sama, dia juga menulis Surat 1 dan 2Tesalonika, Surat Korintus dan lain-lain, dengan alasan yang sama rasul Petrus juga menuliskan dua buah surat.
Ringkasnya, zaman ini bisa disebut sebagai masa permulaan dari Kitab Perjanjian Baru. Gereja, bapa gereja, ajaran bidat, dan karangan fiktif pada zaman itu merefleksikan bahwa saat itu Perjanjian Baru telah memberi pengaruh yang cukup mendalam, orang-orang yang mengutip ayat-ayat Perjanjian Baru juga semakin serius dan semakin tertib.