Pemimpin Syarikat Islam (SI) ini menyadari bahwa umat Islam yang tertindas, diubah oleh penjajah menjadi seperti tertidur lelap. Tidak lagi menyadari bahwa dirinya memiliki tanah air, bangsa, dan agama yang terjajah.
Kondisi ini diperparah dengan mereka pasrah tanpa minat untuk melepaskan dirinya dari penindasan yang tiada melelahkan gairah hidupnya. Umat Islam sebagai mayoritas, yang sedang kehilangan seorang pemimpin yang berani membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa mereka sedang tertindas dan terjajah.
Konsep Cokroaminoto, Lima-K
Dengan mencontoh kepemimpinan Rasulullah SAW, Cokroaminoto berjuang membangkitkan kesadaran umat Islam. Bangkit dengan Al Qur’an dan sunnah. Melalui konsep Lima-K dibangunlah kesadaran umat Islam yang sedang terlena dan lupa akan martabat dirinya, agar bangkit menjadi bangsa yang merdeka:
Pertama, Kemauan.
Seperti yang diingatkan oleh Rasulullah SAW, bahwa dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Bila rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Sebaliknya, bila baik maka baiklah seluruh kerja tubuhnya. Apa itu ? Qolbu, sumber gerak motivasi manusia.
Dari pengertian tersebut, Cokroaminoto membangkitkan terlebih dahulu kemauan umat Islam. Apabila umat Islam telah bangkit kemauannya maka umat Islam akan memiliki kekuatan yang tak terhingga.
Tidakkah menurut teori Carl von Clausewitz, ON War bahwa untuk dapat memenangkan perang, maka yang harus diutamakan dan dijadikan target serangan adalah destruction of the enemy’s will (penghancuran kemauan lawan). (Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, hal 62)
Kedua, Kekuatan.
Tidaklah benar, suatu bangsa menjadi “terkalahkan” apabila wilayahnya sudah diduduki. Hal tersebut masih dapat direbut kembali wilayahnya, apabila yang terkalahkan masih mempunyai kemauan.
Oleh karena itu, Cokroaminoto memprioritaskan membangun kekuatan dari kemauan umat. Nusantara Indonesia boleh saja diduduki oleh penjajah, tetapi tidaklah berarti telah terkalahkan pula kemauan umat Islam sebagai mayoritas rakyat Indonesia.
Ketiga, kemenangan.
Apabila kemauan yang menumbuhkan kekuatan, dan kedua-duanya telah dijadikan landasan dasar gerak juang umat, maka dapat diperhitungkan hasilnya, In syaa Allah akan memperoleh kemenangan.
Pemimpin Syarikat Islam (SI) ini menyadari bahwa umat Islam yang tertindas, diubah oleh penjajah menjadi seperti tertidur lelap. Tidak lagi menyadari bahwa dirinya memiliki tanah air, bangsa, dan agama yang terjajah.
Kondisi ini diperparah dengan mereka pasrah tanpa minat untuk melepaskan dirinya dari penindasan yang tiada melelahkan gairah hidupnya. Umat Islam sebagai mayoritas, yang sedang kehilangan seorang pemimpin yang berani membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa mereka sedang tertindas dan terjajah.
Konsep Cokroaminoto, Lima-K
Dengan mencontoh kepemimpinan Rasulullah SAW, Cokroaminoto berjuang membangkitkan kesadaran umat Islam. Bangkit dengan Al Qur’an dan sunnah. Melalui konsep Lima-K dibangunlah kesadaran umat Islam yang sedang terlena dan lupa akan martabat dirinya, agar bangkit menjadi bangsa yang merdeka:
Pertama, Kemauan.
Seperti yang diingatkan oleh Rasulullah SAW, bahwa dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Bila rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Sebaliknya, bila baik maka baiklah seluruh kerja tubuhnya. Apa itu ? Qolbu, sumber gerak motivasi manusia.
Dari pengertian tersebut, Cokroaminoto membangkitkan terlebih dahulu kemauan umat Islam. Apabila umat Islam telah bangkit kemauannya maka umat Islam akan memiliki kekuatan yang tak terhingga.
Tidakkah menurut teori Carl von Clausewitz, ON War bahwa untuk dapat memenangkan perang, maka yang harus diutamakan dan dijadikan target serangan adalah destruction of the enemy’s will (penghancuran kemauan lawan). (Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, hal 62)
Kedua, Kekuatan.
Tidaklah benar, suatu bangsa menjadi “terkalahkan” apabila wilayahnya sudah diduduki. Hal tersebut masih dapat direbut kembali wilayahnya, apabila yang terkalahkan masih mempunyai kemauan.
Oleh karena itu, Cokroaminoto memprioritaskan membangun kekuatan dari kemauan umat. Nusantara Indonesia boleh saja diduduki oleh penjajah, tetapi tidaklah berarti telah terkalahkan pula kemauan umat Islam sebagai mayoritas rakyat Indonesia.
Ketiga, kemenangan.
Apabila kemauan yang menumbuhkan kekuatan, dan kedua-duanya telah dijadikan landasan dasar gerak juang umat, maka dapat diperhitungkan hasilnya, In syaa Allah akan memperoleh kemenangan.
1. Mendirikan Sarekat Islam yang merupakan perkumpulan para pedagang Islam
2. Pernah menjadi salah satu Aktivis dalam budi Utomo
semoga membantu, maaf kalau salah