Di era pandemi dewasa ini, masyarakat Indonesia dihadapkan dengan problematika sosial yang kompleks terkait dengan dampak sosial-ekonomi pandemi. a. Coba Anda jelaskan konsep dasar sosiologi yaitu interaksi sosial disosiatif! b. Kemukakan analisis Anda tentang kasus di atas dikaitkan dengan konsep interaksi sosial disosiatif!
Proses vaksinasi Covid-19 di masyarakat tentunya mendapat respons yang beragam. Tidak sedikit kelompok masyarakat yang kontra pada kebijakan vaksinasi. Selain itu, perilaku masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan di beberapa wilayah masih sangat rendah. Sanksi administratif (denda uang) dan sosial (membersihkan jalan atau masuk ambulance) dirasa kurang efektif memutus rantai penyebaran Covid-19. Angka positif Covid-19 masih cukup tinggi. a. Coba Anda jelaskan konsep dasar sosiologi yaitu kontrol sosial kelompok sekunder! b. Kemukakan analisis Anda tentang kasus di atas dikaitkan dengan konsep kontrol sosial kelompok sekunder!
Ready jawabannya hanya di @jasa_tugaskaltara wa ke : 089522850844
a. Interaksi sosial disosiatif dalam sosiologi merujuk pada hubungan atau interaksi antara individu atau kelompok yang ditandai oleh ketegangan, konflik, atau perpecahan. Dalam interaksi sosial disosiatif, terjadi ketidakharmonisan atau ketidaksepakatan antara individu atau kelompok yang terlibat, yang dapat menciptakan ketegangan, permusuhan, atau bahkan bentuk konflik sosial. Konsep ini mengacu pada situasi di mana hubungan sosial yang terjalin cenderung memperkuat perbedaan, ketidakcocokan, atau perpecahan antara individu atau kelompok.
b. Dalam konteks kasus yang disebutkan, terdapat keterkaitan dengan konsep interaksi sosial disosiatif. Respons yang beragam terhadap proses vaksinasi Covid-19 dan rendahnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan menunjukkan adanya ketidaksepakatan atau perpecahan dalam masyarakat terkait penanggulangan pandemi. Kelompok yang kontra terhadap vaksinasi dan kurangnya kesadaran akan pentingnya protokol kesehatan menciptakan ketegangan dan ketidakharmonisan dalam upaya penanggulangan Covid-19.
Dalam situasi ini, interaksi sosial disosiatif tercermin dalam polarisasi pandangan dan tindakan masyarakat terhadap upaya penanggulangan pandemi. Ketegangan antara kelompok yang pro dan kontra vaksinasi, serta rendahnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan, menunjukkan ketidaksepakatan dan perpecahan yang mempengaruhi upaya penanggulangan yang efektif. Perbedaan pandangan dan tindakan tersebut menciptakan hambatan dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 dan berpotensi memperpanjang dampak sosial-ekonomi pandemi.
a. Kontrol sosial kelompok sekunder adalah mekanisme kontrol sosial yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang lebih besar dan formal, seperti institusi, organisasi, atau lembaga di masyarakat. Kelompok sekunder memiliki peran dalam mengatur dan mengontrol perilaku individu atau kelompok dalam masyarakat melalui aturan, norma, dan sanksi yang ditetapkan.
b. Dalam kasus yang disebutkan, terkait dengan konsep kontrol sosial kelompok sekunder, terlihat bahwa sanksi administratif dan sosial yang diberlakukan (seperti denda dan membersihkan jalan) tidak mampu secara efektif mengendalikan perilaku masyarakat terkait kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Meskipun ada sanksi yang diberlakukan, angka positif Covid-19 masih tinggi, menunjukkan bahwa mekanisme kontrol sosial kelompok sekunder belum berhasil secara optimal dalam mempengaruhi perilaku masyarakat.
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya protokol kesehatan, perbedaan pandangan atau keyakinan yang sulit untuk dikendalikan dengan sanksi, atau kelemahan dalam penegakan s
Jawaban:
Penjelasan:
a. Interaksi sosial disosiatif dalam sosiologi merujuk pada hubungan atau interaksi antara individu atau kelompok yang ditandai oleh ketegangan, konflik, atau perpecahan. Dalam interaksi sosial disosiatif, terjadi ketidakharmonisan atau ketidaksepakatan antara individu atau kelompok yang terlibat, yang dapat menciptakan ketegangan, permusuhan, atau bahkan bentuk konflik sosial. Konsep ini mengacu pada situasi di mana hubungan sosial yang terjalin cenderung memperkuat perbedaan, ketidakcocokan, atau perpecahan antara individu atau kelompok.
b. Dalam konteks kasus yang disebutkan, terdapat keterkaitan dengan konsep interaksi sosial disosiatif. Respons yang beragam terhadap proses vaksinasi Covid-19 dan rendahnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan menunjukkan adanya ketidaksepakatan atau perpecahan dalam masyarakat terkait penanggulangan pandemi. Kelompok yang kontra terhadap vaksinasi dan kurangnya kesadaran akan pentingnya protokol kesehatan menciptakan ketegangan dan ketidakharmonisan dalam upaya penanggulangan Covid-19.
Dalam situasi ini, interaksi sosial disosiatif tercermin dalam polarisasi pandangan dan tindakan masyarakat terhadap upaya penanggulangan pandemi. Ketegangan antara kelompok yang pro dan kontra vaksinasi, serta rendahnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan, menunjukkan ketidaksepakatan dan perpecahan yang mempengaruhi upaya penanggulangan yang efektif. Perbedaan pandangan dan tindakan tersebut menciptakan hambatan dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 dan berpotensi memperpanjang dampak sosial-ekonomi pandemi.
a. Kontrol sosial kelompok sekunder adalah mekanisme kontrol sosial yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang lebih besar dan formal, seperti institusi, organisasi, atau lembaga di masyarakat. Kelompok sekunder memiliki peran dalam mengatur dan mengontrol perilaku individu atau kelompok dalam masyarakat melalui aturan, norma, dan sanksi yang ditetapkan.
b. Dalam kasus yang disebutkan, terkait dengan konsep kontrol sosial kelompok sekunder, terlihat bahwa sanksi administratif dan sosial yang diberlakukan (seperti denda dan membersihkan jalan) tidak mampu secara efektif mengendalikan perilaku masyarakat terkait kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Meskipun ada sanksi yang diberlakukan, angka positif Covid-19 masih tinggi, menunjukkan bahwa mekanisme kontrol sosial kelompok sekunder belum berhasil secara optimal dalam mempengaruhi perilaku masyarakat.
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya kesadaran akan pentingnya protokol kesehatan, perbedaan pandangan atau keyakinan yang sulit untuk dikendalikan dengan sanksi, atau kelemahan dalam penegakan s