Geguritan “Anggerku” berisikan perasaan ibu yang disia-siakan oleh anak kandungnya sendiri. Mengisahkan tentang seorang ibu yang meminta maaf karena dia merasa tidak dapat menjadi ibu yang baik dan sempurna. Dia merasa tidak bisa membahagiakan anak laki-lakinya.
Seorang ibu merasakan bahwa hidupnya melakukan banyak kesalahan kepada anak laki-lakinya, merasa hidupnya serba salah. Sedangkan sang ibu telah melakukan segalanya yang terbaik kepada anak laki-lakinya. Namun sang anak menganggap ibunya selalu salah.
Amanat yang terdapat dalam geguritan ini adalah kita sebagai anak hendaknya jangan selalu menuduh dan melimpahkan kesalahan kepada ibu kita sendiri. Karena bagaimanapun sang ibu sudah melakukan segalanya yang terbaik untuk buah hatinya.
Biyung nyuwun ngapura
Ora bisa dadi biyung kang sampurna
Ora bisa nglegakne atimu
Ngger,
Uripku kebak kaluputan
Ngiwa luput, nengen luput
Rumangsaku aku wis manut
Bangun turut karo sing jare winasis
Nanging nyatane isih tetep luput lan diluputne
Lara atine biyung, ngge
Kepengin crita wae,
Ora enek sing gelem krungu
Apa maneh sambat, mung arep digeguyu
Kabeh wis ora percaya karo biyung
Kabeh ki nyatane ngapusi
Nanging biyung isih tetep percaya, ngger
Mung siji sing ora bakal ngapusi
Gusti Kang Maha Agung
Geguritan “Anggerku” berisikan perasaan ibu yang disia-siakan oleh anak kandungnya sendiri. Mengisahkan tentang seorang ibu yang meminta maaf karena dia merasa tidak dapat menjadi ibu yang baik dan sempurna. Dia merasa tidak bisa membahagiakan anak laki-lakinya.
Seorang ibu merasakan bahwa hidupnya melakukan banyak kesalahan kepada anak laki-lakinya, merasa hidupnya serba salah. Sedangkan sang ibu telah melakukan segalanya yang terbaik kepada anak laki-lakinya. Namun sang anak menganggap ibunya selalu salah.
Amanat yang terdapat dalam geguritan ini adalah kita sebagai anak hendaknya jangan selalu menuduh dan melimpahkan kesalahan kepada ibu kita sendiri. Karena bagaimanapun sang ibu sudah melakukan segalanya yang terbaik untuk buah hatinya.