Question

Help me, translate to indonesian language

Situational Factors
Cultural conceptions are also construed in relation to concrete
situational factors (Miller, 2006), which include the developmental
characteristics of the people who populate a particular social
setting. For example, parents’ expectations for their children’s
independence and interdependence change as children develop
(Raeff, 2006a; Tamis-LeMonda et al., 2008). In addition, in
some contexts, parents may view independence and interdependence
as conflicting and thus prioritize one over the other
(Tamis-LeMonda et al., 2008). The self-esteem research mentioned
earlier suggests that, in some situations, European-Americans
prioritize fostering relationships over an individual child’s
self-esteem.
Different components of independence and interdependence
may also be endorsed across contexts. Research in Japan shows
that learning the distinction between inner and outer, or private
and public, contexts is a key to understanding Japanese socialization
values (e.g., Bachnik, 1992 ⁄1995; Doi, 1985 ⁄1988).
Public or outer contexts include relationships with ‘‘meaningful
‘outsiders’ with whom one must enryo’’ (show restraint; Kondo,
1990, p. 150) in order to maintain social cohesion. However, people are more likely to express directly individual feelings in
private or inner contexts, even if they contradict the feelings or
opinions of others (Lebra, 1992⁄1995). Thus, independence in
public contexts involves self-control, while independence in private
contexts involves individual self-expression. This example
also points to varied interrelations between independence and
interdependence across contexts. In public contexts, social cohesion
is dependent on self-control. In private contexts, close relationships
foster self-expression.

Answer 1

Faktor situasionalKonsepsi budaya juga ditafsirkan dalam kaitannya dengan betonfaktor situasional (Miller, 2006), yang meliputi perkembangan tersebutkarakteristik orang-orang yang mengisi tertentu sosialpengaturan. Misalnya, harapan orang tua untuk anak-anak merekakemandirian dan saling ketergantungan perubahan sebagai anak-anak mengembangkan(Raeff, 2006a;. Tamis-LeMonda et al, 2008). Selain itu, dibeberapa konteks, orang tua dapat melihat kemandirian dan saling ketergantungansebagai sesuatu yang bertentangan dan dengan demikian memprioritaskan satu atas yang lain(Tamis-LeMonda et al., 2008). Penelitian diri disebutkansebelumnya menunjukkan bahwa, dalam beberapa situasi, Eropa-Amerikamemprioritaskan membina hubungan lebih dari satu anak individuharga diri.Komponen yang berbeda kemerdekaan dan saling ketergantunganjuga dapat disahkan di seluruh konteks. Penelitian di Jepang menunjukkanbahwa belajar perbedaan antara dalam dan luar, atau swastadan masyarakat, konteks merupakan kunci untuk memahami sosialisasi Jepangnilai (misalnya, Bachnik, 1992 /1995, Doi, 1985 /1988).Konteks masyarakat atau luar termasuk hubungan dengan '' bermakna'orang luar' dengan siapa seseorang harus enryo '' (acara menahan diri; Kondo,1990, hal. 150) untuk menjaga kohesi sosial. Namun, orang lebih cenderung untuk mengungkapkan perasaan secara langsung individu dalamkonteks pribadi atau batin, bahkan jika mereka bertentangan dengan perasaan ataupendapat orang lain (Lebra, 1992/1995). Dengan demikian, kemerdekaankonteks publik melibatkan pengendalian diri, sementara kemerdekaan secara pribadikonteks melibatkan individu ekspresi diri. contoh inijuga menunjukkan keterkaitan antara bervariasi kemerdekaan dansaling ketergantungan di konteks. Dalam konteks umum, kohesi sosialtergantung pada pengendalian diri. Dalam konteks pribadi, hubungan dekatasuh ekspresi diri