Dewasa ini, pengaruh kebudayaan industri telah melanda kehidupan masyarakat kita dalam segala bidang. Seni pertunjukan wayang yang awalnya masih mengutamakan nilai - nilai adiluhung, kini telah bergeser dan mengalami pendangkalan mutu. Pertunjukan wayang kini cenderung "melayani" selera pasar sebagai sarana hiburan sehingga estetikanya terabaikan. Filsafat wayang yang sarat dengan pesan-pesan moral, tidak lagi menyentuh hati nurani penontonnya. Penonton lebih tertarik dengan penampilan para pelawak dan penyanyi dangdut yang disisipkan dalam adegan - adegan limbuk-cangik dan goro-goro. Acara hiburan ini berlangsung sampai berjam-jam. Sesudah itu, penonton banyak yang meninggalkan arena pertunjukan. Adapun sisa waktu yang hanya sedikit, tidak cukup untuk membentangkan jalannya cerita sesuai dengan yang dipergelarkan. Akibatnya, pertunjukan wayang kehilangan intisarinya sebagai tuntunan hidup, dan hanya sebagai tontonan yang kurang berbobot. Di beberapa daerah, bahkan sering terjadi kerusuhan di kalangan para penontonnya yang suka mabuk-mabukan. Tampilnya para penyanyi dangdut dan campursari yang biasanya masih muda dan cantik-cantik, sering menjadi pemicu keonaran penonton preman yang hanya ingin berhura-hura. Mereka tidak segan-segan mengancam dalangnya untuk segera mulai dengan acara dangdutan dan memaksa para penyanyi tampil dengan berdiri di tengah arena. Sering juga terjadi tawuran antar kelompok, bahkan sampai mengakibatkan korban jiwa. Pelayanan selera pasar tidak saja terbatas di tempat pergelaran, tetapi juga merambah ke siaran televisi. Penampilan dalang yang diselingi dengan hiburan lawakan dan lagu-lagu pop sering kebablasan, bahkan ikut juga merusak mutu seni pedalangan. Memang dengan cara penayangan di televisi seperti itu, jumlah penonton bisa mencapai ratusan ribu dan inilah yang diharapkan oIeh para pengusaha dengan memasang iklan di televisi. Pergelaran wayang di televisi mungkin menjadi lahan bisnis yang bisa meraup keuntungan cukup besar. Meskipun demikian, dampak negatifnya sebagai sebuah pelecehan kesenian adiluhung, sama sekali tidak rnenjadi perhatiannya. Menghadapi begitu besar dan beratnya persaingan secara komersial, para dalang yang mumpuni dalam penguasaan seni pedalangan, sering tidak berdaya untuk menolak pihak penanggap yang menginginkan acara pergelaran wayang hanya dilihat dari kacamata "hura-hura". Akibatnya, pertunjukan wayang lebih berat pada hiburannya dibandingkan dengan fungsi pendidikan moralnya. Jika saja para empu yang dengan penuh mengabdikan jiwanya pada seni pewayangan bisa menyaksikan rusaknya pergelaran wayang seperti itu, bisa dibayangkan betapa hancur luluh perasaannya. Padahal ketika menciptakan karya seni pewayangan, meliputi bentuk wayangnya, karawitannya, gubahan ceritanya yang sarat dengan nilai-nilai filsafat, serta seni yang serba adiluhung, sikapnya dalarn berkarya senantiasa mendekatkan jiwanya dengan Sang Maha Pencipta. Dengan sikap jiwa dan pengabdian secara total itulah tercipta seni adiluhung. Kita sebagai ahli waris budaya, seharusnya bisa melestarikannya, mengembangkan, dan mengagungkannya, dan bukan melecehkannya. Untunglah masih banyak dalang yang memiiiki sikap kokoh dalam upaya mempertahankan keadiluhungan wayang dan seni pedalangannya. Berkat sikap seperti itulah wayang masih bisa dikenali sebagai warisan budaya leluhur yang patut dilestarikan. Upaya melestarikan tidak berarti bahwa tradisi seni pedalangan menjadi statis. Seperti halnya setiap kebudayaan, pasti mengalami perubahan sesuai dengan zaman dan perkembangan masyarakatnya. Demikian pula dengan seni pedalangan yang banyak mengalami perkembangan. Teknologi modern dimanfaatkan untuk meningkatkan daya pesona pertunjukan wayang. Tata cahaya dan tata suara kini dikelola dengan canggih sehingga menghasilkan efek-efek yang mengesankan. Garapan ceritanya tidak terbatas pada pakem-pakem lama saja tetapi digubah secara kontekstual dengan situasi dan suasana kehidupan masyarakat dewasa ini. Di samping itu, lembaga yang bergerak di bidang seni pewayangan juga tiada henti-hentinya berupaya mempertahankan nilai—nilai seni dan mengembangkannya lebih ianjut. Di antara lembaga pembinaan wayang yang cukup berprestasi adalah SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan lndonesia) dan PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia). Di dunia internasional, wayang iuga telah tercatat sebagai karya seni budaya yang adiluhung. Lembaga internasienal yang menangani masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan adaiah UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization). Soalnya yang pelatihan 1 No 1-10
Answer

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.