raisha2603
Kisah kancil dan buaya kancil adalah hewan yang paling cerdik sedangkan buaya adalah hewan yang paling rakus, tamak dan kejam.. pada suatu hari buaya itu kelaparan... dia tidak tau apa yang harus dia lakukan... dia sudah 4 hari kelaparan. pada saat waktu yang senja.. muncullah hewan kancil. kancil itu mungkin makanan bagi diri nya namun mungkin bagi kancil, buaya itu bukan makanannya . buaya berkata kepada kancil " Kancil, apakah kau ingin melihat isi perutku ini ". kata kancil berkata " tunggu dulu buaya... aku ingin ke hutan dulu agar aku siap untuk ke perutmu " . akhirnya kancil itu pergi ke hutan dulu untuk mencari makan sebentar... seaslinya yang di lakukan kancil adalah melarikan diri bukan bermaksud untuk di makan buaya... Sedangkan, pada waktu yang lama itu buaya telah menjadi bangkai ...
#maaf kalau jelek cerita nya #semoga cerita nya membantu
Ada sebuah hutan yang sangat besar. Di tengah hutan belantara tersebut, ada seorang anak kecil yang hidup sebatang kara, namanya Azizah Intan Wulandari dan seekor kelinci kecil bernama Kiko. Azizah dan Kiko adalah kedua sahabat sejati di hutan tersebut. Sudah satu bulan lamanya persahabatan mereka jalani dengan suka dan duka. Meskipun ada duka, mereka saling membantu satu sama lain. Mereka tak peduli maupun itu hewan, manusia, tumbuhan, yang penting mereka harus bersama-sama dan tak boleh bertengkar.
Suatu hari, Kiko sangat kelaparan. “Zah, aku lapar” kata Kiko sambil meringis menahan sakit di perutnya. “Aku juga lapar Kiko, tapi sepertinya tidak ada makanan,” Azizah ikut sedih. “Aha, lebih baik kita ke warung di seberang walaupun jauh,” kata Kiko. “Ya sudahlah, kamu jaga rumah ya, biar aku yang membelinya,” kata Azizah. “Oke Zah,” Kiko tersenyum senang. “Tapi Ko, uangku hanya dua ribu,” “Ya, bagaimanapun juga, kita gak ada cara lain, kalo aku makan rumput yang ada di hutan ini, nanti rumputnya lama-lama habis,” kata Kiko. “Iya deh, Ko. Aku jalan ya! Babay!” Azizah memakai sandalnya yang sudah usang. “Babay!” Kiko melambaikan tangannya.
Azizah terus saja berjalan, dia telah sampai di warung. “Bu, beli nasi kuning satu ya Bu,” kata Azizah. “Iya, uangnya pas ya dik,” kata Ibu warung sambil menyerahkan nasi kuningnya. Azizah segera mengambil nasi kuning itu dan segera pulang.
Di tengah perjalanan pulang, Azizah bertemu dengan seorang anak perempuan sedang menggendong kelincinya. Dia sebaya dengan Azizah. “Hai,” sapa Azizah. “Hai juga,” kata anak itu. “Kamu tinggal dimana?” Tanya Azizah. “Oo, aku gak punya rumah,” kata anak itu. “Ikut yuk, ke rumahku,” kata Azizah menawarkan. “Yuk deh,” Anak itu ikut ke rumah Azizah. Mereka berjalan bersama.
“Halo Kiko!” sapa Azizah yang telah tiba di rumahnya. “Halo Zah!” Kiko menyapa balik. “Itu siapa?” tanya Kiko. “Aku nggak tau. Dia enggak punya rumah. Aku ajak kesini,” jawab Azizah. “Aku Azizah, ini kelinciku Kiko, namamu siapa?” Tanya Azizah. “Aku Zahra, ini kelinciku Koko,” kata anak itu. “Ooo, salam kenal ya, kamu menginap di rumahku saja,” kata Azizah. Ya, rumah Azizah hanya tenda yang di bawah pohon. Di sekeliling tenda Azizah hanya pagar. Di dalam tenda Azizah, sebelah kanan ada tikar, selimut, bantal, guling, dan boneka. Di samping kiri tempat tidur Azizah ada lampion dari teh gelas yang Azizah buat sendiri, jam weker, syal, dan lain-lain. Di depan tempat tidur Azizah ada koper kecil berisi baju-baju, tas kecil berisi dompet, kaca, kompas, buku diary, al-qur’an, tempat pensil, bola wol, buku tulis cadangan, tempat pensil, dll. Samping kanan koper ada kandang kecil rumah Kiko. “Ya udah deh,” Zahra mau tinggal di tenda Azizah. “Nggak papa kan, kalo di tenda?” Tanya Azizah. “Iya, nggak papa, yang penting aku dan kelinciku punya rumah,” Zahra memakluminya. “Oke, kamu lapar tidak?” Tanya Azizah. “Iya, aku sangat lapar,” jawab Zahra. “Ini, makan bareng yuk, Kiko! Koko! Ini timunnya buat kamu saja ya, aku gak doyan timun,” kata Azizah. “Iya,” kata Kiko dan Koko. Mereka pun, makan dengan lahap sekali.
Selesai makan, mereka minum air putih. “Huh, aku kenyang banget nih,” kata Zahra. “Iya, aku juga,” kata Azizah. “Kami juga!” seru Kiko dan Koko. “Eh, sudah mau malam, kita shalat Isha yuk, Zahra, kamu punya handphone?” Tanya Azizah. “Punya. Tapi agak jadul, nih,” Zahra memperlihatkan HP-nya. Merknya Beelway. “Ooo, bagus kok,” kata Azizah. “Terima kasih,” Setelah itu, mereka wudhu dengan tayamum karena tidak ada keran air.
“Hoammm!” Azizah, Zahra, Kiko, dan Koko sudah mengantuk. “Tidur yuk!” Mereka pun tidur bersama setelah shalat Isha.
Azizah mengambil bantal dan guling. Masing masing benda itu ada dua buah. Zahra mengambil selimut besar. Mereka segera menenggelamkan diri di balik selimut. Sementara itu, Kiko dan Koko masuk ke kandangnya yang berukuran sedang. Tapi cukup untuk mereka. Pintu tenda pun ditutup dan dibuka sedikit agar ada udara malam. Kiko dan Koko menutup mata mereka. Zzz.. Zzz…
“Kring! Kring!” Jam beker Azizah berbunyi nyaring. “Hoahmm,” Azizah, Zahra, Kiko, dan Koko segera bangun. “Sudah jam lima pagi! Shalat Subuh yuk!” “Ayo!” Azizah dan Zahra mengambil mukena dan sajadah. Selesai wudhu, mereka shalat bersama-sama.
Beberapa menit kemudian, mereka selesai shalat. Mereka kembali tidur setengah jam. Kukuruyuk!! Petok! Petok! Kukuruyuk!! Samar-samar, terdengar suara ayam membangunkan mereka. “Hoamm, mandi yuk, di sungai, tapi jauhhh banget!” kata Azizah. “Ayo deh!” Zahra setuju. Seiring mereka berjalan, banyak batu yang menghalangi jalan kaki-kaki mungil mereka. Tapi bagi mereka, itu hanyalah batu biasa yang tidak menghalangi.
kancil adalah hewan yang paling cerdik sedangkan buaya adalah hewan yang paling rakus, tamak dan kejam.. pada suatu hari buaya itu kelaparan... dia tidak tau apa yang harus dia lakukan... dia sudah 4 hari kelaparan. pada saat waktu yang senja.. muncullah hewan kancil. kancil itu mungkin makanan bagi diri nya namun mungkin bagi kancil, buaya itu bukan makanannya . buaya berkata kepada kancil " Kancil, apakah kau ingin melihat isi perutku ini ". kata kancil berkata " tunggu dulu buaya... aku ingin ke hutan dulu agar aku siap untuk ke perutmu " . akhirnya kancil itu pergi ke hutan dulu untuk mencari makan sebentar... seaslinya yang di lakukan kancil adalah melarikan diri bukan bermaksud untuk di makan buaya... Sedangkan, pada waktu yang lama itu buaya telah menjadi bangkai ...
#maaf kalau jelek cerita nya
#semoga cerita nya membantu
Ada sebuah hutan yang sangat besar. Di tengah hutan belantara tersebut, ada seorang anak kecil yang hidup sebatang kara, namanya Azizah Intan Wulandari dan seekor kelinci kecil bernama Kiko. Azizah dan Kiko adalah kedua sahabat sejati di hutan tersebut. Sudah satu bulan lamanya persahabatan mereka jalani dengan suka dan duka. Meskipun ada duka, mereka saling membantu satu sama lain. Mereka tak peduli maupun itu hewan, manusia, tumbuhan, yang penting mereka harus bersama-sama dan tak boleh bertengkar.
Suatu hari, Kiko sangat kelaparan.
“Zah, aku lapar” kata Kiko sambil meringis menahan sakit di perutnya.
“Aku juga lapar Kiko, tapi sepertinya tidak ada makanan,” Azizah ikut sedih.
“Aha, lebih baik kita ke warung di seberang walaupun jauh,” kata Kiko.
“Ya sudahlah, kamu jaga rumah ya, biar aku yang membelinya,” kata Azizah.
“Oke Zah,” Kiko tersenyum senang.
“Tapi Ko, uangku hanya dua ribu,”
“Ya, bagaimanapun juga, kita gak ada cara lain, kalo aku makan rumput yang ada di hutan ini, nanti rumputnya lama-lama habis,” kata Kiko.
“Iya deh, Ko. Aku jalan ya! Babay!” Azizah memakai sandalnya yang sudah usang.
“Babay!” Kiko melambaikan tangannya.
Azizah terus saja berjalan, dia telah sampai di warung.
“Bu, beli nasi kuning satu ya Bu,” kata Azizah.
“Iya, uangnya pas ya dik,” kata Ibu warung sambil menyerahkan nasi kuningnya.
Azizah segera mengambil nasi kuning itu dan segera pulang.
Di tengah perjalanan pulang, Azizah bertemu dengan seorang anak perempuan sedang menggendong kelincinya. Dia sebaya dengan Azizah.
“Hai,” sapa Azizah.
“Hai juga,” kata anak itu.
“Kamu tinggal dimana?” Tanya Azizah.
“Oo, aku gak punya rumah,” kata anak itu.
“Ikut yuk, ke rumahku,” kata Azizah menawarkan.
“Yuk deh,” Anak itu ikut ke rumah Azizah.
Mereka berjalan bersama.
“Halo Kiko!” sapa Azizah yang telah tiba di rumahnya.
“Halo Zah!” Kiko menyapa balik.
“Itu siapa?” tanya Kiko.
“Aku nggak tau. Dia enggak punya rumah. Aku ajak kesini,” jawab Azizah.
“Aku Azizah, ini kelinciku Kiko, namamu siapa?” Tanya Azizah.
“Aku Zahra, ini kelinciku Koko,” kata anak itu.
“Ooo, salam kenal ya, kamu menginap di rumahku saja,” kata Azizah.
Ya, rumah Azizah hanya tenda yang di bawah pohon. Di sekeliling tenda Azizah hanya pagar.
Di dalam tenda Azizah, sebelah kanan ada tikar, selimut, bantal, guling, dan boneka. Di samping kiri tempat tidur Azizah ada lampion dari teh gelas yang Azizah buat sendiri, jam weker, syal, dan lain-lain. Di depan tempat tidur Azizah ada koper kecil berisi baju-baju, tas kecil berisi dompet, kaca, kompas, buku diary, al-qur’an, tempat pensil, bola wol, buku tulis cadangan, tempat pensil, dll. Samping kanan koper ada kandang kecil rumah Kiko.
“Ya udah deh,” Zahra mau tinggal di tenda Azizah.
“Nggak papa kan, kalo di tenda?” Tanya Azizah.
“Iya, nggak papa, yang penting aku dan kelinciku punya rumah,” Zahra memakluminya.
“Oke, kamu lapar tidak?” Tanya Azizah.
“Iya, aku sangat lapar,” jawab Zahra.
“Ini, makan bareng yuk, Kiko! Koko! Ini timunnya buat kamu saja ya, aku gak doyan timun,” kata Azizah.
“Iya,” kata Kiko dan Koko.
Mereka pun, makan dengan lahap sekali.
Selesai makan, mereka minum air putih.
“Huh, aku kenyang banget nih,” kata Zahra.
“Iya, aku juga,” kata Azizah.
“Kami juga!” seru Kiko dan Koko.
“Eh, sudah mau malam, kita shalat Isha yuk, Zahra, kamu punya handphone?” Tanya Azizah.
“Punya. Tapi agak jadul, nih,” Zahra memperlihatkan HP-nya. Merknya Beelway.
“Ooo, bagus kok,” kata Azizah.
“Terima kasih,”
Setelah itu, mereka wudhu dengan tayamum karena tidak ada keran air.
“Hoammm!” Azizah, Zahra, Kiko, dan Koko sudah mengantuk.
“Tidur yuk!”
Mereka pun tidur bersama setelah shalat Isha.
Azizah mengambil bantal dan guling. Masing masing benda itu ada dua buah. Zahra mengambil selimut besar. Mereka segera menenggelamkan diri di balik selimut.
Sementara itu, Kiko dan Koko masuk ke kandangnya yang berukuran sedang. Tapi cukup untuk mereka. Pintu tenda pun ditutup dan dibuka sedikit agar ada udara malam. Kiko dan Koko menutup mata mereka. Zzz.. Zzz…
“Kring! Kring!” Jam beker Azizah berbunyi nyaring.
“Hoahmm,” Azizah, Zahra, Kiko, dan Koko segera bangun.
“Sudah jam lima pagi! Shalat Subuh yuk!”
“Ayo!”
Azizah dan Zahra mengambil mukena dan sajadah. Selesai wudhu, mereka shalat bersama-sama.
Beberapa menit kemudian, mereka selesai shalat. Mereka kembali tidur setengah jam.
Kukuruyuk!! Petok! Petok! Kukuruyuk!!
Samar-samar, terdengar suara ayam membangunkan mereka.
“Hoamm, mandi yuk, di sungai, tapi jauhhh banget!” kata Azizah.
“Ayo deh!” Zahra setuju.
Seiring mereka berjalan, banyak batu yang menghalangi jalan kaki-kaki mungil mereka. Tapi bagi mereka, itu hanyalah batu biasa yang tidak menghalangi.