Musdalifah25
Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya.
0 votes Thanks 1
sitimutiah
Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks derogatori. Sebagai contoh, kalau seorang manajer mengangkat atau menaikan jabatan seorang saudara, bukannya seseorang yang lebih berkualifikasi namun bukan saudara, manajer tersebut akan bersalah karena nepotisme. Pakar- pakar biologi telah mengisyaratkan bahwa tendensi terhadap nepotisme adalah berdasarkan naluri, sebagai salah satu bentuk dari pemilihan saudara. Kata nepotisme berasal dari kata Latin nepos , yang berarti "keponakan" atau "cucu". Pada Abad Pertengahan beberapa paus Katolik dan uskup - yang telah mengambil janji " chastity " , sehingga biasanya tidak mempunyai anak kandung - memberikan kedudukan khusus kepada keponakannya seolah-olah seperti kepada anaknya sendiri [1] . Beberapa paus diketahui mengangkat keponakan dan saudara lainnya menjadi kardinal . Seringkali, penunjukan tersebut digunakan untuk melanjutkan "dinasti" kepausan. Contohnya, Paus Kallistus III , dari keluarga Borja, mengangkat dua keponakannya menjadi kardinal; salah satunya, Rodrigo, kemudian menggunakan posisinya kardinalnya sebagai batu loncatan ke posisi paus, menjadi Paus Aleksander VI [2] . Kebetulan, Alexander mengangkat Alessandro Farnese, adik kekasih gelapnya, menjadi kardinal; Farnese kemudian menjadi Paus Paulus III[3] . Paul juga melakukan nepotisme, dengan menunjuk dua keponakannya (umur 14 tahun dan 16 tahun) sebagai Kardinal. Praktek seperti ini akhirnya diakhiri oleh Paus Innosensius XII yang mengeluarkan bulla kepausan Romanum decet pontificem pada tahun 1692[1] . Bulla kepausan ini melarang semua paus di seluruh masa untuk mewariskan tanah milik, kantor, atau pendapatan kepada saudara, dengan pengecualian bahwa seseorang saudara yang paling bermutu dapat dijadikan seorang Kardinal. Di Indonesia , tuduhan adanya nepotisme bersama dengan korupsi dan kolusi (ketiganya disingkat menjadi KKN dalam pemerintahan Orde Baru, dijadikan sebagai salah satu pemicu gerakan reformasi yang mengakhiri kekuasaan presiden Soeharto pada tahun 1998 .
teman akrab berdasarkan hubungannya bukan
berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya
digunakan dalam konteks derogatori.
Sebagai contoh, kalau seorang manajer
mengangkat atau menaikan jabatan seorang
saudara, bukannya seseorang yang lebih
berkualifikasi namun bukan saudara, manajer
tersebut akan bersalah karena nepotisme. Pakar-
pakar biologi telah mengisyaratkan bahwa
tendensi terhadap nepotisme adalah berdasarkan
naluri, sebagai salah satu bentuk dari pemilihan
saudara.
Kata nepotisme berasal dari kata Latin nepos ,
yang berarti "keponakan" atau "cucu". Pada
Abad Pertengahan beberapa paus Katolik dan
uskup - yang telah mengambil janji " chastity " ,
sehingga biasanya tidak mempunyai anak kandung
- memberikan kedudukan khusus kepada
keponakannya seolah-olah seperti kepada anaknya
sendiri [1] . Beberapa paus diketahui mengangkat
keponakan dan saudara lainnya menjadi kardinal .
Seringkali, penunjukan tersebut digunakan untuk
melanjutkan "dinasti" kepausan. Contohnya,
Paus Kallistus III , dari keluarga Borja,
mengangkat dua keponakannya menjadi kardinal;
salah satunya, Rodrigo, kemudian menggunakan
posisinya kardinalnya sebagai batu loncatan ke
posisi paus, menjadi Paus Aleksander VI [2] .
Kebetulan, Alexander mengangkat Alessandro
Farnese, adik kekasih gelapnya, menjadi
kardinal; Farnese kemudian menjadi Paus Paulus
III[3] . Paul juga melakukan nepotisme, dengan
menunjuk dua keponakannya (umur 14 tahun dan
16 tahun) sebagai Kardinal. Praktek seperti ini
akhirnya diakhiri oleh Paus Innosensius XII yang
mengeluarkan bulla kepausan Romanum decet
pontificem pada tahun 1692[1] . Bulla kepausan
ini melarang semua paus di seluruh masa untuk
mewariskan tanah milik, kantor, atau
pendapatan kepada saudara, dengan pengecualian
bahwa seseorang saudara yang paling bermutu
dapat dijadikan seorang Kardinal.
Di Indonesia , tuduhan adanya nepotisme bersama
dengan korupsi dan kolusi (ketiganya disingkat
menjadi KKN dalam pemerintahan Orde Baru,
dijadikan sebagai salah satu pemicu gerakan
reformasi yang mengakhiri kekuasaan presiden
Soeharto pada tahun 1998 .