YaniSonefany
Sebelumnya telah di bahas sejarah suku baduy sekarang saya akan berbagi adat istiadat suku baduy yaitu namanya tradisi Seba. Di baduy di kenal ada yang namanya Seba. Seba berasal dari bahasa sunda yaitu Saba yang artinya berkunjung atau silaturahmi. Seba adalah melakukan kunjungan resmi kepada penguasa beserta mengirim hasil bumi, ritual ini di lakukan sebagai bentuk silaturahmi dan bukti kesetiaan warga Baduy kepada pemerintah. Disini melalui Bupati dan Gubernur. Seba di selenggarakan satu tahun sekali. Seba terbagi dua, seba kecil dan seba besar. Seba kecil ketika hasil panen menghasilkan panen yang tidak berlimpah, maka pemimpin baduy akan mengadakan seba kecil saja. Yaitu menyerahkan hasil panen saja tanpa di tambah dengan perangkat dapurnya. Sedangkan seba besar memerlukan persiapan lebih besar. Artinya selain hasil panen yang di serahkan, juga akan di tambah dengan pelengkap dapur. Seba besar di adakan ketika hasil panen melimpah ruah. Namun pada intinya, masyarakat baduy pasti akan mengadakan seba ini, karena ini sudah merupakan tradisi suku baduy setiap tahun. Sebelum tradisi seba di adakan, akan di awali dengan ritual Kawalu. Kawalu artinya suku baduy tidak boleh menerima tamu dari luar selama 3 bulan. Jadi buat sobat yang berniat akan melancong ke Baduy, pastikan bukan dalam masa Kawalu. Seba besar membutuhkan persiapan fisik yang luar biasa terutama untuk warga baduy dalam. Karena dalam pelaksanaannya harus menghadap ke bupati atau gubernur langsung. Dan perjalanan tersebut di tempuh harus tanpa naik kendaraan dan tidak menggunakan alas kaki. Biasanya mereka akan sampai di kantor gubernur sekitar 3 hari perjalanan. Kantor gubernur banten terletak di Jl.Letjen Kiyai Sjam’un kota Serang. Jarak dari Baduy di Pegunungan Kendeng ke pendopo gubernur Banten sekitar 95 km. Akan tetapi, hanya masyarakat baduy dalam saja yang tidak naik kendaraan dan tanpa alas kaki. Mereka berjalan kaki dari desanya menuju Rangkasbitung yang berjarak 40 km. Kemudian di lanjutkan esok harinya ke pendopo Gubernur, jaraknya sekitar 50 km. sedangkan untuk warga baduy luar menggunakan kendaraan, karena meraka sudah menerima budaya luar. Disini uniknya, bisa di bayangkan warga Baduy dalam berjalan kaki dan tanpa pakai alas kaki dengan jarak tempuh 95 km. Seperti seba tahun ini, di laksanakan tanggal 27-28 april 2012. Di mulai hari jumat tiba di pendopo kabupaten Lebak. Langsung di terima oleh Bapak H. Jayabaya. Mereka biasa menyebutnya dengan Bapak Gede. Masyarakat baduy yang hadir berjumlah 1388 orang. Terdiri dari anak-anak sampai orang tua. Tapi para perempuannya tidak ikut serta. Setelah itu keesokan harinya di lanjutkan ke pendopo gubernur di kota Serang. Di terima langsung oleh Ibu Gubernur Rt.Atut Chosiyah. Warga Baduy menyebutnya Ibu Gede. Warga baduy di wakili oleh pemimpinnya, yaitu Jaro Dainah dan Saidi Putra, mereka menyampaikan rasa syukur atas panen tahun ini dan sekaligus menyampaikan unek-unek atau permasalahan yang ada di masyarakatnya sebagai bentuk laporan kepada Bupati. Sedangkan dari pihak bupati, hadir jajaran kepala daerah dan pejabat muspida setempat. Biasanya yang hadir yaitu Jaro sebagai wakil dari Pu’un, tokoh adat kajeroan, tokoh adat panamping, tokoh adat pemuda. Khusus untuk tokoh pemuda di maksudkan sebagai bahan pengalaman dan pembelajaran nanti ke depan sebagai calon penerus. Seperti sifat dasar warga baduy, mereka menyampaikan apapun permasalahan yang ada di baduy kepada pemerintah dengan tegas, lugas, tanpa basa-basi, terbuka, tepat dan tidak menutup-nutupi. Tradisi suku baduy ini merupakan tanggung jawab semua warganya supaya berlangsung sukses. Semua warga memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan seba tahunan supaya berjalan dengan lancar. Sesuai dengan pakem, keharusan, dan arahan dari pemimpin mereka. Kemudian esok harinya di lanjutkan dengan perjalanan menuju kantor gubernur banten di serang. Di terima langsung oleh ibu gubernur yang biasa di panggil oleh masyarakat Baduy dengan Ibu Gede. Dengan agenda yang sama, yaitu silaturahmi ke kepala pemerintahan. Hj. Atut Chosiah sangat mengapresiasi apa yang di lakukan oleh masyarakat baduy dengan adat istiadat seba ini. Karena artinya seba ini menunjukan bahwa warga Baduy tetap menjaga kelangsungan hutan terbukti dengan banyaknya oleh-oleh berupa hasil hutan mereka.Adapun hasil bumi yang di serahkan baik ke bupati atau gubernur berrmacam-macam seperti pisang, padi, gula aren, coklat, biji kopi dan lain-lain.
Seba terbagi dua, seba kecil dan seba besar. Seba kecil ketika hasil panen menghasilkan panen yang tidak berlimpah, maka pemimpin baduy akan mengadakan seba kecil saja. Yaitu menyerahkan hasil panen saja tanpa di tambah dengan perangkat dapurnya. Sedangkan seba besar memerlukan persiapan lebih besar. Artinya selain hasil panen yang di serahkan, juga akan di tambah dengan pelengkap dapur. Seba besar di adakan ketika hasil panen melimpah ruah. Namun pada intinya, masyarakat baduy pasti akan mengadakan seba ini, karena ini sudah merupakan tradisi suku baduy setiap tahun.
Sebelum tradisi seba di adakan, akan di awali dengan ritual Kawalu. Kawalu artinya suku baduy tidak boleh menerima tamu dari luar selama 3 bulan. Jadi buat sobat yang berniat akan melancong ke Baduy, pastikan bukan dalam masa Kawalu. Seba besar membutuhkan persiapan fisik yang luar biasa terutama untuk warga baduy dalam. Karena dalam pelaksanaannya harus menghadap ke bupati atau gubernur langsung. Dan perjalanan tersebut di tempuh harus tanpa naik kendaraan dan tidak menggunakan alas kaki. Biasanya mereka akan sampai di kantor gubernur sekitar 3 hari perjalanan. Kantor gubernur banten terletak di Jl.Letjen Kiyai Sjam’un kota Serang. Jarak dari Baduy di Pegunungan Kendeng ke pendopo gubernur Banten sekitar 95 km.
Akan tetapi, hanya masyarakat baduy dalam saja yang tidak naik kendaraan dan tanpa alas kaki. Mereka berjalan kaki dari desanya menuju Rangkasbitung yang berjarak 40 km. Kemudian di lanjutkan esok harinya ke pendopo Gubernur, jaraknya sekitar 50 km. sedangkan untuk warga baduy luar menggunakan kendaraan, karena meraka sudah menerima budaya luar. Disini uniknya, bisa di bayangkan warga Baduy dalam berjalan kaki dan tanpa pakai alas kaki dengan jarak tempuh 95 km.
Seperti seba tahun ini, di laksanakan tanggal 27-28 april 2012. Di mulai hari jumat tiba di pendopo kabupaten Lebak. Langsung di terima oleh Bapak H. Jayabaya. Mereka biasa menyebutnya dengan Bapak Gede. Masyarakat baduy yang hadir berjumlah 1388 orang. Terdiri dari anak-anak sampai orang tua. Tapi para perempuannya tidak ikut serta. Setelah itu keesokan harinya di lanjutkan ke pendopo gubernur di kota Serang. Di terima langsung oleh Ibu Gubernur Rt.Atut Chosiyah. Warga Baduy menyebutnya Ibu Gede.
Warga baduy di wakili oleh pemimpinnya, yaitu Jaro Dainah dan Saidi Putra, mereka menyampaikan rasa syukur atas panen tahun ini dan sekaligus menyampaikan unek-unek atau permasalahan yang ada di masyarakatnya sebagai bentuk laporan kepada Bupati. Sedangkan dari pihak bupati, hadir jajaran kepala daerah dan pejabat muspida setempat.
Biasanya yang hadir yaitu Jaro sebagai wakil dari Pu’un, tokoh adat kajeroan, tokoh adat panamping, tokoh adat pemuda. Khusus untuk tokoh pemuda di maksudkan sebagai bahan pengalaman dan pembelajaran nanti ke depan sebagai calon penerus. Seperti sifat dasar warga baduy, mereka menyampaikan apapun permasalahan yang ada di baduy kepada pemerintah dengan tegas, lugas, tanpa basa-basi, terbuka, tepat dan tidak menutup-nutupi. Tradisi suku baduy ini merupakan tanggung jawab semua warganya supaya berlangsung sukses. Semua warga memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan seba tahunan supaya berjalan dengan lancar. Sesuai dengan pakem, keharusan, dan arahan dari pemimpin mereka.
Kemudian esok harinya di lanjutkan dengan perjalanan menuju kantor gubernur banten di serang. Di terima langsung oleh ibu gubernur yang biasa di panggil oleh masyarakat Baduy dengan Ibu Gede. Dengan agenda yang sama, yaitu silaturahmi ke kepala pemerintahan. Hj. Atut Chosiah sangat mengapresiasi apa yang di lakukan oleh masyarakat baduy dengan adat istiadat seba ini. Karena artinya seba ini menunjukan bahwa warga Baduy tetap menjaga kelangsungan hutan terbukti dengan banyaknya oleh-oleh berupa hasil hutan mereka.Adapun hasil bumi yang di serahkan baik ke bupati atau gubernur berrmacam-macam seperti pisang, padi, gula aren, coklat, biji kopi dan lain-lain.