ketika kurasa kau tidur gedung runtuh mendadak surau dan sekolah terbelah ketika kau gerakkan tangan untuk sekadar menggeliat dan ribuan orang berlarian ke sawah dan bebukitan bayi menangis, ibu menjerit
aku kerap merasa bisa memahamimu tapi kukira tidak
ketika kau menguap gemuruh bergelora air tinggi bergulung-gulung lalu berayun-ayun perahu menghempas pantai dan batang kelapa menenggelamkan pasir merendam jalan-jalan tepian
kini kutahu aku harus terus membacamu tiap-tiap huruf dalam buku serta hela nafas dan gerakmu karena kami bukan apa-apa :sebatas debu dalam gurunmu
1 votes Thanks 2
latifah09
ini puisi buatan sendiri ? atau dari google ?
mahirasangka
Hasil buatan kelompok dri teman kelasku
hujan hari itu, masih teringat jelas di benakku sebagian orang gembira, sebagianpun kelabu suka dan cita terasa bersatu menepis tabir biru tawa lepas dari bibir mereka, tapi tidak dengan aku
hujan hari itu, masih menyimpan kepedihan yang mendalam sisa sisa sampah bercerakan, akibat tragedi alam alam yang dulu membawa kehidupan indah bagi insan kini berubah menjadi bringas dan membinasakan
mungkin ini teguran tuhan kepada kita manusia yang tak pernah puas dengan harta manusia yang tak pernah syukur atas NikmatNya manusia yang tak bersahabat dengan semesta
siapa yang akan menjaga kelestarian alam bukan kah ini peringatan Tuhan kepada insan untuk selalu berbenah dan menjaga alam alam pun tak enggan untuk selalu memuliakan insan
ketika manusia sadar dan mau berbenah ketika manusia sudah tidak lagi serakah seribu kali hujan pun datang tak mengapa banjir dan longsorpun tak akan datang menerpa
0 votes Thanks 4
latifah09
ini puisi buatan sendiri ? atau dari google ?
selalu kukira
aku mengenalmu
tapi ternyata belum
ketika kurasa kau tidur
gedung runtuh mendadak
surau dan sekolah terbelah
ketika kau gerakkan tangan
untuk sekadar menggeliat
dan ribuan orang berlarian
ke sawah dan bebukitan
bayi menangis, ibu menjerit
aku kerap merasa
bisa memahamimu
tapi kukira tidak
ketika kau menguap
gemuruh bergelora
air tinggi bergulung-gulung
lalu berayun-ayun perahu
menghempas pantai dan batang kelapa
menenggelamkan pasir
merendam jalan-jalan tepian
kini kutahu
aku harus terus membacamu
tiap-tiap huruf dalam buku
serta hela nafas dan gerakmu
karena kami bukan apa-apa
:sebatas debu dalam gurunmu
hujan hari itu, masih teringat jelas di benakku
sebagian orang gembira, sebagianpun kelabu
suka dan cita terasa bersatu menepis tabir biru
tawa lepas dari bibir mereka, tapi tidak dengan aku
hujan hari itu, masih menyimpan kepedihan yang mendalam
sisa sisa sampah bercerakan, akibat tragedi alam
alam yang dulu membawa kehidupan indah bagi insan
kini berubah menjadi bringas dan membinasakan
mungkin ini teguran tuhan kepada kita
manusia yang tak pernah puas dengan harta
manusia yang tak pernah syukur atas NikmatNya
manusia yang tak bersahabat dengan semesta
siapa yang akan menjaga kelestarian alam
bukan kah ini peringatan Tuhan kepada insan
untuk selalu berbenah dan menjaga alam
alam pun tak enggan untuk selalu memuliakan insan
ketika manusia sadar dan mau berbenah
ketika manusia sudah tidak lagi serakah
seribu kali hujan pun datang tak mengapa
banjir dan longsorpun tak akan datang menerpa