Buatlah naskah drama! untuk 5 orang Pakai prolog yh Makasih
poppyauliaa
Prolog : Suasana hiruk-pikuk warga sipil yang bingung dan ketakutan, di sela-sela desingan peluru dan dentuman mortir. Beberapa warga terluka merintih, mengerang kesakitan.
Warga sipil : Tolong … tolong ... tolonglah saya. (seorang warga merintih-rintih, memohon pertolongan. Beberapa tentara berlarian dan tiba-tiba …)
Komandan : Tiaraap!!! (terdengar suara ledakan mortar bertubitubi di sekitar wilayah yang dilewati oleh pasukan itu) Awas! Musuh menyerang dari sisi sebelah utara! Sersan lakukan strategi srigunting.
Sersan : Siaap laksanakan! (bergerak ke arah utara dan menyusun strategi yang telah diinstruksikan). (sementara itu, para petugas PMI terus bergerak, merayap, mencoba menyelamatkan korban perang)
Koordinator PMI : Dengarkan baik-baik! Tampaknya ada korban yang terluka di sebelah rumah itu. Mari kita segera ke sana.
Anggota PMI : Mari, Pak. Mari. (setelah mendekat ke arah sumber suara itu) Lihatlah, Pak. Satu keluarga sudah tiada. Tinggal anak ini yang masih selamat dan ia pun harus rela kehilangan lengan kirinya.
Koordinator PMI : Tolong anak ini segera dibawa ke pusat komando. Sediakan tandu!!! Jangan sampai terlambat!! Jiwanya harus segera diselamatkan. Ia sudah banyak kehabisan darah.
Anggota PMI : Tapi, Pak, pertempuran di luar sana masih mengerikan. Bagaimana mungkin kita bisa melewati itu semua dengan cepat?
Koordinator PMI : Sudah jangan banyak komentar. Segera bawa anak itu atau kita akan menyesal nanti.
Anggota PMI : Baiklah, Pak.
Komandan : (melihat para petugas kemanusiaan terjebak di tengah arena pertempuran. Ia segera mengeluarkan perintah) Kopral, bawa beberapa anak buahmu. Lindungi para petugas kemanusiaan itu dan bawa segera keluar dari pertempuran ini. Laksanakan!
Kopral : Siaap. Laksanakan!!! (sambil memberi hormat. Setelah itu ia bergerak sesuai dengan perintah)
Epilog : Begitulah suasana di medan pertempuran. Perang tidak lagi mengenal kemanusiaan. Tapi bagi relawan kemanusiaan, ia hadir justru untuk menjalankan misi mulia, yakni menolong sesama anak manusia, menolong siapa saja yang terluka. Ia tak peduli siapa kawan siapa lawan.
Warga sipil : Tolong … tolong ... tolonglah saya. (seorang warga merintih-rintih, memohon pertolongan. Beberapa tentara berlarian dan tiba-tiba …)
Komandan : Tiaraap!!! (terdengar suara ledakan mortar bertubitubi di sekitar wilayah yang dilewati oleh pasukan itu) Awas! Musuh menyerang dari sisi sebelah utara! Sersan lakukan strategi srigunting.
Sersan : Siaap laksanakan! (bergerak ke arah utara dan menyusun strategi yang telah diinstruksikan). (sementara itu, para petugas PMI terus bergerak, merayap, mencoba menyelamatkan korban perang)
Koordinator PMI : Dengarkan baik-baik! Tampaknya ada korban yang terluka di sebelah rumah itu. Mari kita segera ke sana.
Anggota PMI : Mari, Pak. Mari. (setelah mendekat ke arah sumber suara itu) Lihatlah, Pak. Satu keluarga sudah tiada. Tinggal anak ini yang masih selamat dan ia pun harus rela kehilangan lengan kirinya.
Koordinator PMI : Tolong anak ini segera dibawa ke pusat komando. Sediakan tandu!!! Jangan sampai terlambat!! Jiwanya harus segera diselamatkan. Ia sudah banyak kehabisan darah.
Anggota PMI : Tapi, Pak, pertempuran di luar sana masih mengerikan. Bagaimana mungkin kita bisa melewati itu semua dengan cepat?
Koordinator PMI : Sudah jangan banyak komentar. Segera bawa anak itu atau kita akan menyesal nanti.
Anggota PMI : Baiklah, Pak.
Komandan : (melihat para petugas kemanusiaan terjebak di tengah arena pertempuran. Ia segera mengeluarkan perintah) Kopral, bawa beberapa anak buahmu. Lindungi para petugas kemanusiaan itu dan bawa segera keluar dari pertempuran ini. Laksanakan!
Kopral : Siaap. Laksanakan!!! (sambil memberi hormat. Setelah itu ia bergerak sesuai dengan perintah)
Epilog : Begitulah suasana di medan pertempuran. Perang tidak lagi mengenal kemanusiaan. Tapi bagi relawan kemanusiaan, ia hadir justru untuk menjalankan misi mulia, yakni menolong sesama anak manusia, menolong siapa saja yang terluka. Ia tak peduli siapa kawan siapa lawan.