Cantikaleza
Prospek Gaharu di Indonesia Di Indonesia gaharu mulai dikenal sejak tahun 1200-an yang ditunjukkan oleh adanya pertukaran (barter) perdagangan antara masyarakat “Palembang dan Pontianak” dengan masyarakat Kwang Tung di daratan China. Gaharu (Aquilaria spp.) merupakan komoditas langka Indonesia. Beberapa spesies gaharu komersial yang sudah mulai dibudidayakan adalah: Aquilaria malaccensis, A. microcarpa, A. beccariana, A. hirta, A. filaria, dan Gyrinops verstegii serta A. crassna asal Kamboja. Gaharu adalah komoditas ekspor dan bernilai ekonomi yang sangat tinggi. Negara-negara pengimpor gaharu adalah kawasan Timur Tengah, Uni Emirat Arab, dan negara-negara asia lainnya seperti Jepang, Singapura, dan Taiwan. Mereka menggunakan gaharu untuk kebutuhan keagamaan sebagai dupa atau hio.
Kebutuhan akan ekspor gaharu di Indonesia semakin meningkat sampai tahun 2000. Namun, sejak saat itu hingga akhir tahun 2002 produksi gaharu semakin menurun dan rata-rata hanya mencapai sekitar 45 ton/tahun. Hal tersebut diduga disebabkan oleh intensitas pemungutan yang relatif tinggi khususnya dari jenis penghasil gaharu yang mempunyai kualitas dan nilai jual yang tinggi hingga tahun 2000 tanpa dibarengi adanya upaya pelestarian dan pembudidayaan. Sehingga mengakibatkan sangat minimnya tanaman yang dapat menghasilkan gaharu. Agar kesinambungan akan produksi gaharu di masa akan datang yang mempunyai kualitas dan nilai jual tinggi tetap terbina serta tidak tergantung pada hutan alam diperlukan adanya pembudidayaan yang optimal di beberapa daerah endemik dan disesuaikan dengan tempat tumbuh dari jenis penghasil gaharu tersebut.
Di Indonesia gaharu mulai dikenal sejak tahun 1200-an yang ditunjukkan oleh adanya pertukaran (barter) perdagangan antara masyarakat “Palembang dan Pontianak” dengan masyarakat Kwang Tung di daratan China. Gaharu (Aquilaria spp.) merupakan komoditas langka Indonesia. Beberapa spesies gaharu komersial yang sudah mulai dibudidayakan adalah: Aquilaria malaccensis, A. microcarpa, A. beccariana, A. hirta, A. filaria, dan Gyrinops verstegii serta A. crassna asal Kamboja. Gaharu adalah komoditas ekspor dan bernilai ekonomi yang sangat tinggi. Negara-negara pengimpor gaharu adalah kawasan Timur Tengah, Uni Emirat Arab, dan negara-negara asia lainnya seperti Jepang, Singapura, dan Taiwan. Mereka menggunakan gaharu untuk kebutuhan keagamaan sebagai dupa atau hio.
Kebutuhan akan ekspor gaharu di Indonesia semakin meningkat sampai tahun 2000. Namun, sejak saat itu hingga akhir tahun 2002 produksi gaharu semakin menurun dan rata-rata hanya mencapai sekitar 45 ton/tahun. Hal tersebut diduga disebabkan oleh intensitas pemungutan yang relatif tinggi khususnya dari jenis penghasil gaharu yang mempunyai kualitas dan nilai jual yang tinggi hingga tahun 2000 tanpa dibarengi adanya upaya pelestarian dan pembudidayaan. Sehingga mengakibatkan sangat minimnya tanaman yang dapat menghasilkan gaharu. Agar kesinambungan akan produksi gaharu di masa akan datang yang mempunyai kualitas dan nilai jual tinggi tetap terbina serta tidak tergantung pada hutan alam diperlukan adanya pembudidayaan yang optimal di beberapa daerah endemik dan disesuaikan dengan tempat tumbuh dari jenis penghasil gaharu tersebut.