Peran raja amenhotep IV dalam bidang politik dan kepercayaan mesir baru
farhanmuhammad1
Fir’aun ini bernama Amenhotep IV yang mulai berkuasa sejak abad ke- 14 SM. Pada masanya, Fir’aun ini mempertahankan kepercayaan terhadap Pencipta tunggal sehinga dia mendapatkan perlawanan dari para pendeta Ammon (para pendeta yang mempunyai pengaruh besar dalam kerajaan Mesir kala itu) dan beberapa prajurit yang mendukungnya. Sebelumnya, rakyat Mesir menganut kepercayaan politeisme. Agama resmi ini ditekankan oleh para fir’aun kepada masyarakatnya dengan menuntut kepercayaan tidak terbatas dalam segala hal yang bersifat konservatif dan tradisional. Namun, Amenhotep IV tidak menganut agama resmi tersebut. Setelah kematian ayahnya, Amenhotep IV muda mendapat tekanan hebat disebabkan kenyataan bahwa ia mengembangkan sebuah agama yang berdasar monoteisme dengan mengubah agama politeistik tradisional mesir. Namun, para pemimpin Thebes tidak menghendakinya. Oleh karena itu, Amenhotep IV beserta para pengikutnya pindah dari Thebes ke Tell-El-Amarna (sekarang bernama Asyut). Di daerah tersebut, dia membangun sebuah kota baru bernama “Akh-en-aton”. Amenhotep IV mengubah namanya sendiri yang berarti “kegembiraan Amon” menjadi “Akhenaton” yang berarti tunduk kepada Aton. Amon sendiri adalah nama sebuah totem terbesar dalam kepercayaan politeisme Mesir. Sedangkan Aton, menurut Amenhotep IV adalah pencipta langit dan bumi (penyebutannya mirip dengan Allah SWT) Karena merasa terganggu dengan kepercayaan Amenhotep IV/ Akhenaton, para pendeta Ammon berniat merebut kekuatan dengan memanfaatkan krisis ekonomi yang terjadi di Mesir. Akhirnya, Akhenaton mati diracun oleh komplotan tersebut. Dalam masa-masa setelahnya, para fir’aun berhati-hati untuk tetap berada pada pengaruh para pendeta Ammon tersebut. Pada umumnya, para fir’aun setelah Akhenaton adalah para fir’aun yang memiliki latar belakang kemiliteran. Mereka berusaha keras menyebarkan kembali agama politeisme dari tradisi lama dan berusaha keras untuk kembali ke masa lalu.Sekitar satu abad kemudian, diangkatlah Ramses II, fir’aun Mesir yang paling lama berkuasa, menjadi raja. Menurut banyak kalangan, fir’aun inilah yang menyiksa bani Israil dan melawan nabi Musa as.
Akhirnya, Akhenaton mati diracun oleh komplotan tersebut. Dalam masa-masa setelahnya, para fir’aun berhati-hati untuk tetap berada pada pengaruh para pendeta Ammon tersebut. Pada umumnya, para fir’aun setelah Akhenaton adalah para fir’aun yang memiliki latar belakang kemiliteran. Mereka berusaha keras menyebarkan kembali agama politeisme dari tradisi lama dan berusaha keras untuk kembali ke masa lalu. Sekitar satu abad kemudian, diangkatlah Ramses II, fir’aun Mesir yang paling lama berkuasa, menjadi raja. Menurut banyak kalangan, fir’aun inilah yang menyiksa bani Israil dan melawan nabi Musa as.