Vol.V/No.1, Juni 2017, hlm. 65-78
65
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
RANCANG BANGUN BIBLIOGRAFI BERANOTASI DEBUS BANTEN
Fara Feranisa1, Sukaesih2, Wina Erwina3 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lebak, Banten 2,3 Staf Pengajar Prodi Ilmu Perpustakaan FIKOM-UNPAD 1
[email protected],
[email protected],
[email protected] 1
ABSTRACT - This study is about designing of annotated bibliography Debus Banten used documentation activity step. The purpose of this study is to identifying elements of Debus culture, collecting information resources of Debus culture, knowing standard of cataloguing rules in Indonesia now, knowing classification type that commonly used to bibliography, knowing the rules of abstract for support manufacture of bibliography of Debus. The method used is action research, with designing of annotated bibliography of Debus. Data collecting technique used is observation, informal interviews, and publicities literature. Stage of making an annotated bibliography of Debus is identify Debus, collect information resources related to Debus. After that, designing a bibliography using the standard rules of bibliography in national library Republik Indonesia now, namely DDC 23 (classification) and AACR2 (cataloguing). This study resulted a product that is annotatded bibliography of Debus Banten. The annotatded bibliography of Debus has been tested public to student of faculty of Adab dan Humanities UIN Syarif Hidayatullah and the result is positif, bibliography of Debus can be used by information seekers. Keyword: Annotated bibliography, documentation activity, Debus, Banten ABSTRAK - Penelitian ini mengenai rancang bangun bibliografi beranotasi Debus Banten dengan menggunakan langkah-langkah kegiatan pendokumentasian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi unsur-unsur budaya Debus, mengumpulkan sumber informasi budaya Debus, mengetahui standar aturan katalogisasi di Indonesia saat ini, mengetahui jenis klasifikasi yang biasa digunakan untuk bibliografi, mengetahui aturan sari karangan guna menunjang pembuatan bibliografi Debus. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan, dengan merancang dan membangun bibliografi beranotasi Debus Banten. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara informal dan studi pustaka. Tahapan merancang dan membuat sebuah
bibliografi Debus yaitu diawali dengan mengidentifikasi kesenian Debus, mengumpulkan sumber informasi yang berkaitan dengan Debus. Setelah itu merangcang bibliografi dengan menggunakan aturan standar Bibliografi di perpustakaan nasional republik Indonesia saat ini, yaitu klasifikasi DDC 23 dan aturan katalogisasi AACR2. Penelitian ini menghasilkan sebuah produk dalam bentuk dokumen sekunder yaitu bibliografi Debus Banten yang telah diuji publik kepada mahasiswa fakultas adab dan humaniora UIN Syarif Hidayatullah dengan hasil yang positif yaitu bibliografi ini layak untuk digunakan oleh pencari informasi. Kata Kunci: Bibliografi beranotasi, pendokumentasian, Debus, Banten
kegiatan
PENDAHULUAN Perkembangan dan perubahan informasi terjadi begitu cepat sehingga terjadi ledakan informasi. Hal tersebut menyebabkan informasi yang diperoleh sangat banyak dan beragam sehingga pencari informasi kesulitan menampung informasi
tersebut.
Selain
itu,
beragamnya
informasi yang diperoleh perlu pengelompokan agar dapat ditemukan dengan cepat dan akurat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kegiatan pendokumentasian informasi. Dokumentasi merupakan kegiatan mencatat dan merekam suatu data yang akan menjadi informasi,
karena
pada
dasarnya
informasi
merupakan sebuah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang memiliki nilai dan arti bagi pencari informasi. Selain itu, dokumentasi pun
ISSN: 2303-2677 / © 2017 JKIP
66
Fara Feranisa, dkk.
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
dapat
diartikan
pengumpulan,
terdapat dalam bentuk buku, rekaman video,
penyeleksian serta penyusunan suatu informasi.
leaflet, hasil penelitian (skripsi, tesis, disertasi dan
Tujuan dari dokumentasi akan menghasilkan suatu
artikel ilmiah), katalog budaya, ensiklopedia, dan
informasi
artikel berita.
dalam
sebagai
bentuk
baru
yang
lebih
terorganisir, agar dapat menjadi sebuah alat
Debus merupakan kesenian yang berasal
pengendalian informasi. Salah satu alat telusur
dari Provinsi Banten, sebagaimana pada tahun
informasi yang digunakan untuk pengendalian
2013 sebagai warisan budaya tak benda Indonesia
informasi yaitu bibliografi.
dari Provinsi Banten. Debus telah diakui dunia
Bibliografi merupakan sebuah dokumen
sebagai
Warisan
Budaya
Tak
Benda
oleh
sekunder yang dibuat untuk merujuk ke dokumen
UNESCO melalui Kementerian Pendidikan dan
primer. Menurut Sulistyo-Basuki (2004, 44),
Kebudayaan dikutip dari portal Okezone bahwa
bibliografi adalah daftar artikel majalah, buku dan
Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
dokumen lain mengenai sebuah subjek atau
Banten Endrawati menyampaikan “bahwa debus
beberapa subjek. Selain itu, pengertian lain
mendapat pengakuan ini sejak 11 Desember
bibliografi merupakan “daftar buku-buku dalam
2013” (Okezone: 2014). Selain itu, Seperti yang
bidang atau suatu subyek tertentu, dimana hakikat
diungkapkan oleh Kepala Seksie Kesenian Dinas
keberadaan (lokasi) buku-buku yang tercantum di
Budaya dan Pariwisata atau yang biasa disingkat
dalam bibliografi tadi tidak dibatasi pada satu
dengan “Disbudpar” Provinsi Banten, yakni:
perpustakaan”
(Trimo:
1997,
150).
Jadi,
bibliografi merupakan dokumen sekunder yang berfungsi sebagai bahan rujukan untuk dokumen primer, di dalamnya berisi daftar dokumendokumen primer yang disusun secara sistematis menurut aturan bibliografi, dan dokumen primer tersebut lokasinya tidak terbatas pada satu perpustakaan. Sumber informasi yang berkaitan dengan
“Walaupun Debus ini ada di berbagai wilayah Indonesia dengan sebutan yang berbeda-beda, tetapi secara historical Debus merupakan tradisi sultan dari Banten. Pada zaman Sultan Maulana Hasanudin Debus merupakan sarana syiar untuk menyebarkan serta memperkenalkan agama dan budaya Islam, tetapi ketika zaman penjajahan Belanda, Debus ini digunakan oleh Sultan Ageng Tirtayasa sebagai penegak kedisiplinan serta memupuk keberanian rakyat.” (Rohaendi diwawancarai oleh Fara Feranisa pada 08 Desember 2015, 09:29 WIB)
kesenian Debus sudah banyak didokumentasikan baik dalam bentuk tercetak maupun digital dan dalam jenis tertulis maupun rekaman video. Dokumen-dokumen
dari
sumber
informasi
tersebut dihasilkan melalui hasil penelitianpenelitian (penelitian mahasiswa, peneliti, instansi pemerintahan terkait), produk-produk dari katalog budaya yang dibuat oleh instansi pemerintahan, serta hasil liputan media berita. Dokumen tersebut
Jadi, kesenian Debus diakui berasal dari Banten karena Debus merupakan bagian dari sejarah Banten. Seperti yang sudah diungkapkan oleh Kepala Seksie Kesenian Disbudpar Banten, bahwa fungsi awal Debus merupakan sarana syiar agama Islam,
penegak
kedisiplinan
ketika
zaman
penjajahan, dan saat ini berubah fungsi menjadi kesenian pertunjukan.
Vol.V/No.1, Juni 2017, hlm. 65-78
67
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
untuk menyebarkan Islam dan syiar.” (Rohaendi diwawancarai oleh Fara Feranisa pada 08 Desember 2015, 09:29 WIB)
Menurut Sandjin Aminuddin (1997, 156), kesenian tradisional Debus termasuk kepada jenis kesenian tradisional pertunjukan rakyat. Dilihat dari proses dan pelaksanaannya, kesenian Debus
Dilihat dari wujudnya Debus merupakan
berkaitan erat dengan Islam, karena di dalamnya
warisan budaya tak benda atau sesuatu yang tidak
terdapat ritual-ritual tarekat yang menjadi tradisi
dapat
Islam dalam Debus. Ciri khas dari kesenian ini
merupakan budaya dalam bentuk pertunjukkan
yaitu mempertunjukan suatu bentuk kekebalan
kesenian tradisional. Seperti yang diungkapkan
tubuh dari benda tajam. Selain itu, Debus Banten
oleh Taylor (1897) bahwa “kebudayaan meliputi
pun mempunyai ciri khas tersendiri yaitu alat yang
pemahaman
digunakannya berupa al-madad.
kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan,
diraba
(intangible),
perasaan
suatu
karena
bangsa
Debus
yang
Ketika proses Islamisasi hingga zaman
seni, moral, hukum, adat-istiadat (kebiasaan), dan
kerajaan Islam di Banten yaitu zaman Maulana
pembawaaan lainnya yang diperoleh dari anggota
Hasanuddin, Debus digunakan untuk sarana
masyarakat” (dalam Soelaeman 2007, 19). Dari
penyebaran
zaman
pengertian tersebut menyatakan bahwa suatu
penjajahan yaitu zaman Sultan Ageng Tirtayasa,
kesenian merupakan bagian yang terdapat dalam
Debus
budaya.
agama
digunakan
Islam.
sebagai
Ketika
alat
untuk
membangkitkan semangat pejuang yang melawan
Debus merupakan kesenian yang sudah ada
penjajah. Saat ini Debus telah berubah fungsi
sejak zaman kerajaan Islam Banten hingga
menjadi salah satu bentuk kebudayaan takbenda
sekarang. Walaupun fungsinya berbeda, tetapi
(intangible) dari Banten yang berbentuk kesenian
kesenian ini masih tetap eksis dan disukai oleh
pertunjukan yang ditampilkan dengan tujuan
masyarakat sehingga menjadi kemasan seni
untuk melestarikan dan untuk menarik penonton
pertunjukan saat ini. Sanggar Debus di Banten
atau wisatawan datang. Dari penjelasan di atas
terdapat 24 buah yang tedaftar pada RIPKD
dapat disimpulkan bahwa Debus merupakan
(Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah)
produk sejarah yang beralih fungsi menjadi
Provinsi Banten 2013-2027. Sanggar debus
produk kesenian. Seperti yang diungkapkan oleh
tersebut ada di beberapa wilayah Banten yakni 2
Kepala Seksie Kesenian Dinas Budaya dan
di Kabupaten Tangerang, 1 di Kota Tangerang, 5
Pariwisata Provinsi Banten, yakni
di Kabupaten Lebak, 8 di Kabupaten Pandeglang,
“Debus berubah fungsi mulai dari sarana syiar kemudian menjadi seni pertunjukan. kalo sarana syiar awalnya ada sarana ritual dan kemudian sekarang menjadi seni pertunjukan. Hampir semua tradisi-tradisi budaya di Indonesia sekarang berubah menjadi seni pertunjukan karena kebutuhannya sudah lagi bukan untuk ritual atau syiar karena sudah beda zaman dan sudah banyak media yang lebih efektif
2 di Kabupaten Serang, 1 di Kota Cilegon, dan 5 di Kota Serang. Banten merupakan provinsi yang terletak di ujung paling barat Pulau Jawa. Provinsi ini merupakan daerah hasil pemekaran dari Provinsi Jawa Barat. Secara resmi pada tanggal 17 Oktober 2000 wilayah Banten dimekarkan dari Provinsi
ISSN: 2303-2677 / © 2017 JKIP
68
Fara Feranisa, dkk.
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
Jawa Barat dan menjadi provinsi ke-28 di
perpustakaan
Indonesia. Wilayah Banten
pengorganisasian,
dengan Ibu Kota
merupakan
kegiatan
pengumpulan,
penyimpanan
Serang dibagi menjadi 4 kota dan 4 kabupaten.
suatu informasi. Seperti pengertian dokumentasi
Budaya yang terdapat pada Provinsi Banten
yang diungkapkan oleh Paul Otlet
sangatlah
bahasa,
“Documentation is the collection, arrangement,
kepercayaan, adat istiadat, tradisi ritual, serta
and distribution of documents of every sort in all
kesenian.
fields of human activity” (dalam Sulistyo-Basuki:
beragam
Banten
dikenal
mulai
dari
dengan
seni
beladiri,
yaitu
2004, 6). Dari pengertian tersebut dokumentasi
kekuatan fisik, kesaktian seperti kekebalan tubuh
dalam
dari senjata tajam. Kesenian Debus memang
pengumpulan, penyusunan dan penyaluran setiap
sudah
Banten,
jenis dokumen dalam setiap kegiatan manusia.
kesenian ini mencirikan masyarakat Banten yang
Jika dihubungkan dengan budaya maka dalam hal
energik dan religius karena pertunjukan Debus
ini dapat disimpulkan bahwa dokumentasi budaya
diawali oleh dzikir dan ritual keagamaan lainnya.
merupakan suatu bentuk kegiatan pengumpulan,
Debus merupakan sebuah kesenian tradisional
pengorganisasian,
dalam bentuk pertunjukan yang ekstreme dan
temu kembali, serta penyebaran informasi dari
berbahaya,
budaya tersebut.
menjadi
trademark
pertunjukan
Provinsi
Debus
ini
hanya
dilakukan oleh orang-orang yang sudah terlatih. Bibliografi sebagai sarana pengendalian
perpustakaan
merupakan
penyusunan
suatu
penyimpanan,
Kegiatan pendokumentasian budaya Debus ini
dilakukan
dengan
cara
mengumpulkan,
informasi mengenai kesenian Debus menjadi
menyeleksi, serta menyusun informasi dari Debus
penting untuk sebuah studi mengenai kesenian
tersebut. Informasi yang berkaitan dengan Debus
tersebut. Oleh karena dalam penelitian ini
didokumentasikan
bermaksud untuk membuat dokumen sekunder
tersimpan supaya informasi tersebut dapat lebih
dari kesenian Debus guna memudahkan pencari
terorganisir. Infomasi dari kesenian Debus yang
informasi
sudah
Debus
untuk
dapat
menemukan
agar
dapat
didokumentasikan
dapat
terekam
dan
memudahkan
informasi mengenai kesenian Debus. Dokumen
pencari informasi dalam menemukan informasi
sekunder yang akan dibuat yaitu dalam bentuk
mengenai
bibliografi beranotasi.
disimpulkan
kesenian
Debus.
bahwa
Jadi,
kesenian
dapat Debus
Bibliografi beranotasi Debus merupakan
didokumentasikan untuk mempermudah seorang
dokumen sekunder yang di dalamnya berisi daftar
peneliti budaya atau pencari informasi dalam
bahan pustaka yang berkaitan dengan kesenian
menemukan
Debus, yang dibuat dengan tujuan untuk temu
kesenian Debus.
kembali informasi mengenai Debus. Langkahlangkah
yang
digunakan
untuk
membuat
kembali
informasi
mengenai
Proses pembuatan bibliografi beranotasi Debus dilakukan dengan cara mengumpulkan
bibliografi ini mengikuti langkah dari kegiatan
informasi-informasi
yang
berkaitan.
Sumber
pendokumentasian. Kegiatan dokumentasi dalam
informasi yang dikumpulkan diperoleh melalui
Vol.V/No.1, Juni 2017, hlm. 65-78
69
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
personal, institusi, dan media. Personal yaitu
kegiatan
orang yang paham mengenai Debus, selain itu
mengenai kesenian Debus. Sumber informasi
dapat juga diperoleh dari komunitas atau pendiri
yang akan didokumentasikan dalam bentuk
sanggar debus. Institusi yaitu lembaga kedinasan
dokumen.
yang berkaitan dengan budaya atau lembaga
pendokumentasi
yaitu
informasi
Dokumen artinya objek yang merekam
informasi. Melalui media yaitu mengakses sistem
informasi
dengan
jaringan informasi dan repository dari universitas
maupun bentuknya. Dokumen merupakan wadah
yang pernah meneliti tentang kesenian Debus.
yang
menyimpan
tidak
memandang
pengetahuan
dan
media
ingatan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam
manusia karena pada dokumen tersimpan segala
penelitian ini peneliti tertarik untuk membuat
pengetahuan manusia serta ingatan manusia
suatu rancang bangun bibliografi beranotasi
(Sulistyo-Basuki 2004, 23). Dokumen mempunyai
Debus Banten. Rancang bangun tersebut dibuat
fungsi sebagai sumber informasi. Jika dokumen-
dengan
kegiatan
dokumen tersebut didokumentasikan maka akan
pembuatan
lahir sebuah dokumen sekunder sebagai sebuah
langkah-langkah
pendokumentasian.
Tujuan
dari
bibliografi ini untuk memberikan fasilitas bagi
rujukan
bagi
pencari
informasi.
Dokumen
pencari informasi mengenai kesenian Debus di
sekunder memiliki arti “dokumen rujukan yang
Banten.
berisi informasi mengenai dokumen primer ataupun dokumen berupa bibliografi mengenai dokumen primer” (Sulistyo-Basuki 2004, 39).
TINJAUAN PUSTAKA Kebudayaan meliputi pemahaman perasaan suatu
bangsa
yang
meliputi
teknik pengumpulan, pengkatalogan, klasifikasi
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,
dan pembuatan abstrak literatur yang diterbitkan
adat-istiadat
maupun
(kebiasaan),
kompleks,
Pekerjaan dokumentasi berkaitan dengan
dan
pembawaaan
tidak
diterbitkan
sedangkan
jasa
lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat
dokumentasi adalah proses menemukan materi
(Taylor dalam Soelaeman: 2007, 19). Menurut
yang tersedia dan menyajikannya bagi pemakai.
konsep B. Malinowski, kebudayaan di dunia
Pekerjaan dokumentasi terdiri dari proses berikut:
mempunyai tujuh unsur universal, yaitu “bahasa,
(Sulistyo-Basuki 2004, 16)
sistem
teknologi,
sistem
mata
pencaharian,
1. Menentukan
lokasi
dokumen
dari
organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan
berbagai sumber yang terbit dan tidak
kesenian” (Soelaeman: 2007, 23).
diterbitkan
Menurut Sandjin Aminuddin (1997, 156), kesenian tradisional Debus termasuk kepada jenis kesenian tradisional pertunjukan rakyat, kesenian
dengan
melakukan
penelusuran literatur. 2. Mengabstrak dokumen terutama literatur ilmiah yang mutakhir.
merupakan salah satu unsur dari ketujuh unsur
3. Mengklasifikasi dokumen dan abstrak
kebudayaan menurut konsep B Malinowski.
dalam cara yang mudah bagi pemakai.
Dalam penelitian ini yang menjadi titik utama
4. Mengindeks dokumen
ISSN: 2303-2677 / © 2017 JKIP
70
Fara Feranisa, dkk.
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
5. Merekam
sehingga
hasilnya
dapat
disebarluaskan untuk pemakai.
permasalahan dalam penelitian ini diperlukan cara-cara kualitatif. Selain itu, penelitian ini pun
Dalam kegiatan pendokumentasian tersebut
menggunakan metode action research. Action
selanjutnya akan menghasilkan informasi dalam
research atau penelitian tindakan ini digunakan
bentuk baru yaitu dokumen sekunder dalam
karena untuk menghasilkan suatu produk dalam
bentuk bibliografi beranotasi. Bibliografi memiliki
bentuk bibliografi beranotasi Debus.
arti daftar bahan pustaka yang disusun secara sistematis mengikuti standar aturan yang berlaku
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk pembuatan bibliografi. Menurut Sulistyo-
Pada
Basuki (2004, 44), bibliografi adalah daftar artikel
bibliografi
majalah, buku dan dokumen lain mengenai sebuah
menggunakan
subjek atau beberapa subjek. Pengertian lain yaitu
pendokumentasian. Konsep yang digunakan yaitu
“bibliografi adalah daftar buku-buku dalam
menggunakan
bidang atau suatu subyek tertentu, dimana hakikat
dokumentasi
keberadaan (lokasi) buku-buku yang tercantum di
Pekerjaan dokumentasi berkaitan dengan teknik
dalam bibliografi tadi tidak dibatasi pada satu
pengumpulan, pengkatalogan, klasifikasi dan
perpustakaan” (Trimo 1997, 150). Sedangkan
pembuatan abstrak literatur yang diterbitkan
anotasi merupakan sari karangan atau informasi
maupun
isi bahan pustaka yang disajikan ringkas namun
melangkah kepada langkah-langkah pekerjaan
jelas dan lengkap mewakili isi dari bahan pustaka
dokumentasi
tersebut. Anotasi memiliki arti “catatan yang
mengidentifikasi budaya (kesenian Debus).
ditambahkan pada informasi judul atau informasi
1.Identifikasi Kesenian Debus Banten. Proses
bibliografis
sebuah
dokumen
dengan
proses
pembuatan
beranotasi
Debus
rancangan Banten
langkah-langkah
kegiatan
langkah-langkah (Sulistyo-Basuki:
tidak
diterbitkan.
tersebut
ini
pekerjaan 2004,
Namun
16).
sebelum
terlebih
dahulu
cara
pengidentifikasian kesenian Debus merupakan
komentar atau penjelasan” (Sulistyo-Basuki 2004,
proses untuk mengetahui lebih lanjut atau
184). Jadi, bibliografi beranotasi dapat diartikan
mengenal kesenian Debus Banten. Hal ini
sebagai daftar dokumen-dokumen primer yang
dilakukan untuk mempermudah dalam proses
biasanya tersediri dari satu subyek atau lebih yang
selanjutnya yaitu penentuan subyek bahan
disusun secara sistematis dan diikuti oleh anotasi
pustaka
atau sari karangan yang berfungsi sebagai
dikumpulkan.
penjelasan isi dari dokumen tersebut.
meliputi komponen kesenian Debus, asal usul
apa
saja
yang
Pengidentifikasian
seharusnya tersebut
atau sejarah kesenian Debus dan tarekat yang terkandung dalam kesenian Debus.
METODE PENELITIAN Penelitian beranotasi
rancang
Debus
Banten
bangun ini
bibliografi
Pada
komponen
kesenian
Debus,
menggunakan
pengidentifikasiannya meliputi segala sesuatu
metode penelitian kualitatif. Metode penelitian
yang berhubungan dengan kesenian Debus. Hal
kualitatif dipilih karena untuk memecahkan suatu
tersebut adalah
Vol.V/No.1, Juni 2017, hlm. 65-78
a. Makna dan pengertian Debus b. Perlengkapan
71
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
Debus,
meliputi buku, laporan penelitian, skripsi, tesis,
yang
dibagi
lagi
disertasi, jurnal, rekaman video, dan berita
menjadi alat utama Debus, alat musik dan
mengenai debus. Informasi tersebut diperoleh
pakaian
melalui
c. Pertunjukan Debus
perpustakaan,
Pengidentifikasi pada asal-usul atau sejarah Debus
meliputi
diperkenalkan,
sejarah
Debus
berkembang,
pada
dan
awal
saat
ini.
Identifikasi pada asal-usul Debus adalah
pada zaman Maulana Hasanuddin digunakan
perang
dan
sebagai
memompa
informasi
museum,
seperti
dinas
yang
bersangkutan dengan budaya serta repository atau digital library perguruan tinggi dan perpustakaan digital lainnya. 3.Rancang Bangun Bibliografi Beranotasi Debus
a. Debus digunakan sebagai sarana syiar Islam
b. Debus
lembaga
Banten Bibliografi beranotasi Debus Banten ini
propaganda
semangat
termasuk ke dalam bibliografi subjek, karena
para
bibliografi ini hanya mendaftar bahan-bahan
pejuang Banten pada masa penjajahan
pustaka yang berhubungan dengan kesenian
ketika zaman Sultan Ageng Tirtayasa
Debus
Banten
saja.
Produk
ini
memang
c. Saat ini Debus merupakan budaya tak benda
dititikberatkan pada bibliografi tetapi dalam
yang berasal dari Banten dalam bentuk
bibliografi ini peneliti memberikan beberapa
kesenian pertunjukan tradisional
uraian penjelasan mengenai Debus Banten di
Debus sangat erat kaitannya dengan tradisi
dalamnya.
Islam, tradisi Islam dalam Debus diketahui
Bibliografi ini dibagi menjadi tiga bagian
berasal dari tarekat. Tarekat yang terkandung
yaitu kesenian tradisional Debus, sejarah Debus,
dalam Debus diketahui ada 2 jenis tarekat,
dan tarekat. Bagian-bagian tersebut diawali
yakni
dengan penjelasan Debus, setelah itu terdapat
a. Tarekat Qadariyah yang didirikan oleh
daftar bahan pustaka yang berhubungan setiap pokok bahasan pada bagiannya. Alur proses
Syeikh Abdul Qadir Jaelani b. Tarekat
Rifaiyah
yang
didirikan
oleh
Debus Banten berdasarkan alur kerja teknis
Ahmad Rifa’i 2. Sumber
informasi
pembuatan rancang bangun bibliografi beranotasi
yang
ditemukan
dan
penyusunan
naskah
bibliografi
(PNRI)
dan
dikumpulkan dalam proses rancang bangun
modifikasi peneliti. Berikut bagan alur kerja
bibliografi
proses pembuatan rancang bangun bibliografi
beranotasi
Debus
Banten
ini
merupakan sumber informasi yang berkaitan
beranotasi Debus Banten.
dengan kesenian Debus. Sumber informasi yang dikumpulkan tersebut sesuai dengan proses
pengidentifikasian
sebelumnya.
Sumber
kesenian
informasi
Debus tersebut
ISSN: 2303-2677 / © 2017 JKIP
72
Fara Feranisa, dkk.
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
Bagan 1
tersebut. Selain itu, sumber informasi yang
Alur proses pembuatan rancang bangun bibliografi beranotasi Debus Banten berdasarkan alur kerja teknis penyusunan naskah bibliografi (PNRI) dan modifikasi peneliti
berkaitan dengan Debus sudah cukup banyak sehingga
diperlukan
suatu
pengendalian
informasi Debus dalam bentuk bibliografi agar mudah untuk proses temu kembali informasi mengenai Debus. Penentuan subyek dalam rancang bangun
bibliografi
dengan
pengidentifikasian
proses
ini
berkaitan Debus
sebelumnya. Bibliografi ini dibagi menjadi 3 bagian yakni Bagian pertama, Kesenian Debus Banten yang meliputi
makna
dan
pengertian
Debus,
pencaksilat, perlengkapan Debus [ alat utama (almadad), musik (terebang gede/ rebana), pakaian (baju kampret, celana pangsi, dan lomar/ ikat kepala) ], pertunjukan Debus. Bagian Kedua, Sejarah atau Asal Usul Debus Banten yang meliputi proses Islamisasi dan kerajaan
Islam
di
Banten
(Maulana
Hasanuddin), Zaman Penjajahan di Banten (Sultan Ageng Tirtayasa). Bagian Ketiga, Tarekat yang terkandung di Debus yang meliputi tarekat Qadariyah (Abdul Qadir Jaelani) dan tarekat Rifa’iyah (Ahmad Rifa’i). Dari
yang
bibliografi
diberikan ini
adalah
dalam
bagian-bagian
tadi
terdapat
beberapa pembahasan yang akan menjadi
a. Penentuan Judul dan Subyek Judul
setiap
pembuatan
“Debus
Banten
acuan
penentuan
subyek
mencari
sumber informasi yang berkaitan dengan
(Bibliografi Beranotasi)”. Judul tersebut dipilih
Debus
karena objek dari pembuatan rancang bangun
bibliografi beranotasi.
bibliografi ini adalah Debus. Debus dipilih
dalam
untuk
disusun
menjadi
sebuah
b. Penentuan Judul dan Subyek
karena merupakan suatu objek budaya yang
Proses pengumpulan data untuk membuat
sudah banyak diteliti sehingga banyak para
rancang bangun bibliografi beranotasi Debus
peneliti yang tertarik meneliti kesenian Debus
ini yaitu dengan cara penelusuran informasi ke
Vol.V/No.1, Juni 2017, hlm. 65-78
73
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
berbagai lembaga informasi, baik lembaga
berkaitan dengan Debus yang sudah ditentukan
informasi yang berbentuk digital maupun
sebelumnya.
konvensional.
Lembaga-lembaga
informasi
d. Verifikasi data
tersebut terdiri dari:
Verifikasi
1. Perpustakaan-perpustakaan daerah yang ada
bahan pustaka pada pangkalan data, hal ini
di Provinsi Banten
merupakan
proses
pemeriksaan
dilakukan agar mencegah suatu duplikasi
2. Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Banten
bahan pustaka ketika dientri. e. Pengolahan data
3. Badan Perpustakaan dan Arsip Provinsi Setelah lolos tahap verifikasi, selanjutnya
Jawa Barat 4. Balai Perlindungan Nilai Budaya Jawa Barat 5. Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi
bahan
pustaka
diolah
dengan
cara
mengidentikasi deskripsi bibliografis pada bahan pustaka tersebut.
Banten 6. E-resources
Perpustakaan
Nasional
f. Entri data Setelah
Republik Indonesia
bahan
pustaka
diolah,
langkah
7. Naskah kuno Sribaduga
selanjutnya yakni proses entri data. Proses entri
8. Perpustakaan Museum Nasional
data ini segala deskripsi bibliografis bahan
9. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
pustaka dimasukkan ke dalam pangkalan data, mulai dari nomor klasifikasi, judul, lokasi
perguruan
bahan pustaka tersebut berada, hingga anotasi.,
tinggi (baik mengakses secara konvensional
menurut Sulistyo-Basuki pangkalan data adalah
maupun digital)
kumpulan cantuman (records) sejenis dengan
11. Portal berita online.
hubungan yang jelas antara cantuman tersebut
Bahan pustaka yang terkumpul ada dalam
(Sulistyo-Basuki : 2004, 289).
10. Perpustakaan-perpustakaan
berbagai
jenis,
diantaranya
buku,
hasil
g. Format data
penelitian (skripsi, tesis, disertasi, jurnal,
Format data yang digunakan dalam pembuatan
laporan penelitian, rekaman video, artikel
bibliografi ini menggunakan aturan klasifikasi
berita, E-book, E-journal).
DDC 23 (Dewey Decimal Classification),
c. Seleksi data
aturan katalogisasi AACR2 (Anglo American
Bahan pustaka yang sudah ditemukan akan
Cataloguing Rules) dan sari karangan berupa
diseleksi. Proses penyeleksian ini berfungsi
anotasi.
untuk mengetahui sesuai atau tidak bahan
Selain entri bibliografi, dalam bibliografi ini
pustaka yang diperoleh dengan Debus, karena
terdapat
bibliografi ini merupakan bibliografi subyek
mempermudah pencarian bibliografi. Indeks
yang hanya mencakup subyek-subyek yang
tersebut dibagi menjadi tiga yakni indeks judul,
ISSN: 2303-2677 / © 2017 JKIP
indeks
yang
dibuat
untuk
74
Fara Feranisa, dkk.
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
pengarang
serta
subyek.
Indeks
tersebut
a. Kata pengantar
disusun berdasarkan abjad dan diacukan ke
b. Daftar isi
nomor klasifikasi.
c. Daftar situs web dan lembaga informasi. Berisi daftar lembaga informasi tempat
Gambar 1 Contoh entri pada bibliografi beranotasi Debus Banten
diperolehnya
sumber
informasi
bibliografi Debus. Daftar tersebut pun dilengkapi
dengan
alamat
website
sehingga mempermudah pengguna untuk mencari secara virtual dalam browser. d. Petunjuk penggunaan 3. Isi Bagian isi dibagi menjadi tiga bagian yakni kesenian tradisional Debus, sejarah Debus, dan tarekat. Pada tiap-tiap bagian berisi uraian penjelasan setelah itu daftar entri bahan pustaka (bibliografi). Selain itu, pada bagian isi terdapat indeks. Indeks ini dibagi menjadi tiga, yakni indeks pengarang, judul, dan subjek. 4. Bagian Akhir Pada bagian akhir terdapat daftar nama-nama sanggar atau padepokan yang terdapat di Provinsi Banten. Setelah itu, terakhir terdapat daftar pustaka dari sumber-sumber yang peneliti gunakan dalam uraian penjelasan tiap-tiap bagian. Gambar 2 Contoh indeks judul pada bibliografi beranotasi Debus Banten
i. Penyuntingan Tahap penyuntingan ini dilakukan dengan cara melihat kembali dari mulai cover hingga daftar pustaka. Selain itu, peneliti pun mencoba
h. Tata letak naskah Tata
letak
rancang
menguji indeks yang telah dibuat. bangun
bibliografi
Tahap
ini
pun
merupakan
produk
untuk
ahli
atau
beranotasi Debus Banten ini dibagi menjadi
mengujikan
empat bagian, sebagai berikut:
memverifikasi lebih lanjut informasi yang
1. Cover atau halaman judul
terkandung
2. Bagian pendahuluan/ awal
penulisan bibliografi. Bibliografi beranotasi
pada
pada
tahap
bibliografi
dan
format
Vol.V/No.1, Juni 2017, hlm. 65-78
75
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
Debus diujikan kepada ahli kesenian dan
yang masih menggunakan versi DDC dahulu
bibliografi.
ada
bukan DDC 23, penulisan nama pengarang yang
informasi atau format yang kurang tepat maka
seharusnya tidak dibalik untuk nama Indonesia
bibliografi akan diperbaiki terlebih dahulu
dan saran untuk meringkas anotasi.
Setelah
itu,
bila
masih
sebelum dicetak.
2.Pengujian Publik
j. Pencetakan Naskah Master
Pada pengujian publik, peneliti mengujikan
Pada tahap pencetakan, bibliografi dicetak
produk bibliografi beranotasi Debus Banten
dengan hardcover. Pada bagian isi bibliografi
disertai dengan penyebaran kuesioner pada 30
dicetak
mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN
bolak-balik
seperti
umumnya, sedangkan
buku
pada
pada bagian awal/
Syarif
Hidayatullah.
Pertanyaan
kuesioner
pendahuluan dan bagian akhir bibliografi
tersebut diambil dari beberapa fungsi bibliografi
hanya dicetak satu muka.
dan komponen-komponen yang ada dalam bibliografi tersebut. Kuesioner ini dibuat untuk
PENGUJIAN BIBLIOGRAFI
mengetahui apakah bibliografi tersebut layak
Pengujian bibliografi ini dibagi menjadi 2
untuk dimanfaatkan atau tidak. Hasil dari
bagian yakni pengujian kepada ahli dan pengujian
kuesioner tersebut disajikan dalam bentuk
kepada publik. Dalam pengujian kepada ahli, ahli
persen,
yang peneliti pilih yakni ahli dalam bidang budaya
menyajikan hasil yang paling tinggi dari setiap
(kesenian) dan bidang bibliografi. Pengujian
bagiannya. Berikut:
dalam
artikel
ini
peneliti
hanya
bibliografi pada publik, publik yang dipilih yaitu 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
para pencari informasi di Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 1.Pengujian Ahli Hasil dari pengujian ahli budaya (kesenian)
A
B
C
D
E
F
G
menyatakan bahwa informasi Debus yang terdapat pada bibliografi sudah lengkap dan isi informasi sudah sesuai. Namun ada beberapa
Keterangan:
saran bahwa lebih merinci akan istilah-istilah
A=
pada kesenian Debus. Pada bagian sejarah, perlu
B=
ditambahkan lagi mengenai sejarah Debus di
C=
masa kini. Hasil pengujian pada ahli bibliografi masih
D=
banyak kekurangan yakni terdapat klasifikasi
E=
yang belum tepat yakni ada beberapa cantuman
F=
Kemudahan penggunaan bibliografi Debus Kejelasan nomor klasifikasi bibliografi Debus Kejelasan deskripsi bahan pustaka pada bibliografi Debus Kejelasan anotasi pada bibliografi Debus Kejelasan lokasi bahan pustaka pada bibliografi Debus Bibliografi Debus membantu pencarian
ISSN: 2303-2677 / © 2017 JKIP
76
Fara Feranisa, dkk.
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
G=
informasi Debus Penghematan atau efisiensi dalam pencarian informasi
DDC 23 (Dewey Decimal Classification), waktu
karena klasifikasi DDC merupakan jenis klasifikasi yang paling banyak digunakan di perpustakaan di Indonesia sehingga klasifikasi
Kesimpulan dari pengujian publik ini, bibliografi mendapatkan hasil yang positif dan dapat dikatakan bahwa bibliografi beranotasi Debus Banten layak untuk digunakan.
ini sudah dikenal di Indonesia. 4.Format aturan katalogisasi yang digunakan untuk pembuatan bibliografi Debus Banten mengikuti format dari bagian Bibliografi di Direktorat
SIMPULAN
Deposit
Perpustakaan
Nasional
Republik Indonesia yaitu menggunakan aturan
1.Tahap identifikasi budaya merupakan tahap
katalogisasi
AACR2 Rules
(Anglo-American
mengetahui dan mengenali budaya tersebut.
Cataloguing
second
edition)
yang
Identifikasi Debus Banten merupakan tahap
merupakan standard aturan katalog yang
untuk mengenali kesenian Debus yang meliputi
digunakan di Indonesia saat ini.
makna, tujuan, peralatan dan perlengkapan,
5.Pembuatan sari karangan yang dibuat dalam
ritual serta unsur-unsur lain yang berkaitan
penyusunan bibliografi Debus ini merupakan
dengan Debus Banten.
sari karangan yang berjenis informatif yaitu
2.Tahap pengumpulan sumber informasi budaya
sari
karangan
dengan
penyajian
merupakan tahap mengumpulkan segala bentuk
mendeskripsikan
sumber informasi baik dalam bentuk tulisan,
bahan pustaka secara ringkas namun mencakup
audiovisual, digital, maupun nondigital. Tahap
semua informasi yang terkandung di dalam
pengumpulan
bahan pustaka tersebut.
merupakan
sumber tahap
informasi
Debus
penelusuran
serta
serta
bentuk
menginformasikan
pengumpulan sumber informasi yang berkaitan
DAFTAR PUSTAKA
dengan Debus yang meliputi buku, transliterasi
Aminudin, S. (1997). Kesenian Rakyat Banten
naskah kuno, laporan penelitian, skripsi, tesis,
dalam buku Banten Kota Pelabuhan Jalan
disertasi, jurnal, rekaman video, dan berita
Sutra. Penyunting Sri Sutjianingsih hlm.
mengenai Debus. Informasi tersebut ditelusur
153-165. Jakarta: Depdikbud.
melalui
perpustakaan
kabupaten/
kota,
Dinas
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Provinsi
(2012).
“Rencana
Induk
perpustakaan provinsi, perpustakaan nasional,
Banten.
perpustakaan museum, perpustakaan perguruan
Pelestarian Kebudayaan Daerah (RIPKD)
tinggi,
Provinsi
koleksi
naskah
kuno
museum,
repository atau perpustakaan digital perguruan tinggi, dan media massa. 3.Klasifikasi yang digunakan dalam pembuatan bibliografi Debus Banten adalah klasifikasi
Banten
2013-2027.
Serang:
Disbudpar Provinsi Banten. Okezone. (2014). Debus Sudah Diakui Dunia. Diakses
dari
http://lifestyle.okezone.com/read/2014/08/
Vol.V/No.1, Juni 2017, hlm. 65-78
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
23/407/1028896/debus-sudah-diakuidunia. Rohaendi. (08 Desember 2015). Wawancara pribadi. Soelaeman, M. M. (2007). Ilmu Budaya Dasar Suatu
Pengantar.
Bandung:
Refika
Aditama. Sulistyo-Basuki. (2004). Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains. Trimo, S. (1997). Buku Paduan untuk Mata Kuliah Reference Work & Bibliography dengan sistem modular. Jakarta: Bumi Aksara.
ISSN: 2303-2677 / © 2017 JKIP
77
78
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
Fara Feranisa, dkk.