Ceritakan tentang masa kejayaan Kerajaan Minangkabau dan Kerajaan Pagaruyung
kenluknaurie
Minangkabau: Tahun 1803 mulailah satu peristiwa yg akan menambah warna warni sejarah Minangkabau dan akhirnya menghapus gemilangnya nama kerajaan itu dari halaman sejarah. Sebelumnya Minangkabau sudah memeluk agama Islam yaitu kira-kira sejak tahun 1530 dan antara agama dan adat berjalan ibarat TALI DUO SAPILIN yang satu memperkuat yang lainnya. Adat memperkokoh syara' dan syara' memperkuat adat. Tetapi justru karena merupakan tali duo sapilin itu banyak syarat-syarat keagamaan yang tidak menurut semestinya lagi. Hal-hal agama yang dianggap BID'AH berkembang dengan suburnya dalam masyarakat. Tentang pembahagian harta pusaka yang tidak menurut hukum Faraid dan keturunan menurut garis ibu menyebabkan terjadinya rasa tidak puas yang membakar dalam hati.
Banyak lagi hal-hal keagamaan yang menyebabkan kaum muda merasa kurang puas terhadap para ulama tua yang memegang faham Syi'ah. Dan kian lama bertambah besar jumlah ulama-ulama muda yg merasa anti terhadap yg sudah usang itu sehingga oleh ahli sejarah mereka dijuluki : "The angry ulamas" (Ulama yang marah). Pada tahun 1803 datang tiga orang haji dari Mekah yang bergelar : 1. Haji Miskin yg berasal dari Luhak Agam dan Suraunya terdapat dikampung Pandai Sikek, Bukittinggi. Disinilah Haji Miskin mengembangkan fahamnya yg baru diterimanya di Mekah. Dengan khotbah yg berapi-api dan membakar semangat sehingga para pengikutnya bertambah banyak. 2. Haji Piobang yg berasal dari Luhak Lima Puluh. Ia seorang ulama muda yg revolusioner seorang genius yg mengerti taktik militer dan strategi. Selama tinggal di Mekah ia sempat juga pergi ke Mesir dan menuntut ilmu di Universitas Al Azhar. 3. Haji Sumanik berasal dari Luhak Agam, seorang ulama muda yg jiwanya penuh dengan semangat pembaharuan dalam agama.
Tahun 1803 mulailah satu peristiwa yg akan menambah warna warni sejarah Minangkabau dan akhirnya menghapus gemilangnya nama kerajaan itu dari halaman sejarah. Sebelumnya Minangkabau sudah memeluk agama Islam yaitu kira-kira sejak tahun 1530 dan antara agama dan adat berjalan ibarat TALI DUO SAPILIN yang satu memperkuat yang lainnya. Adat memperkokoh syara' dan syara' memperkuat adat. Tetapi justru karena merupakan tali duo sapilin itu banyak syarat-syarat keagamaan yang tidak menurut semestinya lagi. Hal-hal agama yang dianggap BID'AH berkembang dengan suburnya dalam masyarakat. Tentang pembahagian harta pusaka yang tidak menurut hukum Faraid dan keturunan menurut garis ibu menyebabkan terjadinya rasa tidak puas yang membakar dalam hati.
Banyak lagi hal-hal keagamaan yang menyebabkan kaum muda merasa kurang puas terhadap para ulama tua yang memegang faham Syi'ah. Dan kian lama bertambah besar jumlah ulama-ulama muda yg merasa anti terhadap yg sudah usang itu sehingga oleh ahli sejarah mereka dijuluki : "The angry ulamas" (Ulama yang marah).
Pada tahun 1803 datang tiga orang haji dari Mekah yang bergelar :
1. Haji Miskin yg berasal dari Luhak Agam dan Suraunya terdapat dikampung Pandai Sikek, Bukittinggi. Disinilah Haji Miskin mengembangkan fahamnya yg baru diterimanya di Mekah. Dengan khotbah yg berapi-api dan membakar semangat sehingga para pengikutnya bertambah banyak.
2. Haji Piobang yg berasal dari Luhak Lima Puluh. Ia seorang ulama muda yg revolusioner seorang genius yg mengerti taktik militer dan strategi. Selama tinggal di Mekah ia sempat juga pergi ke Mesir dan menuntut ilmu di Universitas Al Azhar.
3. Haji Sumanik berasal dari Luhak Agam, seorang ulama muda yg jiwanya penuh dengan semangat pembaharuan dalam agama.