Bagaimana bentuk kerukunan yang terjalin di kerajaan majapahit?
sephramlaurenza
Tidak banyak terjadi kerukunan di sini ini hanya salah satu contoh
Di bawah duet Sri Rajasanegara dan Gajah Mada, persatuan Nusantara perlahan-lahan dapat diwujudkan meskipun masih diwarnai keributan dengan adanya Peristiwa Bubat. Peristiwa yang menewaskan Maharaja Sunda Pajajaran yang bernama Sri Bhaduga dan Dyah Pitaloka, putrinya yang menjadi calon permaisuri Hayam Wuruk. Peristiwa itu meretakkan hubungan antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Hayam Wuruk sangat memperhatikan kehidupan agama, di mana ia berusaha mempersatukan tiga aliran agama yaitu Budha, Siwa, dan Wisnu. Kerukunan hidup beragama di Majapahit dilukiskan oleh Mpu Tantular dalam bukunya Sutasoma dengan kalimat "Bhineka Tunggal Ika", yang artinya berbeda-beda tetapi satu atau keanekaragaman dalam kesatuan. Beberapa pujangga besar yang hidup pada masa tersebut, yaitu Mpu Prapanca dengan karyanya kitab Negarakertagama dan Mpu Tantular dengan karyanya Arjuna Wiwaha.
3 votes Thanks 6
setyatama
Disamping agama Hindu pada zaman kerajaan, di Indonesia berkembang pula agama Buda. Seperti pada zaman Kerajaan Singasari dan Majapahit, disamping agama Hindu berkembang juga agama Budha. Antara kedua agama itu tidak terdapat permusuhan. Bahkan, raja sangat senang dengan adanya penganut agama Hindu dan Budha yang hidup berdampingan secara damai. Raja melindungi agama-agama yang ada, baik agama Hindu maupun agama Budha. Keadaan itu merupakan salah satu penyebab mengapa rakyat hidup dengan tenteram. Empu Tantular menggambarkan kehidupan kedua agama itu dengan Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa. Yang artinya :berbeda-beda, tetapi tetap satu jua. Agama Budha mulai berkembang pada abad VII, yaitu pada masa Kerajaan Sriwijaya. Pada saat itu orang-orang asing seperti Cina, belajar agama Budha di Sriwijaya, karena di Kerajaan tersebut terdapat tempat pendidikan agama Budha. Disamping sebagai pusat agama Budha, Sriwijaya terkenal sebagai negara Maritim dan pusat perdagangan di Asia Tenggara. Kerajaan ini banyak dikunjungi oleh para pedagang luar negeri. Agama Budha berkembang pula di Jawa Tengah pada masa Dinasti Sailendra. Keturunan Sailendra menyebarkan agama Budha dan menjadi pelindung agama Budha. Stupa Borobudur merupakan merupakan salah satu peninggalan zaman Silendra. Stupa ini merupakan stupa Budha yang terbesar di Asia Tenggara. Sampai saat ini Borobudur merupakan kebanggaan Nasional. Candi Borobudur merupakan peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya. Stupa Borobudur sangat dikagumi oleh dunia. Candi Borobudur bukan merupakan satu-satunya peninggalan Dinasti Sailendra. Masih banyak lagi bangunan suci yang berasal dari zaman itu. Misalnya Candi Pawon, Candi Mendut, Candi Sewu dan Wihara Sari. Selain di Jawa Tengah, agama Budha berkembang pula di Jawa Timur. Ini terbukti dari adanya beberapa peninggalan sejarah yang berupa bangunan kuno. Pada zaman Kerajaan Singasari, di samping menganut agama Hindu, ada pula penduduk yang menganut agama Budha. Pada zaman Kerajaan Majapahit, agama Budha di kenal juga di samping agama Hindu. Di dalam kerajaan itu ada 2 jenis pendeta, yaitu pendeta agama Hindu dan pendeta agama Budha. Seorang pendeta agama Budha dan juga seorang penulis terkenal pada zaman Majapahit adalah Empu Prapanca. Dia menulis kitab Nagara Kertagama. Buku tersebut sangat terkenal dan menceritakan keadaan pada zaman itu. Dari buku Negara Kertagama dapat diketahui bahwa pada masa itu juga berkembang agama Budha.
Di bawah duet Sri Rajasanegara dan Gajah Mada, persatuan Nusantara perlahan-lahan dapat diwujudkan meskipun masih diwarnai keributan dengan adanya Peristiwa Bubat. Peristiwa yang menewaskan Maharaja Sunda Pajajaran yang bernama Sri Bhaduga dan Dyah Pitaloka, putrinya yang menjadi calon permaisuri Hayam Wuruk. Peristiwa itu meretakkan hubungan antara Hayam Wuruk dan Gajah Mada.
Hayam Wuruk sangat memperhatikan kehidupan agama, di mana ia berusaha mempersatukan tiga aliran agama yaitu Budha, Siwa, dan Wisnu. Kerukunan hidup beragama di Majapahit dilukiskan oleh Mpu Tantular dalam bukunya Sutasoma dengan kalimat "Bhineka Tunggal Ika", yang artinya berbeda-beda tetapi satu atau keanekaragaman dalam kesatuan. Beberapa pujangga besar yang hidup pada masa tersebut, yaitu Mpu Prapanca dengan karyanya kitab Negarakertagama dan Mpu Tantular dengan karyanya Arjuna Wiwaha.
Keadaan itu merupakan salah satu penyebab mengapa rakyat hidup dengan tenteram. Empu Tantular menggambarkan kehidupan kedua agama itu dengan Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa. Yang artinya :berbeda-beda, tetapi tetap satu jua. Agama Budha mulai berkembang pada abad VII, yaitu pada masa Kerajaan Sriwijaya. Pada saat itu orang-orang asing seperti Cina, belajar agama Budha di Sriwijaya, karena di Kerajaan tersebut terdapat tempat pendidikan agama Budha.
Disamping sebagai pusat agama Budha, Sriwijaya terkenal sebagai negara Maritim dan pusat perdagangan di Asia Tenggara. Kerajaan ini banyak dikunjungi oleh para pedagang luar negeri.
Agama Budha berkembang pula di Jawa Tengah pada masa Dinasti Sailendra. Keturunan Sailendra menyebarkan agama Budha dan menjadi pelindung agama Budha. Stupa Borobudur merupakan merupakan salah satu peninggalan zaman Silendra. Stupa ini merupakan stupa Budha yang terbesar di Asia Tenggara. Sampai saat ini Borobudur merupakan kebanggaan Nasional. Candi Borobudur merupakan peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya. Stupa Borobudur sangat dikagumi oleh dunia.
Candi Borobudur bukan merupakan satu-satunya peninggalan Dinasti Sailendra. Masih banyak lagi bangunan suci yang berasal dari zaman itu. Misalnya Candi Pawon, Candi Mendut, Candi Sewu dan Wihara Sari.
Selain di Jawa Tengah, agama Budha berkembang pula di Jawa Timur. Ini terbukti dari adanya beberapa peninggalan sejarah yang berupa bangunan kuno. Pada zaman Kerajaan Singasari, di samping menganut agama Hindu, ada pula penduduk yang menganut agama Budha.
Pada zaman Kerajaan Majapahit, agama Budha di kenal juga di samping agama Hindu. Di dalam kerajaan itu ada 2 jenis pendeta, yaitu pendeta agama Hindu dan pendeta agama Budha. Seorang pendeta agama Budha dan juga seorang penulis terkenal pada zaman Majapahit adalah Empu Prapanca. Dia menulis kitab Nagara Kertagama. Buku tersebut sangat terkenal dan menceritakan keadaan pada zaman itu. Dari buku Negara Kertagama dapat diketahui bahwa pada masa itu juga berkembang agama Budha.