Nah, waktu hari pertama di SMA, aku kebingungan mencari namaku di papan pengumuman. Ah, tidak ada namaku.
Tiba-tiba, Belva menepuk pundakku.
“Hei, kamu ngapain di situ?” tanya Belva.
“Lagi nyari namaku. Kok nggak ada namaku ya?” tanyaku.
“Hei, Andela. Kamu bisa baca nggak?” ledek Belva.
“Bisa kok. Kenapa memangnya?” tanyaku heran.
“Itu bacaannya apa?” tanya Belva.
“Nama anggota tim padus. Astaga, aku salah lihat!!! Pantesan nggak ada namaku di situ.” pekikku kesal.
“Ya udah, ayo kita ke situ.” ajak Belva.
“Ngapain?” tanyaku.
“Sini ya Andela Mariana. Dengerin aku ya. Kita itu sekarang mau ngelihat pengumuman kelas. Paham!!!” ucap Belva dengan nada yang lumayan tinggi.
“Baiklah.” ucapku lalu pergi bersama Belva.
Pada saat aku baru melangkah, tiba-tiba ada pengumuman bahwa capesdik (calon peserta didik) diharapkan segera menuju aula SMA. Para capesdik segera berkumpul di aula SMA.
“Baiklah, sekarang kita akan membagi kelas. Oke, mulai dari kelas X-A…” ucap kepsek.
“Ah, lama sekali. Aku sudah mulai bosan nih.” ucapku kesal.
“Oke, 27. Karenina Belvania.” ucap kepsek.
“Asik. Yuhu!!! Aku masuk X-A!!!” teriak Belva senang.
“Udahlah, aku nggak bakalan masuk kelas X-A. Itu ‘kan jelas-jelas kelas unggulan. Sedangkan nilaiku KKM aja dah bersyukur. Seharusnya aku nggak masuk SMA sini. Nyesel aku.” ucapku minder.
“Heh, jangan pesimis dulu dong. Optimis dong!!! Apa kamu ngak ingat kata kak Ana? ‘Jangan pesimis dahulu terhadap suatu hal. Siapa tahu itu akan menjadi kenyataan’. Optimis dalam menatap masa depan.” nasihat Belva.
“Ah, baiklah, Belva. Thanks ya atas sarannya.” ucapku.
“Dan murid ketiga puluh yang masuk kelas X-A adalah… Hm, inisial namanya adalah AM. Ada yang namanya inisial AM?” tanya kepsek.
“Wah!!! Itu pasti aku!!! Anindya Mentari!!!” pekik Nindya.
“Tuh, inisialnya sama kayak nama kamu tuh. Berdoa aja siapa tahu kamu yang masuk.” ucap Belva.
“Nggaklah. Nggak mungkin. Pasti Nindya yang masuk. Jelas-jelas dia pintar.” ucapku pasrah.
“Baiklah, ada yang udah penasaran ya? Oke, akan saya beritahu. 30. Andela Mariana!!! Baiklah, bagi yang namanya sudah dipanggil untuk masuk ke X-A diharapkan segera memasuki kelas. Oke, sekarang kelas X-B…” ucap kepsek.
“Apa!!! Aku masuk X-A!!! Aku masuk X-A!!!” pekikku gembira.
Jawaban:
Nah, waktu hari pertama di SMA, aku kebingungan mencari namaku di papan pengumuman. Ah, tidak ada namaku.
Tiba-tiba, Belva menepuk pundakku.
“Hei, kamu ngapain di situ?” tanya Belva.
“Lagi nyari namaku. Kok nggak ada namaku ya?” tanyaku.
“Hei, Andela. Kamu bisa baca nggak?” ledek Belva.
“Bisa kok. Kenapa memangnya?” tanyaku heran.
“Itu bacaannya apa?” tanya Belva.
“Nama anggota tim padus. Astaga, aku salah lihat!!! Pantesan nggak ada namaku di situ.” pekikku kesal.
“Ya udah, ayo kita ke situ.” ajak Belva.
“Ngapain?” tanyaku.
“Sini ya Andela Mariana. Dengerin aku ya. Kita itu sekarang mau ngelihat pengumuman kelas. Paham!!!” ucap Belva dengan nada yang lumayan tinggi.
“Baiklah.” ucapku lalu pergi bersama Belva.
Pada saat aku baru melangkah, tiba-tiba ada pengumuman bahwa capesdik (calon peserta didik) diharapkan segera menuju aula SMA. Para capesdik segera berkumpul di aula SMA.
“Baiklah, sekarang kita akan membagi kelas. Oke, mulai dari kelas X-A…” ucap kepsek.
“Ah, lama sekali. Aku sudah mulai bosan nih.” ucapku kesal.
“Oke, 27. Karenina Belvania.” ucap kepsek.
“Asik. Yuhu!!! Aku masuk X-A!!!” teriak Belva senang.
“28. Brigitta Annisa Talitha. 29. Chikola Sanjaya.” ucap kepsek.
“Udahlah, aku nggak bakalan masuk kelas X-A. Itu ‘kan jelas-jelas kelas unggulan. Sedangkan nilaiku KKM aja dah bersyukur. Seharusnya aku nggak masuk SMA sini. Nyesel aku.” ucapku minder.
“Heh, jangan pesimis dulu dong. Optimis dong!!! Apa kamu ngak ingat kata kak Ana? ‘Jangan pesimis dahulu terhadap suatu hal. Siapa tahu itu akan menjadi kenyataan’. Optimis dalam menatap masa depan.” nasihat Belva.
“Ah, baiklah, Belva. Thanks ya atas sarannya.” ucapku.
“Dan murid ketiga puluh yang masuk kelas X-A adalah… Hm, inisial namanya adalah AM. Ada yang namanya inisial AM?” tanya kepsek.
“Wah!!! Itu pasti aku!!! Anindya Mentari!!!” pekik Nindya.
“Tuh, inisialnya sama kayak nama kamu tuh. Berdoa aja siapa tahu kamu yang masuk.” ucap Belva.
“Nggaklah. Nggak mungkin. Pasti Nindya yang masuk. Jelas-jelas dia pintar.” ucapku pasrah.
“Optimis dong, Andela Mariana!!!” ucap Belva menyemangatiku.
“Baiklah, ada yang udah penasaran ya? Oke, akan saya beritahu. 30. Andela Mariana!!! Baiklah, bagi yang namanya sudah dipanggil untuk masuk ke X-A diharapkan segera memasuki kelas. Oke, sekarang kelas X-B…” ucap kepsek.
“Apa!!! Aku masuk X-A!!! Aku masuk X-A!!!” pekikku gembira.
“Tuh, ‘kan. Optimis dong! Jangan pesimis!” ucap Belva.
“Hahaha iya iya deh. Oke, sekarang masuk ke kelas.” ucapku.
“Oke!” ucap Belva menyetujui.
Penjelasan:
Semoga membantu!