Wanafattah19
Di suatu siang di pinggir perkebunan jagung, datang seorang pemuda yang berjalan setengah berlari menghampiri temannya untuk memberitahukan sebuah kabar. Aldan : Hamzah…. Hamzahhhhhhhhhh (berteriak dari kejauhan) Hamzah : Kenapa teriak-teriak, ada apa? Aldan : Kamu kenapa enggak datang tadi di acara rapat desa? Diundang kan? Hamzah : Iya, untuk apa datang, aku udah tau apa yang mau diomongkan sama kepala desa baru itu. Aldan : Bukan soal sawah yang katanya mau dijual itu, kades baru nyuruh para warga untuk menyetor uang atau upeti jika mau mengadakan hajat di desa ini. Hamzah : Apa? Bukannya itu melanggar? Kita tidak bisa tinggal diam, kita harus cari bukti pelanggaran itu dan lapor kepada petugas peninjau desa. Aldan : Tapi gimana caranya? Kamu kan tau apapun yang dilakukan warga selalu diawasi olehnya. Hamzah : Coba kita bicara sama yang lain dulu.
Babak 2
Di Ruang keluarga rumah Teguh Teguh : Kalo tau jadi kepala desa bisa cepet kaya, dari dulu aja bapak nyalon ya. Fatah : Iya pak, kan sekarang bapak udah jadi kepala desa ni, urusan jodohku gimana? Dengan Alifah? Teguh : Itu masalah kecil, Darka enggak mungkin bisa menolak perjodohannya. Fatah : Jadi aku pasti sama dia kan pak? Teguh : Iya sudah jangan khawatir,ini simpan dokumen penting ini. Fatah : Apa ini pak? Teguh : Ini adalah data penduduk desa yang tidak kebagian hak pilih kemaren. Fatah : Ooooooooo siap pak hehe…
Babak 3
Sore hari di Rumah Pak Darka Pak Darka : Bapak tidak bisa berbuat banyak nak, mereka selalu mengancam dan utang-utang itu tidak bisa bapak bayar segera. Alifah : Tapi pak, aku tidak mungkin nikah sama Fatah, dia sama seperti bapaknya, angkuh! Hamzah : Apa tidak ada cara untuk membuktikan kalo kepala desa kita ini tidak berperikemanusiaan dan selalu memeras warganya. Pak darka : Maaf nak, bapak tidak bisa apa-apa untuk membantu kalian. Alifah : Kami tau pak, keadaan sedang sulit, emmmmm… kita harus cari bukti, apa saja… pokoknya bukti untuk diserahkan kepada pengawas desa supaya pak Teguh dicopot dari jabatannya. Aldan : Pendapat Alifah benar, tapi harus mulai dari mana? Kita sendiri aja enggak bisa masuk ke kantornya. Hamzah : Kita akan temukan bukti-bukti itu dimanapun, di rumah atau kantor. Alifah : Bagaimana jika aku yang kesana? Mereka nggak akan curiga. Hamzah : Tapi kamu harus hati-hati, kamu tau kan sifat kejamnya kepala desa? Alifah : Iya jangan khawatir.
Babak 4
Keesokan harinya di depan rumah Teguh (Suara pintu diketuk…) Fatah : Alifah, ada apa? Tumben kemari, ayo masuk. Alifah : Iya, bapakku mau ketemu sama kamu, katanya mau bicara perjodohan. Fatah : Jadi kamu sudah setuju? Baik ayo kita ke rumahmu sekarang. (Rumah kosong, Hamzah dan Aldan masuk) Aldan : Apa enggak kenapa-kenapa kalo kita masuk seperti ini, nanti kita dituduh maling lagi. Hamzah : Tidak ada cara lain, resiko… ayo cepet cari apapun yang bisa jadi barang bukti. Aldan : Aku menemukan map kuning di ruang kerja isinya coba kau liat. Hamzah : Data penduduk yang tidak punya hak pilih waktu pemilihan kades kemaren. Aldan : Kita bawa saja, udah gak ada waktu lagi. Hamzah : Ayo jangan sampai ada yang curiga. 8
2 votes Thanks 4
Ithaochtavia Gara-Gara Jambu (Drama satu babak, 4 orang) Filed under: Sastra — 2 Komentar Desember 28, 2010 A. Tokoh dan Perwatakan No Tokoh Watak 1 Didi Suka memerintah 2 Dodo Penurut 3 Lita Cerdik 4 Paman (Paman Dodo) Bijaksana B. Narasi Di siang hari Didi dan Dodo pergi mencari jambu. Kebetulan, mereka melewati halaman rumah Paman Dodo dan melihat pohon jambu tumbuh di halaman rumah. Mereka pun berniat untuk mengambil beberapa jambu di pohon tersebut dengan melempari batu pada jambu-jambu di pohon. Batu yang dilempar, terpental ke kaca jendela rumah Paman Dodo sehingga kaca jendela Paman Dodo pecah. Paman Dodo keluar rumah dan mereka bergegas naik ke pohon jambu agar tidak ketahuan sang paman. Paman Dodo keluar rumah sambil marah-marah. Lita yang baru saja pulang dari les menarinya, melewati pohon jambu milik ayahnya dan dijatuhi batu dari atas pohon. Paman Dodo curiga bahwa di bawah pohon jambu terdapat dua pasang sandal. Didi dan Dodo terjatuh, mereka ketahuan dan Dodo menjelaskan pada Paman Dodo atas perintah Didi untuk berbohong. Lita mengetahui bahwa mereka berbohong dan hanya ingin mencuri jambu. Lita memberitahu ayahnya untuk menghukum mereka. Pada akhirnya, mereka dihukum untuk menyapu halaman rumah Paman Dodo yang cukup luas. C. Dialog Di siang hari, Didi dan Dodo sedang mencari jambu. Kebetulan, mereka melintasi halaman rumah Paman Dodo. Didi : “Do, ini rumah siapa, ya? gedhe amat!”Dodo : “Ini rumah Pamanku, Di. Yah, lumayan besarlah di pedesaan kayak gini.”Didi : “Ehmmm …., Eh, tuh ada pohon jambu, mungkin di sana ada banyak jambu. Kita boleh saja kan, mengambil satu dua jambu saja. Aku fikir Pamanmu nggak keberatan.”Dodo : (Sambil menggaruk-garuk kepala) “Iya..iya..Tapi, ambilnya pake’ apa?”Didi : (Mengambil batu) “Pake’ ini saja gimana?”Dodo : “Iya, deh. Nggak papa, lagi pula nggak ada galah.” (Mereka pun melempar batu ke arah jambu yang ada di atas pohon) Pyarr!!! Didi : “Kamu itu gimana sih, Do! Entar, ketahuan sama paman kamu.”Dodo : “Lantas , gimana ini? Kaca jendelanya sampai pecah. Ini juga gara-gara kamu.” Didi : “Sudah. Kita naik ke atas pohon saja, dari pada ketahuan.”(langsung memanjat pohon) Dodo : “Mendingan tadi memanjat saja. Terus, sandalnya, Di?”Didi : “Tinggalkan saja di bawah, susah manjatnya kalau pake’ sandal.” Dodo : “Iya.”(mengikuti perintah Didi) (Paman Dodo keluar dengan wajah terlihat marah) Paman : “Siapa yang berbuat begini! Dasar orang yang tidak beradab!” (Lita pulang ke rumahnya dari les menari dan tiba-tiba dijatuhi batu) Lita : “Aduh… Siapa ini yang menjatuhkan batu? aduh… kepalaku sakit…” Paman : “Lho, sudah pulang rupanya. Kamu kenapa, Lit?”Lita : “Itu, yah. Aku tadi pulang, dan berjalan melewati pohon jambu itu. Tapi,anehnya nggak kejatuhan jambu, malah kejatuhan batu.” Paman : “Lho, itu ada dua pasang sandal. Sandal siapa itu?” Lita : “Nggak tau juga, Yah.” (Tiba-tiba Didi dan Dodo jatuh) Paman : “Nah, ini dia! Kalian pasti yang sudah memecahkan kaca jendela paman. Kalian rupanya juga mencuri jambu paman!” Dodo : “Ampun, paman. Maafkan kami…” (mata berkunang-kunang) Didi : (Berbisik pada Dodo) “Kamu bilang saja pada pamanmu. Kita mencuri jambu untuk obat kakekku yang sedang sakit.” Dodo : “Baiklah.” Paman : “Kenapa kalian ini?” Dodo : “Begini, alasan kami mencuri jambu paman. Kita ini sedang mencari jambu untuk obat kekek Didi yang sedang sakit dan tadi kami tidak sengaja memecahkan kaca jendela paman.” Didi : “Be..bet..betul itu paman. Kasihanilah kami…”(Dengan wajah berpura-pura meminta belas kasihan) Lita : “Ah, alasan saja kalian ini. Tapi…” (Lita langsung berbisik pada ayahnya.) Lita : “Ayah, bukannya kakeknya Didi sudah meninggal dua tahun yang lalu? mereka pasti hanya ingin mencuri jambu saja. Begini, yah……” Paman : “Baiklah. Kalian boleh mengambil beberapa jambu dan paman maafkan atas kejadian tadi.” Didi : “Yeyey… terimakasih, Pak! Dodo : “Wah, paman baik sekali. Berkat Lita, kita bisa dapat jambunya untuk kakekmu, Di. Meskipun kita udah mecahin kaca jendela paman” Lita : “Ayahku memang bijaksana dan memaafkan kepada siapa pun yang meminta maaf padanya.” Didi : “Maafkan kami juga, ya, Lit. Udah jatuhin kamu batu, itu tadi gara-gara Dodo….” Dodo : “Bukannya kamu ya, Di?” Lita : “Iya,iya.” (Mereka pun kembali memanjat) Paman : “Tunggu sebentar..” Didi : “Ada apa?” Paman : “Kalian boleh mengambil beberapa jambu. Tetapi, setelah kalian selesai mengambilnya, kalian, paman persilakan untuk menyapu halaman rumah paman.” Didi dan Dodo : “Ya, Allah….!!!!” Akhirnya mereka menyapu halaman rumah Paman Dodo yang lumayan luas dan Lita tetap menunggui mereka agar tidak melarikan diri.
Aldan : Hamzah…. Hamzahhhhhhhhhh (berteriak dari kejauhan)
Hamzah : Kenapa teriak-teriak, ada apa?
Aldan : Kamu kenapa enggak datang tadi di acara rapat desa? Diundang kan?
Hamzah : Iya, untuk apa datang, aku udah tau apa yang mau diomongkan sama kepala desa baru itu.
Aldan : Bukan soal sawah yang katanya mau dijual itu, kades baru nyuruh para warga untuk menyetor uang atau upeti jika mau mengadakan hajat di desa ini.
Hamzah : Apa? Bukannya itu melanggar? Kita tidak bisa tinggal diam, kita harus cari bukti pelanggaran itu dan lapor kepada petugas peninjau desa.
Aldan : Tapi gimana caranya? Kamu kan tau apapun yang dilakukan warga selalu diawasi olehnya.
Hamzah : Coba kita bicara sama yang lain dulu.
Babak 2
Di Ruang keluarga rumah Teguh
Teguh : Kalo tau jadi kepala desa bisa cepet kaya, dari dulu aja bapak nyalon ya.
Fatah : Iya pak, kan sekarang bapak udah jadi kepala desa ni, urusan jodohku gimana? Dengan Alifah?
Teguh : Itu masalah kecil, Darka enggak mungkin bisa menolak perjodohannya.
Fatah : Jadi aku pasti sama dia kan pak?
Teguh : Iya sudah jangan khawatir,ini simpan dokumen penting ini.
Fatah : Apa ini pak?
Teguh : Ini adalah data penduduk desa yang tidak kebagian hak pilih kemaren.
Fatah : Ooooooooo siap pak hehe…
Babak 3
Sore hari di Rumah Pak Darka
Pak Darka : Bapak tidak bisa berbuat banyak nak, mereka selalu mengancam dan utang-utang itu tidak bisa bapak bayar segera.
Alifah : Tapi pak, aku tidak mungkin nikah sama Fatah, dia sama seperti bapaknya, angkuh!
Hamzah : Apa tidak ada cara untuk membuktikan kalo kepala desa kita ini tidak berperikemanusiaan dan selalu memeras warganya.
Pak darka : Maaf nak, bapak tidak bisa apa-apa untuk membantu kalian.
Alifah : Kami tau pak, keadaan sedang sulit, emmmmm… kita harus cari bukti, apa saja… pokoknya bukti untuk diserahkan kepada pengawas desa supaya pak Teguh dicopot dari jabatannya.
Aldan : Pendapat Alifah benar, tapi harus mulai dari mana? Kita sendiri aja enggak bisa masuk ke kantornya.
Hamzah : Kita akan temukan bukti-bukti itu dimanapun, di rumah atau kantor.
Alifah : Bagaimana jika aku yang kesana? Mereka nggak akan curiga.
Hamzah : Tapi kamu harus hati-hati, kamu tau kan sifat kejamnya kepala desa?
Alifah : Iya jangan khawatir.
Babak 4
Keesokan harinya di depan rumah Teguh
(Suara pintu diketuk…)
Fatah : Alifah, ada apa? Tumben kemari, ayo masuk.
Alifah : Iya, bapakku mau ketemu sama kamu, katanya mau bicara perjodohan.
Fatah : Jadi kamu sudah setuju? Baik ayo kita ke rumahmu sekarang.
(Rumah kosong, Hamzah dan Aldan masuk)
Aldan : Apa enggak kenapa-kenapa kalo kita masuk seperti ini, nanti kita dituduh maling lagi.
Hamzah : Tidak ada cara lain, resiko… ayo cepet cari apapun yang bisa jadi barang bukti.
Aldan : Aku menemukan map kuning di ruang kerja isinya coba kau liat.
Hamzah : Data penduduk yang tidak punya hak pilih waktu pemilihan kades kemaren.
Aldan : Kita bawa saja, udah gak ada waktu lagi.
Hamzah : Ayo jangan sampai ada yang curiga.
8