puji134
Awan Gelap Dari kejauhan kulihat awan gelap mengerikan menutupi langit kota lamongan.Menghalangi pancaran sinar matahari pagi yang terkadang tak terkalahkan tanpa kusadari aku melangkah keluar rumah.Di sekelilingku tampak bangunan-bangunan beton yang sekarang telah mencengkram tanah,yang dulu menghasilkan tanaman-tanaman indah yang memberikan oksigen pada umat manusia.Ini sangatlah berbeda di zaman lampau jalanan-jalanan masih dipenuhi pohon-pohon rindang ,dipohon rindang itu pula banyak burung-burung berkicau untuk menarik pasangan .Sekarang yang tersisa hanyalah pohon-pohon perdu yang hanya setinggi manusia yang tidak akan mampu menghisap polusi udara sebegitu besarnya. Apakah keindahan alam yang dianugerahkan tuhan ini harus dikorbankan demi pesatnya pembangunan? Apakah tak ada hal lain yang bisa dikorbankan selain keindahan alam? Apakah ini yang telah digariskan oleh tuhan .Zaman telah merubah keadaan, keadaan yang dulu hijau segar kini berubah menjadi kering kerontang . Untung aku masih sempat merasakan segarnya alam.Pemanasan global sangat mengubah wajah dunia. Aku lahir dikota yang dahulunya sejuk dan segar yaitu kota Lamongan.Kota kecil Penuh kenangan .Disana aku dilahirkan,disana aku hidup dan mengejar impian .Disanalah aku mendapat teman-teman.Aku bersekolah di sebuah Madrasah Aliyah dikota Lamongan .Madrasah terletak di jalan veteran ,Madrasahku lingkungannya asri dan hijau mungkin karena mengejar titel “Adiwiyata” mungkin karena itu madrasahku mengorbankan kepentingan siswa yang mengikuti ekstra futsal karena disebelah ma’had putri ada tanah kosong yang hanya diperuntukkan untuk taman dan pohon-pohon rindang yang seharusnya dapat dibuat lapangan futsal tak ayal siswa yang mengikuti ekstra futsal itu sangat membenci program Adiwiyata.Pernah seorang dari teman ku bertanya pada Waka sekolah bidang sarana prasarana yang bernama pak Jahid ,teman ku bertanya”Pak,kapan dibangun lapangan futsalnya ,kami kan sudah lama menunggu terlalu lama ,apa memang hanya bisa bermain futsal di lapangan yang sebenarnya tak layak untuk dijadikan tempat bermain futsal,plesteran lapangannya itu saja banyak yang berlubang”.Pak Waka Sarana Prasarana menjawab “Sabar nak,di anggaran pembangunan sarana prasaran madrasah ini tidak ada anggarannya untuk pembuatan lapangan futsal yang ada malah anggaran untuk mengelola tanah sebelah ma’had putri sebagai lahan penghijauan untuk Adiwiyata.Teman ku menjawab” Ya pak-pak.berarti tahun ini kami tidak bisa memiliki lapangan futsal yang baru ya pak,padahal kami sudah menunggu selama 1 tahun dari kelas 10 sampai sebelas,masa kami harus menunggu lagi selama 1 tahun lagi pak kan keburu kelas 3 pak .Pak Waka sarana dan Prasarana pun mengelus-ngelus pundak temanku yang bertanya tadi dan berkata “Sabar ya nak,Adiwiyata mungkin lebih diprioritaskan daripada pembangunan lapangan futsal ,tapi insyallah bapak akan mengusulkan pembuatan lapangan futsal baru pada saat rapat pembahasan anggaran pembangunan Madrasah.Temanku menjawab “Anda harus berjanji ya pak untuk membuat lapangan futsal”.Pak Waka sarana prasarana menjawab “Insyallah nak”Setelah berbincang-bincang dengan temanku itu Pak Waka Sarana Prasarana lalu melanjutkan mengajar pelajaran PKN di kelas.Pak Jahid mungkin sebetulnya bingung antara membangun lapangan futsal atau melanjutkan program adiwiyata,pak Jahid adalah tokoh yang sangat cocok sebagai jembatan aspirasi .Menurutku pembangunan lapangan futsal baru itu boleh saja dan program adipura itu juga baik .Sebetulnya bisa membangun lapangan futsal itu namun apabila lapangan futsal itu dibangun lantas pohon-pohon yang dilahan itu akan ditebang mungkin Madrasah akan kalah atau tereliminasi saat mengikuti program Adiwiyata.Aku pun tidak mau memihak salah satu pihak antata yang pembangunan lapangan futsal dengan program adiwiyata .karena yang paling penting menurutku adalah keseimbangan bangunan beton-beton yang mencengkram tanah dengan alam yang diwakili oleh tanah pohon rindang dan berbagai macam tumbuhan.Mu
Dari kejauhan kulihat awan gelap mengerikan menutupi langit kota lamongan.Menghalangi pancaran sinar matahari pagi yang terkadang tak terkalahkan tanpa kusadari aku melangkah keluar rumah.Di sekelilingku tampak bangunan-bangunan beton yang sekarang telah mencengkram tanah,yang dulu menghasilkan tanaman-tanaman indah yang memberikan oksigen pada umat manusia.Ini sangatlah berbeda di zaman lampau jalanan-jalanan masih dipenuhi pohon-pohon rindang ,dipohon rindang itu pula banyak burung-burung berkicau untuk menarik pasangan .Sekarang yang tersisa hanyalah pohon-pohon perdu yang hanya setinggi manusia yang tidak akan mampu menghisap polusi udara sebegitu besarnya.
Apakah keindahan alam yang dianugerahkan tuhan ini harus dikorbankan demi pesatnya pembangunan? Apakah tak ada hal lain yang bisa dikorbankan selain keindahan alam? Apakah ini yang telah digariskan oleh tuhan .Zaman telah merubah keadaan, keadaan yang dulu hijau segar kini berubah menjadi kering kerontang .
Untung aku masih sempat merasakan segarnya alam.Pemanasan global sangat mengubah wajah dunia.
Aku lahir dikota yang dahulunya sejuk dan segar yaitu kota Lamongan.Kota kecil Penuh kenangan .Disana aku dilahirkan,disana aku hidup dan mengejar impian .Disanalah aku mendapat teman-teman.Aku bersekolah di sebuah Madrasah Aliyah dikota Lamongan .Madrasah terletak di jalan veteran ,Madrasahku lingkungannya asri dan hijau mungkin karena mengejar titel “Adiwiyata” mungkin karena itu madrasahku mengorbankan kepentingan siswa yang mengikuti ekstra futsal karena disebelah ma’had putri ada tanah kosong yang hanya diperuntukkan untuk taman dan pohon-pohon rindang yang seharusnya dapat dibuat lapangan futsal tak ayal siswa yang mengikuti ekstra futsal itu sangat membenci program Adiwiyata.Pernah seorang dari teman ku bertanya pada Waka sekolah bidang sarana prasarana yang bernama pak Jahid ,teman ku bertanya”Pak,kapan dibangun lapangan futsalnya ,kami kan sudah lama menunggu terlalu lama ,apa memang hanya bisa bermain futsal di lapangan yang sebenarnya tak layak untuk dijadikan tempat bermain futsal,plesteran lapangannya itu saja banyak yang berlubang”.Pak Waka Sarana Prasarana menjawab “Sabar nak,di anggaran pembangunan sarana prasaran madrasah ini tidak ada anggarannya untuk pembuatan lapangan futsal yang ada malah anggaran untuk mengelola tanah sebelah ma’had putri sebagai lahan penghijauan untuk Adiwiyata.Teman ku menjawab” Ya pak-pak.berarti tahun ini kami tidak bisa memiliki lapangan futsal yang baru ya pak,padahal kami sudah menunggu selama 1 tahun dari kelas 10 sampai sebelas,masa kami harus menunggu lagi selama 1 tahun lagi pak kan keburu kelas 3 pak .Pak Waka sarana dan Prasarana pun mengelus-ngelus pundak temanku yang bertanya tadi dan berkata “Sabar ya nak,Adiwiyata mungkin lebih diprioritaskan daripada pembangunan lapangan futsal ,tapi insyallah bapak akan mengusulkan pembuatan lapangan futsal baru pada saat rapat pembahasan anggaran pembangunan Madrasah.Temanku menjawab “Anda harus berjanji ya pak untuk membuat lapangan futsal”.Pak Waka sarana prasarana menjawab “Insyallah nak”Setelah berbincang-bincang dengan temanku itu Pak Waka Sarana Prasarana lalu melanjutkan mengajar pelajaran PKN di kelas.Pak Jahid mungkin sebetulnya bingung antara membangun lapangan futsal atau melanjutkan program adiwiyata,pak Jahid adalah tokoh yang sangat cocok sebagai jembatan aspirasi .Menurutku pembangunan lapangan futsal baru itu boleh saja dan program adipura itu juga baik .Sebetulnya bisa membangun lapangan futsal itu namun apabila lapangan futsal itu dibangun lantas pohon-pohon yang dilahan itu akan ditebang mungkin Madrasah akan kalah atau tereliminasi saat mengikuti program Adiwiyata.Aku pun tidak mau memihak salah satu pihak antata yang pembangunan lapangan futsal dengan program adiwiyata .karena yang paling penting menurutku adalah keseimbangan bangunan beton-beton yang mencengkram tanah dengan alam yang diwakili oleh tanah pohon rindang dan berbagai macam tumbuhan.Mu