Carilah artikel yang terkait dengan program untuk mengurangi terjadinya pemanasan global yang dilakukan oleh pihak dunia (PBB) tolong dijawab yg benar!!!
Ini cara lama yang sudah terbukti ampuh menjaga kestabilan ekologi di lahan pertanian. Kearifan lokal di banyak negara telah mempraktikkan menanam tanaman pertanian dengan mengombinasikannya dengan pohon berkayu. Di Indonesia, misalnya, ada repong damar di Lampung, talun di Priangan, dan banyak ragam agroforestri yang terbukti bisa menahan erosi lahan pertanian seraya memelihara hutan.
Sistem tumpang sari ini diadopsi dalam program perhutanan sosial yang menjadi program unggulan pemerintahan Joko Widodo di periode pertama. Kendati tak mencapai target memberikan skema perhutanan sosial seluas 12,7 juta hektare, program ini direkomendasikan PBB sebagai cara tradisional yang layak dikembangkan untuk menjaga hutan tetap lestari seraya mencukupi kebutuhan pangan penduduk bumi.
Di Indonesia, perhutanan sosial didefinisikan sebagai pemberian hak akses kepada masyarakat mengelola kawasan seluas 2 hektare per kepala keluarga selama 35 tahun dengan lima skema: hutan desa, hutan adat, hutan kemasyarakatan, kemitraan kehutanan, dan hutan rakyat. Hingga Juni lalu, pemerintah telah memberikan 3,09 juta hektare melalui lima skema itu.
Restorasi
Indonesia memulai restorasi ekosistem sejak 2007. Meski masih centang-perenang dalam merumuskan kebijakan dan implementasinya di lapangan, restorasi telah berjalan di 600 ribu hektare oleh 16 unit manajemen. Restorasi berupa pemulihan kawasan hutan yang rusak setelah pengelolaannya diberikan melalui HPH dan HTI yang dilakukan oleh perusahaan swasta.
Jika selama 30 tahun izin usaha hutan diberikan kepada perusahaan dengan menebang kayu, izin hutan produksi kini diberikan kepada perusahaan untuk menjaga dan menanami kembali hutan yang gundul, menjaganya dari kebakaran, perambahan, hingga pembalakan liar.
Izin HPH dan HTI, juga perambahan dan pembalakan liar, serta konversi ke perkebunan membuat 34 juta hektare tutupan hutan Indonesia hilang hingga 2016. Kini hutan Indonesia ditetapkan seluas 120 juta hektare dengan laju deforestasi masih 1,2 juta hektare per tahun atau dua kali luas lapangan sepak bola per menit.
Restorasi adalah jalan terbaik mengelola hutan secara lestari. Perusahaan yang mengelolanya bisa mendapatkan keuntungan dengan menjual karbon, ekowisata, atau memanen hasil hutan bukan kayu yang menjadi kekayaan dan keragaman alami hutan tropis Indonesia.
Manajemen produksi pertanian dan peternakan
Pengolahan makanan menjadi problem serius terhadap lingkungan, di luar soal pemakaian energi tak terbarukan setelah Revolusi Industri. Menurut laporan PBB itu, sebanyak 30% makanan di dunia menjadi sampah. Tanpa manajemen makanan di tiap negara, sektor pertanian akan terus meluas seraya menghasilkan produk mubazir karena menjadi sampah. Sampah akan memicu gas metana yang membuat emisi karbon dan pemanasan global.
Manajemen makanan akan berpengaruh besar terhadap manajemen suplai lain seperti peternakan. Peternakan telah memicu pembukaan lahan yang luas dan memicu pemanasan global akibat emisi yang dihasilkannya. Emisi yang dilepas dari sektor ini sebanyak 5 Giga ton setara CO2 per tahun, hampir menyamai emisi yang dihasilkan seluruh emisi Amerika Serikat pada 2017.
Di Indonesia, dari 64 juta ton sampah per tahun, 50 persen berupa sisa makanan. Padahal, makanan tersebut diolah dari pertanian dengan membuka lahan atau konversi kawasan hutan yang memicu pemanasan global.
Agroforestri
Ini cara lama yang sudah terbukti ampuh menjaga kestabilan ekologi di lahan pertanian. Kearifan lokal di banyak negara telah mempraktikkan menanam tanaman pertanian dengan mengombinasikannya dengan pohon berkayu. Di Indonesia, misalnya, ada repong damar di Lampung, talun di Priangan, dan banyak ragam agroforestri yang terbukti bisa menahan erosi lahan pertanian seraya memelihara hutan.
Sistem tumpang sari ini diadopsi dalam program perhutanan sosial yang menjadi program unggulan pemerintahan Joko Widodo di periode pertama. Kendati tak mencapai target memberikan skema perhutanan sosial seluas 12,7 juta hektare, program ini direkomendasikan PBB sebagai cara tradisional yang layak dikembangkan untuk menjaga hutan tetap lestari seraya mencukupi kebutuhan pangan penduduk bumi.
Di Indonesia, perhutanan sosial didefinisikan sebagai pemberian hak akses kepada masyarakat mengelola kawasan seluas 2 hektare per kepala keluarga selama 35 tahun dengan lima skema: hutan desa, hutan adat, hutan kemasyarakatan, kemitraan kehutanan, dan hutan rakyat. Hingga Juni lalu, pemerintah telah memberikan 3,09 juta hektare melalui lima skema itu.
Restorasi
Indonesia memulai restorasi ekosistem sejak 2007. Meski masih centang-perenang dalam merumuskan kebijakan dan implementasinya di lapangan, restorasi telah berjalan di 600 ribu hektare oleh 16 unit manajemen. Restorasi berupa pemulihan kawasan hutan yang rusak setelah pengelolaannya diberikan melalui HPH dan HTI yang dilakukan oleh perusahaan swasta.
Jika selama 30 tahun izin usaha hutan diberikan kepada perusahaan dengan menebang kayu, izin hutan produksi kini diberikan kepada perusahaan untuk menjaga dan menanami kembali hutan yang gundul, menjaganya dari kebakaran, perambahan, hingga pembalakan liar.
Izin HPH dan HTI, juga perambahan dan pembalakan liar, serta konversi ke perkebunan membuat 34 juta hektare tutupan hutan Indonesia hilang hingga 2016. Kini hutan Indonesia ditetapkan seluas 120 juta hektare dengan laju deforestasi masih 1,2 juta hektare per tahun atau dua kali luas lapangan sepak bola per menit.
Restorasi adalah jalan terbaik mengelola hutan secara lestari. Perusahaan yang mengelolanya bisa mendapatkan keuntungan dengan menjual karbon, ekowisata, atau memanen hasil hutan bukan kayu yang menjadi kekayaan dan keragaman alami hutan tropis Indonesia.
Manajemen produksi pertanian dan peternakan
Pengolahan makanan menjadi problem serius terhadap lingkungan, di luar soal pemakaian energi tak terbarukan setelah Revolusi Industri. Menurut laporan PBB itu, sebanyak 30% makanan di dunia menjadi sampah. Tanpa manajemen makanan di tiap negara, sektor pertanian akan terus meluas seraya menghasilkan produk mubazir karena menjadi sampah. Sampah akan memicu gas metana yang membuat emisi karbon dan pemanasan global.
Manajemen makanan akan berpengaruh besar terhadap manajemen suplai lain seperti peternakan. Peternakan telah memicu pembukaan lahan yang luas dan memicu pemanasan global akibat emisi yang dihasilkannya. Emisi yang dilepas dari sektor ini sebanyak 5 Giga ton setara CO2 per tahun, hampir menyamai emisi yang dihasilkan seluruh emisi Amerika Serikat pada 2017.
Di Indonesia, dari 64 juta ton sampah per tahun, 50 persen berupa sisa makanan. Padahal, makanan tersebut diolah dari pertanian dengan membuka lahan atau konversi kawasan hutan yang memicu pemanasan global.