• Di sekolah ditentukan waktu masing-masing jam pelajaran, sehingga jika ada siswa yang masih ingin belajar dan sudah terlanjur fokus ke pelajaran itu akan buyar.
• Biasanya ada sekolah yang melarang atau mengurangi penggunaan gadget, sehingga informasi yang dapat ditemukan dari gadget tidak tersampaikan.
• Waktu istirahat siswa tidak sesuai dengan kemampuannya. Biasanya ada siswa yang dapat konsen setelah istirahat beberapa waktu, tidak bisa seperti istirahat di sekolah yang mungkin saja tidak sesuai.
• Beberapa pelajaran membutuhkan alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran, hal ini menguras tenaga dan materi (uang) lebih.
• Ada tipe siswa yang baru bisa belajar saat suasana tenang dan sepi. Sedangkan di sekolah terdapat beberapa siswa yang suka berbuat gaduh.
• Beberapa sekolah tidak menerapkan ice-breaking (pendinginan) di sela-sela pelajaran. Padahal ice-breaking ini penting agar siswa kembali fokus dan semangat belajar.
• Kita mengenal sistem kebut semalam adalah bukan hal yang baik. Di sekolah saya pernah ada guru yang baru memberitahukan bahwa ulangan Math besok atau hari itu juga, padahal belajar yang tepat itu bukan kebut semalam.
• Guru-guru yang datang terlambat. Walau tidak semua, namun guru yang datang terlambat atau bahkan hilang tanpa pengarahan pada siswa memberikan free class untuk siswa.
• Bel. Di sekolah saya bel ditempatkan di luar kantor, jadi siswa biasanya ikut menekan bel. Biasanya bel telah berbunyi sebelum waktunya padahal proses pembelajaran masih perlu dilanjutkan.
• Nah, yang ini juga mengenai bel. Ada juga bel yang lupa atau lama dibunyikan, sehingga siswa makin jenuh padahal sudah waktunya istirahat. Hal ini selain membuat semakin malas juga dapat mengurangi waktu istirahat siswa agar bisa belajar lagi.
Di rumah:
• Tidak ada guru yang bebas ditanya mengenai pelajaran atau mengajar siswa.
• Waktu bebas yang kadang digunakan siswa hanya untuk bermain karena kurangnya pengawasan orang tua.
• Adanya hiburan seperti game atau tv di rumah yang dapat mengalihkan perhatian siswa dari belajar.
• Setelah belajar di sekolah, ada juga siswa yang beristirahat di rumah seharian hingga esoknya sekolah kembali.
• Tugas rumah yang biasanya dibagikan tiap anggota keluarga menyebabkan siswa butuh waktu untuk menyelesaikan tugas rumah dulu baru belajar.
• Tidak ada teman belajar yang dapat diajak diskusi hingga siswa mendapat solusi jawaban.
• Tidak ada teman belajar yang dapat memberikan semangat atau mengajari kita. Seperti kompetisi antar siswa untuk menambah semangat.
• Kadang suka lupa waktu. Siswa menunda-nunda belajar hingga akhirnya besok sekolah kembali.
• Buku catatan atau paket yang berada di sekolah atau dipinjam teman membuat siswa berpikir 3 kali untuk lebih niat mengerjakan PR-nya.
• Teman main perumahan yang biasanya datang mengajak bermain saat sedang ingin belajar di rumah.
------
Di sekolah:
• Di sekolah ditentukan waktu masing-masing jam pelajaran, sehingga jika ada siswa yang masih ingin belajar dan sudah terlanjur fokus ke pelajaran itu akan buyar.
• Biasanya ada sekolah yang melarang atau mengurangi penggunaan gadget, sehingga informasi yang dapat ditemukan dari gadget tidak tersampaikan.
• Waktu istirahat siswa tidak sesuai dengan kemampuannya. Biasanya ada siswa yang dapat konsen setelah istirahat beberapa waktu, tidak bisa seperti istirahat di sekolah yang mungkin saja tidak sesuai.
• Beberapa pelajaran membutuhkan alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran, hal ini menguras tenaga dan materi (uang) lebih.
• Ada tipe siswa yang baru bisa belajar saat suasana tenang dan sepi. Sedangkan di sekolah terdapat beberapa siswa yang suka berbuat gaduh.
• Beberapa sekolah tidak menerapkan ice-breaking (pendinginan) di sela-sela pelajaran. Padahal ice-breaking ini penting agar siswa kembali fokus dan semangat belajar.
• Kita mengenal sistem kebut semalam adalah bukan hal yang baik. Di sekolah saya pernah ada guru yang baru memberitahukan bahwa ulangan Math besok atau hari itu juga, padahal belajar yang tepat itu bukan kebut semalam.
• Guru-guru yang datang terlambat. Walau tidak semua, namun guru yang datang terlambat atau bahkan hilang tanpa pengarahan pada siswa memberikan free class untuk siswa.
• Bel. Di sekolah saya bel ditempatkan di luar kantor, jadi siswa biasanya ikut menekan bel. Biasanya bel telah berbunyi sebelum waktunya padahal proses pembelajaran masih perlu dilanjutkan.
• Nah, yang ini juga mengenai bel. Ada juga bel yang lupa atau lama dibunyikan, sehingga siswa makin jenuh padahal sudah waktunya istirahat. Hal ini selain membuat semakin malas juga dapat mengurangi waktu istirahat siswa agar bisa belajar lagi.
Di rumah:
• Tidak ada guru yang bebas ditanya mengenai pelajaran atau mengajar siswa.
• Waktu bebas yang kadang digunakan siswa hanya untuk bermain karena kurangnya pengawasan orang tua.
• Adanya hiburan seperti game atau tv di rumah yang dapat mengalihkan perhatian siswa dari belajar.
• Setelah belajar di sekolah, ada juga siswa yang beristirahat di rumah seharian hingga esoknya sekolah kembali.
• Tugas rumah yang biasanya dibagikan tiap anggota keluarga menyebabkan siswa butuh waktu untuk menyelesaikan tugas rumah dulu baru belajar.
• Tidak ada teman belajar yang dapat diajak diskusi hingga siswa mendapat solusi jawaban.
• Tidak ada teman belajar yang dapat memberikan semangat atau mengajari kita. Seperti kompetisi antar siswa untuk menambah semangat.
• Kadang suka lupa waktu. Siswa menunda-nunda belajar hingga akhirnya besok sekolah kembali.
• Buku catatan atau paket yang berada di sekolah atau dipinjam teman membuat siswa berpikir 3 kali untuk lebih niat mengerjakan PR-nya.
• Teman main perumahan yang biasanya datang mengajak bermain saat sedang ingin belajar di rumah.