Nama raja dari Kerajaan Tarumanegara lainnya yang tercatat dalam Naskah Wangsakerta adalah Raja Purnawarman. Raja Purnawarman memerintah Kerajaan Tarumanegara dari tahun 395–434 Masehi.
Ia bergelar Sri Maharaja Purnwarman Sang Iswara Digwijaya Bhima Prakarma Suryamaha Purasa Jagatpati. Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin oleh Raja Purnawarman.
Dalam sejarah kerajaan Tarumanegara tertulis, kemasyuran kerajaan ini diabadikan dalam Prasasti zaman Purnawarman mengenai dibangunnya pelabuhan dan beberapa sungai sebagai sarana perekonomian. Pada masa pemerintahan Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara juga memperluas kekuasaan dengan menaklukkan raja-raja kecil di Jawa Barat.
Selain itu, pemerintahan di masa Purnawarman sangat memperhatikan pemeliharaan aliran sungai. Seperti pada tahun 410 Masehi, Raja Purnawarman memperbaiki Kali Gangga hingga Sungai Cisuba yang terletak di daerah Cirebon. Selain itu, di tahun 334 Saka atau 421 Masehi, Purnawarman memperindah daerah aliran Sungai Cupu yang mengalir hingga istana raja.
Bahkan di tahun 335 Saka atau 413 Masehi, Purnawarman memerintahkan membangun Sungai Sarasah atau Sungai Manuk Rawa atau sekarang lebih dikenal dengan Sungai Cimanuk. Ia juga memperbaiki alur Sungai Gomati dan Sungai Candrabaga, yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Rajadirajaguru, kakeknya di tahun 339 Saka atau 417 Masehi.
Sungai Gomati dan Sungai Candrabaga sendiri menurut para ahli, dikenal sebagai Sungai Bekasi sekarang. Terakhir, pada tahun 341 Saka atau 419 Masehi, ia juga memerintahkan untuk memperdalam Sungai Citarum yang merupakan sungai terbesar di wilayah Kerajaan Tarumanegara.
Ternyata perhatian Raja Purnawarman terhadap sungai-sungai ini membawa dampak positif. Di antaranya, keberadaan sungai-sungai ini dapat memperteguh daerah-daerah yang dibangun sebagai daerah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara.
Perlu Pahamifren ketahui, sungai pada masa itu berperan penting sebagai sarana perekonomian. Secara tidak langsung, pembangunan sungai-sungai yang dilakukan oleh Raja Purnawarman bisa membangkitkan perekonomian pertanian dan perdagangan pada saat itu.
Pasca Kepemimpinan Raja Purnawarman
Setelah Raja Purnawarman bertahta, ada beberapa nama raja lain seperti Wisnuwarman yang berkuasa di tahun 434–455 Masehi. Raja Wisnuwarman kemudian digantikan anak beliau, yang bernama Indrawarman pada tahun 455–515 Masehi. Setelah Raja Indrawarman turun tahta, Raja Candrawarman menggantikannya pada tahun 515–535 Masehi, lalu dilanjutkan oleh Raja Suryawarman pada tahun 535–561 Masehi.
Sepeninggal Raja Suryawarman, raja-raja kerajaan Tarumanegara berturut-turut adalah Raja Kertawarman (561–628 Masehi), Raja Sudhawarman (628–639 Masehi), Raja Hariwangsawarman (639–640 Masehi), Raja Nagajayawarman (640–666 Masehi), hingga raja terakhirnya adalah Raja Linggawarman, yang berkuasa dari tahun 666–669 Masehi.
Saat itu, Raja Linggawarman tidak memiliki putera. Ia hanya memiliki dua orang puteri. Puteri sulung Raja Linggawarman bernama Puteri Manasih. Puteri Manasih menikah dengan Tarusbawa yang kelak menggantikan Linggawarman menjadi raja. Sedangkan, puteri bungsu Raja Linggawarman bernama Puteri Sobakancana menikah dengan Dapunta Hyang Sri Jayanasa, yang kelak menjadi pendiri kerajaan terbesar di Indonesia, Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Mengenai Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Keberadaan Kerajaan Tarumanegara dapat dilihat dari 7 buah prasasti yang berkisah tentang sejarah kerajaan Tarumanegara. Sebagian besar prasasti-prasasti itu ditemukan di daerah Bogor dan penamaan 7 prasasti tersebut didasarkan pada lokasi penemuan masing-masing prasasti. Kita bahas satu-persatu, ya, Pahamifren.
Prasasti Ciaruteun
Pertama, ada Prasasti Ciaruteun. Pada prasasti ini terdapat gambar telapak kaki, lukisan laba-laba, dan huruf ikal melingkar. Prasasti Ciareuten ini berisi:
Jawaban:
Nama raja dari Kerajaan Tarumanegara lainnya yang tercatat dalam Naskah Wangsakerta adalah Raja Purnawarman. Raja Purnawarman memerintah Kerajaan Tarumanegara dari tahun 395–434 Masehi.
Ia bergelar Sri Maharaja Purnwarman Sang Iswara Digwijaya Bhima Prakarma Suryamaha Purasa Jagatpati. Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin oleh Raja Purnawarman.
Dalam sejarah kerajaan Tarumanegara tertulis, kemasyuran kerajaan ini diabadikan dalam Prasasti zaman Purnawarman mengenai dibangunnya pelabuhan dan beberapa sungai sebagai sarana perekonomian. Pada masa pemerintahan Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara juga memperluas kekuasaan dengan menaklukkan raja-raja kecil di Jawa Barat.
Selain itu, pemerintahan di masa Purnawarman sangat memperhatikan pemeliharaan aliran sungai. Seperti pada tahun 410 Masehi, Raja Purnawarman memperbaiki Kali Gangga hingga Sungai Cisuba yang terletak di daerah Cirebon. Selain itu, di tahun 334 Saka atau 421 Masehi, Purnawarman memperindah daerah aliran Sungai Cupu yang mengalir hingga istana raja.
Bahkan di tahun 335 Saka atau 413 Masehi, Purnawarman memerintahkan membangun Sungai Sarasah atau Sungai Manuk Rawa atau sekarang lebih dikenal dengan Sungai Cimanuk. Ia juga memperbaiki alur Sungai Gomati dan Sungai Candrabaga, yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Rajadirajaguru, kakeknya di tahun 339 Saka atau 417 Masehi.
Sungai Gomati dan Sungai Candrabaga sendiri menurut para ahli, dikenal sebagai Sungai Bekasi sekarang. Terakhir, pada tahun 341 Saka atau 419 Masehi, ia juga memerintahkan untuk memperdalam Sungai Citarum yang merupakan sungai terbesar di wilayah Kerajaan Tarumanegara.
Ternyata perhatian Raja Purnawarman terhadap sungai-sungai ini membawa dampak positif. Di antaranya, keberadaan sungai-sungai ini dapat memperteguh daerah-daerah yang dibangun sebagai daerah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara.
Perlu Pahamifren ketahui, sungai pada masa itu berperan penting sebagai sarana perekonomian. Secara tidak langsung, pembangunan sungai-sungai yang dilakukan oleh Raja Purnawarman bisa membangkitkan perekonomian pertanian dan perdagangan pada saat itu.
Pasca Kepemimpinan Raja Purnawarman
Setelah Raja Purnawarman bertahta, ada beberapa nama raja lain seperti Wisnuwarman yang berkuasa di tahun 434–455 Masehi. Raja Wisnuwarman kemudian digantikan anak beliau, yang bernama Indrawarman pada tahun 455–515 Masehi. Setelah Raja Indrawarman turun tahta, Raja Candrawarman menggantikannya pada tahun 515–535 Masehi, lalu dilanjutkan oleh Raja Suryawarman pada tahun 535–561 Masehi.
Sepeninggal Raja Suryawarman, raja-raja kerajaan Tarumanegara berturut-turut adalah Raja Kertawarman (561–628 Masehi), Raja Sudhawarman (628–639 Masehi), Raja Hariwangsawarman (639–640 Masehi), Raja Nagajayawarman (640–666 Masehi), hingga raja terakhirnya adalah Raja Linggawarman, yang berkuasa dari tahun 666–669 Masehi.
Saat itu, Raja Linggawarman tidak memiliki putera. Ia hanya memiliki dua orang puteri. Puteri sulung Raja Linggawarman bernama Puteri Manasih. Puteri Manasih menikah dengan Tarusbawa yang kelak menggantikan Linggawarman menjadi raja. Sedangkan, puteri bungsu Raja Linggawarman bernama Puteri Sobakancana menikah dengan Dapunta Hyang Sri Jayanasa, yang kelak menjadi pendiri kerajaan terbesar di Indonesia, Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Mengenai Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Keberadaan Kerajaan Tarumanegara dapat dilihat dari 7 buah prasasti yang berkisah tentang sejarah kerajaan Tarumanegara. Sebagian besar prasasti-prasasti itu ditemukan di daerah Bogor dan penamaan 7 prasasti tersebut didasarkan pada lokasi penemuan masing-masing prasasti. Kita bahas satu-persatu, ya, Pahamifren.
Prasasti Ciaruteun
Pertama, ada Prasasti Ciaruteun. Pada prasasti ini terdapat gambar telapak kaki, lukisan laba-laba, dan huruf ikal melingkar. Prasasti Ciareuten ini berisi:
Vikkrantasyavanipat eh
Srimatah Purnnavarmmanah
Tarumanagarendrasya
Visnoriva Padadvayam
Penjelasan:
Semoga membantu#maafkalosalah