Contoh dialog interaktif bertema pendidikan untuk 6 orang
dimastoro
Nama acara : Kick Andy Tema acara : Pentingnya Pendidikan Tanggal : 1 Juli 2013
Andy (A) Metta (M) Pak Nuhh (PN) Ibu Emi (IE) Alvin Nura Fajrin (AN) B : Besudut
A : di depan saya saya sudah ada Neta Andriyani, neta asalnya dari mana M : Tulungagung
A : sekarang kerja di? M : toko pakan burung
A : Berapa gajinya? M : gaji 400 ribu perbulan
A : soalnya tadi pak nuh tanya itu per hari atau perbulan, kalau pak nuh tiap hari beli pakan burung di tokonya Neta mungkin bisa
PN : he he
A : tapi apakah betul apakah neta adalah lulusan terbaik dari tulungagung? M : Iya benar
Monolog : kemiskinan tidak identik dengan kebodohan, neta andriyani tekun, tak kalah dengan mereka yang dibekali fasilitas berlebih. Lulus 56,45 meraih nilai UN tertinggi sekabupaten tulung agung.
Tinggal di dusun trimulyo, membantu ibu, yang bekerja sebagai penjahit, tiap satu celana yang dijahit akan mendapat 1 ribu, dan ayah bekerja sebagai buruh bangunan dengan gaji tak tetap, meski dengan akademis tinggi, neta pasrah apabila nanti tidak mampu kuliah karena alasan biaya.
Dia ingin kuliah sesuai minatnya di bidang matematika.
A : Apa betul meta pernah menunggak uang sekolah, M : Iya
A :berapa uang meta perbulan M : 180 000, tapi itu sudah ada keringanan
A : betulkan sejak kelas 1 hingga tamat sd selalu rangking terbaik, smp dan sma selalu masuk 10 besar. Dari ujian tahun ini, metta meraih nilai tertinggi, rata rata berapa? M : berarti per pelajaran meraih 9,3.
A : Berarti dengan kondisi ini, bagaimana membagi waktu, M : abis pulang sekolah, kemdudian belajar ,orang tua senang, tapi sedih, nilai bagus tapi tidak bisa sekolah lagi karena tidak ada biaya.
A : Bagaimana perasaan ibu EMi? IE : .... ,ada bahagia tapi sedihnya,
A : usaha yang dilakukan apa saja? apakah sudah ada dana untuk membiayai kuliah? IE : sama sekali belum ada dana, tapi sudah ada yang mau membantu, tapi belum ada yang terealisasi,
A : tapi kalau ibu yang membiayai? IE :untuk makan saja sudah pas pasan pak,
A :apa harapan ibu IE :semoga cita cita tercapai, saya harap dia bisa menjadi dosen
A :sekarang meta bekerja di toko makanan burung untuk sementara, bagaimana dengan jalur SNMPTN?
M: padahal udah mau masuk snmptn tapi tidak lulus
A :pernah mencoba jalur sbmptn M : ini mau mencoba
A : metta punya mimpi apa sih M :ingin membahagiakan orang tua saya, karena beliau sudah membesarkan saya dengan susah payah..
A :Kita mendoakan agar Metta lulus
Berikutnya adalah lulusan terbaik se jawa timur di bidang IPA yang juga mengajukan bantuan untuk siswa keluarga miskin.
Monolog : Alvin siswa dari Situbondo. Nilai UN 58,15. Baginya UN bukan momok untuk ditakuti, tapi dihadapi dengan persiapan matang, baginya meraih rangking di kelas adalah langganan baginya. Meraih nilai tertinggi adalah langganannya. Alvin sering berbagi ilmu dengan teman-temannya. AN : sesama teman harus sering mendoakan.
A : Saya tidak ada niat menjadi yang tertinggi. Saya hanya ingin mengerjakan dengan sebaikbaiknya.
A : apakah pernah orang tua menjual beras persediaan untuk membeli buku? AN : ya waktu itu uang nya habis, kemudian ada beras ya dijual
A: kalau tidak bisa membeli buku? AN : ya pinjam dan difoto kopi
A : tertinggi apa itu? AN : Matematika, Fisika, Biologi semua dapat 10.
A :Katanya soal UN ada yang bocor? AN : Bagaimana UN tidak bocor, pertanyaan malaikat di alam kubur saja udah bocor kemana mana.
A : tamu berikut punya dua nama, dia adalah anak rimba pertama yang lulus ujian nasional. B : nama ada Besudut dan Irman Jalil, nama anak rimbanya Besudut, nama setelah masuk itu Irman Jalil.
A :Umur berapa? B :21, karena Ijazah menulis seperti itu
A :Bagaimana cerita awal dulu? B :Dulu saya belajar membaca dengan Ibu Butet Manurung, kemudian aku mencoba masuk ke SD, dan di SD di tes membaca masuk ke kelas 4, ternyata dengan kemampuan aku, aku direkomendasikan langsung kelas 5.
Kesimpulan : kemisikinan tidak identik dengan kebodohan, selama masih ada keinginan dan usaha pasti bisa.
Tema acara : Pentingnya Pendidikan
Tanggal : 1 Juli 2013
Andy (A)
Metta (M)
Pak Nuhh (PN)
Ibu Emi (IE)
Alvin Nura Fajrin (AN)
B : Besudut
A : di depan saya saya sudah ada Neta Andriyani, neta asalnya dari mana
M : Tulungagung
A : sekarang kerja di?
M : toko pakan burung
A : Berapa gajinya?
M : gaji 400 ribu perbulan
A : soalnya tadi pak nuh tanya itu per hari atau perbulan, kalau pak nuh tiap hari beli pakan burung di tokonya Neta mungkin bisa
PN : he he
A : tapi apakah betul apakah neta adalah lulusan terbaik dari tulungagung?
M : Iya benar
Monolog : kemiskinan tidak identik dengan kebodohan, neta andriyani tekun, tak kalah dengan mereka yang dibekali fasilitas berlebih. Lulus 56,45 meraih nilai UN tertinggi sekabupaten tulung agung.
Tinggal di dusun trimulyo, membantu ibu, yang bekerja sebagai penjahit, tiap satu celana yang dijahit akan mendapat 1 ribu, dan ayah bekerja sebagai buruh bangunan dengan gaji tak tetap, meski dengan akademis tinggi, neta pasrah apabila nanti tidak mampu kuliah karena alasan biaya.
Dia ingin kuliah sesuai minatnya di bidang matematika.
A : Apa betul meta pernah menunggak uang sekolah,
M : Iya
A :berapa uang meta perbulan
M : 180 000, tapi itu sudah ada keringanan
A : betulkan sejak kelas 1 hingga tamat sd selalu rangking terbaik, smp dan sma selalu masuk 10 besar. Dari ujian tahun ini, metta meraih nilai tertinggi, rata rata berapa?
M : berarti per pelajaran meraih 9,3.
A : Berarti dengan kondisi ini, bagaimana membagi waktu,
M : abis pulang sekolah, kemdudian belajar ,orang tua senang, tapi sedih, nilai bagus tapi tidak bisa sekolah lagi karena tidak ada biaya.
A : Bagaimana perasaan ibu EMi?
IE : .... ,ada bahagia tapi sedihnya,
A : usaha yang dilakukan apa saja? apakah sudah ada dana untuk membiayai kuliah?
IE : sama sekali belum ada dana, tapi sudah ada yang mau membantu, tapi belum ada yang terealisasi,
A : tapi kalau ibu yang membiayai?
IE :untuk makan saja sudah pas pasan pak,
A :apa harapan ibu
IE :semoga cita cita tercapai, saya harap dia bisa menjadi dosen
A :sekarang meta bekerja di toko makanan burung untuk sementara, bagaimana dengan jalur SNMPTN?
M: padahal udah mau masuk snmptn tapi tidak lulus
A :pernah mencoba jalur sbmptn
M : ini mau mencoba
A : metta punya mimpi apa sih
M :ingin membahagiakan orang tua saya, karena beliau sudah membesarkan saya dengan susah payah..
A :Kita mendoakan agar Metta lulus
Berikutnya adalah lulusan terbaik se jawa timur di bidang IPA yang juga mengajukan bantuan untuk siswa keluarga miskin.
Monolog : Alvin siswa dari Situbondo. Nilai UN 58,15. Baginya UN bukan momok untuk ditakuti, tapi dihadapi dengan persiapan matang, baginya meraih rangking di kelas adalah langganan baginya. Meraih nilai tertinggi adalah langganannya. Alvin sering berbagi ilmu dengan teman-temannya.
AN : sesama teman harus sering mendoakan.
A : Saya tidak ada niat menjadi yang tertinggi. Saya hanya ingin mengerjakan dengan sebaikbaiknya.
A : apakah pernah orang tua menjual beras persediaan untuk membeli buku?
AN : ya waktu itu uang nya habis, kemudian ada beras ya dijual
A: kalau tidak bisa membeli buku?
AN : ya pinjam dan difoto kopi
A : tertinggi apa itu?
AN : Matematika, Fisika, Biologi semua dapat 10.
A :Katanya soal UN ada yang bocor?
AN : Bagaimana UN tidak bocor, pertanyaan malaikat di alam kubur saja udah bocor kemana mana.
A : tamu berikut punya dua nama, dia adalah anak rimba pertama yang lulus ujian nasional.
B : nama ada Besudut dan Irman Jalil, nama anak rimbanya Besudut, nama setelah masuk itu Irman Jalil.
A :Umur berapa?
B :21, karena Ijazah menulis seperti itu
A :Bagaimana cerita awal dulu?
B :Dulu saya belajar membaca dengan Ibu Butet Manurung, kemudian aku mencoba masuk ke SD, dan di SD di tes membaca masuk ke kelas 4, ternyata dengan kemampuan aku, aku direkomendasikan langsung kelas 5.
Kesimpulan : kemisikinan tidak identik dengan kebodohan, selama masih ada keinginan dan usaha pasti bisa.