Sengsara Membawa Nikmat Oleh: Tulis Sutan Sati .................................... Pada tepi jalan di pasar kampung itu kelihatan lada, ayam, dan lain-lain sebagainya. Dua orang muda memuat barang-barang itu ke dalam pedati. Setelah selesai, Midun dan Maun pun bersalam dengan ayah-bunda masing-masing, yang ketika itu ada pula di sana menolong memuat barang itu ke dalam pedati. Mereka kedua minta izin, lalu bersiap akan berangkat. Ketika Midun bersalam minta maaf kepada ibunya, lama benar tangannya maka dilepaskan ibunya. Amat berat hati ibu itu melepas anaknya ke Bukittinggi. Sungguhpun Bukittinggi tidak berapa jauh dari kampungnya, tetapi tak ubah hal ibu Midun sebagai seorang yang hendak melepas anaknya dapat bahaya. Rasa-rasa tampak kepada ibu itu bahaya yang akan menimpa anaknya, karena Midun dimusuhi orang. Tetapi ia terpaksa harus melepas Midun, anak yang sangat dikasihinya itu. Maka berangkatlah Midun dan Maun menumpang pedati yang membawa barang-barangnya itu. Dari kampungnya ke Bukittinggi adalah semalam perjalanan dengan pedati. Ia berangkat pada petang hari Jumat. Pagi-pagi hari Sabtu, sebelum matahari terbit, sudah sampai di Bukitttinggi. Di dalam perjalanan keduanya adalah selamat saja. Belum tinggi matahari terbit, barangbarang yang dibawanya diborong oleh orang Cina dengan harga Rp160,00. Setelah itu keduanya pergi makan ke sebuah lepau nasi dan menghitung laba masing-masing. Barang yang berpokok Rp50,00 dijual Rp100,00 dan beruntung Rp50,00. Penjualan lain kepunyaan ibunya Rp60,00 disimpan mereka uangnya. Setelah dipotong biaya, lalu dibaginya dua keuntungan itu, yaitu Rp20,00 seorang. Sesudah makan Midun berkata, “Sungguh bukan sedikit untung kita, Maun! Patutlah Datuk Palindih lekas benar kayanya. Belum lama ia jadi saudagar, sudah banyak ia membeli sawah uang yang diperniagakannya pun tidak sedikit, karena berpuluh pedati ia membawa barang-barang yang telah dibelinya. Maukah Maun berniaga pula nanti?” “Baik, saya pun amat suka berniaga,” jawab Maun ... Jika pandai menjalankan perniagaan, memang lekas benar naiknya. Tapi jatuhnya mudah pula. Lihatlah Baginda Sutan itu! Dari sekaya-kayanya jatuh jadi semiskin-miskinnya. Sekarang pikirannya tidak sempurna lagi.” “Benar katamu itu. Karena Baginda Sutan sangat tamak akan uang dan sangat kikir pula, ia dihukum Tuhan. Boleh jadi ia berniaga terlampau banyak mengambil untung, lalu dimurkai Allah. Kekikirannya jangan dikata lagi. Bajunya baju hitam yang sudah berkilat lehernya, karena tidak bercuci. Baunya pun tidak terperikan busuknya. Uang seduit dibalik-baliknya dulu baru dibelanjakan. .................................... (Sumber: Sengsara Membawa Nikmat, 2004) 1. tuliskan isi ringkasan tersebut!
Answer
Sengsara Membawa Nikmat Oleh: Tulis Sutan Sati .................................... Pada tepi jalan di pasar kampung itu kelihatan lada, ayam, dan lain-lain sebagainya. Dua orang muda memuat barang-barang itu ke dalam pedati. Setelah selesai, Midun dan Maun pun bersalam dengan ayah-bunda masing-masing, yang ketika itu ada pula di sana menolong memuat barang itu ke dalam pedati. Mereka kedua minta izin, lalu bersiap akan berangkat. Ketika Midun bersalam minta maaf kepada ibunya, lama benar tangannya maka dilepaskan ibunya. Amat berat hati ibu itu melepas anaknya ke Bukittinggi. Sungguhpun Bukittinggi tidak berapa jauh dari kampungnya, tetapi tak ubah hal ibu Midun sebagai seorang yang hendak melepas anaknya dapat bahaya. Rasa-rasa tampak kepada ibu itu bahaya yang akan menimpa anaknya, karena Midun dimusuhi orang. Tetapi ia terpaksa harus melepas Midun, anak yang sangat dikasihinya itu. Maka berangkatlah Midun dan Maun menumpang pedati yang membawa barang-barangnya itu. Dari kampungnya ke Bukittinggi adalah semalam perjalanan dengan pedati. Ia berangkat pada petang hari Jumat. Pagi-pagi hari Sabtu, sebelum matahari terbit, sudah sampai di Bukitttinggi. Di dalam perjalanan keduanya adalah selamat saja. Belum tinggi matahari terbit, barangbarang yang dibawanya diborong oleh orang Cina dengan harga Rp160,00. Setelah itu keduanya pergi makan ke sebuah lepau nasi dan menghitung laba masing-masing. Barang yang berpokok Rp50,00 dijual Rp100,00 dan beruntung Rp50,00. Penjualan lain kepunyaan ibunya Rp60,00 disimpan mereka uangnya. Setelah dipotong biaya, lalu dibaginya dua keuntungan itu, yaitu Rp20,00 seorang. Sesudah makan Midun berkata, “Sungguh bukan sedikit untung kita, Maun! Patutlah Datuk Palindih lekas benar kayanya. Belum lama ia jadi saudagar, sudah banyak ia membeli sawah uang yang diperniagakannya pun tidak sedikit, karena berpuluh pedati ia membawa barang-barang yang telah dibelinya. Maukah Maun berniaga pula nanti?” “Baik, saya pun amat suka berniaga,” jawab Maun ... Jika pandai menjalankan perniagaan, memang lekas benar naiknya. Tapi jatuhnya mudah pula. Lihatlah Baginda Sutan itu! Dari sekaya-kayanya jatuh jadi semiskin-miskinnya. Sekarang pikirannya tidak sempurna lagi.” “Benar katamu itu. Karena Baginda Sutan sangat tamak akan uang dan sangat kikir pula, ia dihukum Tuhan. Boleh jadi ia berniaga terlampau banyak mengambil untung, lalu dimurkai Allah. Kekikirannya jangan dikata lagi. Bajunya baju hitam yang sudah berkilat lehernya, karena tidak bercuci. Baunya pun tidak terperikan busuknya. Uang seduit dibalik-baliknya dulu baru dibelanjakan. .................................... (Sumber: Sengsara Membawa Nikmat, 2004) 1. Buatlah 2 pertanyaan dan jawaban dari kutipan novel 2. tentukan nama tokoh, sifat , serta bukti kalimat yg endukung dari kutipan novel tersebut 3. jelaskan cara pengarang menggambarkan watak tokoh berserta data tekstual
Answer
Tolong besok dikumpulkan Nasi GorengOleh: Duryatin Amal (Bobo No. 35/XXX) Rima dan Ramli tinggal bertiga dengan ibu mereka. Rima kini baru masuk SLTP. Dan Ramli naik ke kelas IV SD. Ibu mereka bekerja sebagai pencuci pakaian di beberapa rumah besar. Walaupun demikian, Rima dan Ramli tetap bercita-cita tinggi. Mereka selalu rajin belajar dan tidak putus asa. Tahun ini, Rima sangat bangga, karena ia diterima di salah satu SLTP Negeri favorit. Rima harus menjalani MOS (Masa Orientasi Siswa) selama tiga hari pertama.Pada masa itu, ia bisa berkenalan dengan siswa lainnya. Juga dengan kakak kelas dan dengan program sekolahnya. Pada hari kedua MOS, Kak Mimi, salah satu kakak OSIS memberi pengumuman, "Adik-adik kelas satu, besok ada acara tukaran makanan. Jadi kalian semua harus bawa makanan sendiri-sendiri. Nantinya akan saling ditukarkan!""Kak, makanannya misalnya apa, Kak?" tanya salah seorang anak."Oh, ya! Harus nasi lengkap dengan lauk dan sayuran. Harganya minimal Rp 2000,00." Setelah Kak Mimi pergi, Rima jadi bingung sendiri. Dia akan membawa nasi dan lauk apa? Di rumahnya tak ada lauk yang enak dan istimewa. Paling hanya tempe dan tahu. Di rumah, bisanya Rima menambahkan kecap di nasi putihnya. Itu sudah terasa nikmat sekali baginya. Tapi kalau Rima membawa menu seperti itu ke sekolah, ia takut diejek kawan-kawannya. Setiba di rumah, Rima menceritakan tugasnya itu kepada Ibu. "Rim, sekarang Ibu mau kerja dulu. Kamu saja yang memikirkan menu apa akan kamu bawa. Kalau bisa, yang murah-murah saja. Agar Ibu sanggup membelinya," kata Ibu. Namun, sampai ibunya pulang kerja, Rima belum juga menemukan jalan keluarnya. Untungnya, pada saat sedang belajar malam, ia menemukan ide. Rima bergegas menemui ibunya."Bu, bagaimana kalau besok Rima bawa nasi goreng saja? Murah dan mudah kan Bu?" ujar Rima."Benar juga. Kalau begitu, besok pagi-pagi akan Ibu buatkan nasi goreng," kata Ibu sambil menguap. Rima iba melihat ibunya. Ibu Rima sebenarnya belum terlalu tua. Namun karena ia bekerja sangat keras. wajahnya tampak lebih tua dari usia sebenarnya. Paginya, Rima membantu ibunya memasak nasi goreng. Nasi goreng itu lalu dibungkus dengan daun pisang yang diambil dari kebunnya."Terima kasih, ya, Bu. Rima berangkat dulu, ya!" pamit Rima pada ibunya. Dengan gembira ia mengayuh sepeda tuanya menuju ke sekolah. Beberapa saat kemudian, Rima sudah berada di dalam kelas. Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya tibalah acara yang dinanti-nanti Rima. Acara pertukaran makanan. "Adik-adik kelas satu, sudah bawa makanan semua, kan?" tanya Kakak OSIS."Sudah, Kak!" jawab murid-murid kelas satu serentak. Makanan yang dibawa murid-murid lalu dikumpul di meja guru. Rima mulai tegang. Bagaimana jika makanannya jatuh pada temannya yang kaya? Apa dia mau memakan nasi gorengnya yang sederhana? Rima takut kalau-kalau teman-temannya mencemoh masakan itu. Akhirnya saat pembagian makanan pun tiba. Rima mendapat makanan dari Rio. Sedangkan nasi goreng bungkusannya diterima Miranda. Rima tidak langsung membuka kotak bekal dari Rio. Ia melirik ke arah Miranda yang membuka bungkusan nasi gorengnya itu. "Wow, nasi goreng! Aku suka sekali nasi goreng! Wah kelihatannya enak!" sorak Miranda.Rima melihat Miranda memakan sesendok nasi gorengnya."Wow, enak sekali! Punya siapa ini?" tanya Miranda."Itu punyaku," jawab Rima."Oh, kamu Rima, ya?""Iya," jawab Rima singkat."Rim, siapa yang memasak nasi goreng ini?" tanya Miranda."Ibuku, " sahut Rima sedikit lega."Kebetulan, lusa ulangtahunku. Aku sedang cari makanan katering. Apa ibumu mau menerima pesanan nasi goreng seperti ini?" tanya Miranda."Bisa! Tentu saja bisa! Nanti akan aku bicarakan dengan ibuku," sahut Rima senang. Rosa dan Maya mendekati Miranda dan Rima."Oh, ini ya, nasi gorengnya! Boleh kucoba?" kata Rosa sambil menyendok sedikit nasi goreng. "Wah, enak sekali! Ibuku kan bekerja di kantor. Kebetulan Ibu sedang bingung mencari ketering untuk makan siang di kantornya! Ibuku pasti senang kalau bisa memesan nasi goreng seperti ini," kata Rosa."Oh, tentu saja bisa!" jawab Rima. Kabar ini cepat menyebar. Sampai pada saat istirahat kedua, saat Rima sedang jalan di kantin, ibu penjual di kantin bertanya. "Kamu Rima, ya?" tanyanya."Iya. Ada apa, Bu?" tanya Rima heran."Begini, Ibu mau pesan nasi goreng buatan ibumu yang katanya enak itu. Mau Ibu jual di kantin ini. Kalau bisa, lusa ibu pesan lima puluh bungkus dulu. Kalau laris, nanti ibu akan pesan lebih banyak lagi!""Oh, ya? Baiklah, nanti saya tanyakan ke Ibu!" jawab Rima senang."Oh, ya untuk modalnya ini ada sedikit uang," ibu kantin menyodorkan sejumlah uang.Sampai di rumah, Rima berlari-lari mendekati ibunya yang sedang memasak. Ia bercerita tentang pesana nasi goreng yang diterimanya tadi."Oh, Ibu senang sekali!" Ibu memeluk Rima. Mereka sangat bersyukur untuk berkat Tuhan hari itu. tentukan: a. tema b. tokoh dan perwatakan c. latar tempat d. latar waktu e. latar suasana f. nilai kehidupan yang bisa diteladani g. nilai kehidupan cerpen yang harus ditinggal
Answer

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.