srihandayanihermawan
Radioaktif adalah zat yang mengandung inti yang tidak stabil. Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi yang dipancarkan zat radioaktif dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan muatannya. Radiasi yang bermuatan positif disebut sinar alfa, sedangkan yang bermuatan negatif disebut sinar beta. Kemudian ditemukan sinar ketiga yan tidak bermuatan dan diberi nama sinar gama, penemunya adalah Paul U. Vilard. Keradioaktifan adalah radiasi yang terjadi secara spontan. Pada tahun 1869 Henry Becquerel menemukan unsur radioaktif yang memancarkan sinar berdaya tembus tinggi dengan sendirinya tanpa harus disinari terlebih dahulu (spontan). Unsur radioaktif tersebut adalah uranium. Jadi unsur radioaktif yang pertama kali dikenal adalah uranium. Henry Becquerel terilhami oleh W.C. Rontgen yang telah menemukan sinar X. W.C. Rontgen menemukan bahwa sinar katode menghasilkan suatu radiasi berdaya tembus tinggi yang dapat menghitamkan film foto walaupun film tersebut terbungkus kertas hitam. Karena mempunyai daya tembus yang sangat kuat, sinar X digunakan untuk rontgen yaitu untuk mengetahui keadaan organ tubuh bagian dalam. Selanjutnya pada tahun 1898 Marie Curie bersama dengan Pierre Curie menemukan dua unsur radioaktif lain dari bantuan uranium yaitu polonium dan radium. Reaksi inti spontan terjadi pada inti yang tidak stabil dan akan memancarkan energi (disebut radiasi) untuk mencapai keadaan yang lebih stabil. Sebagian besar unsur-unsur mengandung isotop-isotop. Di antrara isotop-isotop unsur ini, ada yang inti atomnya tidak stabil sehingga inti atom yang tidak stabil secara spontan akan memancarkan energi, yaitu energi untuk mencapai keadaan yang lebih stabil. Sifat inilah yang dinamakan sifat radioakif. Ternyata banyak unsur yang isotopnya secara alami bersifat radioaktif.