1) Cermati lagi teks eksemplum “Putri Tangguk” di atas! Dapatkah kamu menentukan atau menyebutkan bagian teks yang menceritakan tentang pengenalan pelaku (tokoh), peristiwa dan masalah yang dialami pelaku, serta interpretasi penulis terhadap kejadian atau peristiwa yang dialami pelaku? 2) Samakah bagian yang kamu tentukan tadi dengan struktur teks yang ada di dalam tabel di bawah ini? Bagaimanakah dengan peristiwa yang terma- suk ke dalam bagian-bagian yang kamu temukan itu? 3) Apakah inti peristiwa sama dengan kalimat yang ditebalkan dalam tabel di bawah ini? No. Struktur Teks Kalimat dalam Teks 1 Orientasi Alkisah, di Desa Bunga Tanjung ada seorang perempuan tua yang mempunyai huma. Humanya tidak begitu luas, hanya seluas tangguk penangkap ikan. tetapi hasilnya melimpah ruah. Putri Tangguk nama perempuan itu. Ia memiliki tujuh orang anak. 2 Insiden Pada suatu malam, Putri Tangguk dan suaminya sedang berbincang-bincang tentang masa depan keluarganya. Ketika itu, ketujuh anak mereka sudah tidur dengan pulas. “Wahai Kakanda”, kata Putri Tangguk kepada suaminya sambil menghela napas panjang. “Kita telah bekerja terus-menerus dan tidak henti-henti menuai padi. Hamba merasa sangat lelah. Anak-anak kita pun tidak terurus lagi. Lihatlah anak-anak kita yang tidak pernah lagi berdandan. “Ya,” jawab suaminya sambil duduk. “Kalau itu keinginan Dinda, Kanda tidak akan berhuma lagi karena ketujuh lumbung padi sudah penuh”. Hujan yang turun malam itu sangat lebat membuat suasana tempat tinggal Putri Tangguk semakin sunyi. Keesokan harinya, pagi yang masih dingin tidak menghalangi niat Putri Tangguk dan suaminya pergi ke sawah untuk menuai padi.
Pekerjaan itu biasa mereka lakukan setiap pagi demi memenuhi kebutuhan keluarga. Jalan menuju huma yang mereka tuju sangat licin sehingga Putri Tangguk beserta suami dan anak-anaknya sering tergelincir. Bahkan, anak- anaknya ada juga yang terjatuh. Perempuan setengah baya itu tampak kesal. “Jalan licin!” terdengar Putri Tangguk menyumpah. “Hari ini kita tidak perlu lama bekerja. Padi yang tertuai kita tumpahkan di jalan ini sebagai pengganti pasir. Besok kita masih dapat menuai padi,” kata Putri Tangguk sambil menggerutu. Hari itu mereka cepat kembali ke rumah. Padi yang sudah tertuai, mereka taburkan di sepanjang jalan yang mereka lalui. Mereka berharap jalan yang selalu mereka lalui tidak licin lagi. Pada suatu malam anak Putri Tangguk terbangun dan menangis meminta nasi untuk makan. Putri Tangguk pergi ke dapur untuk mengambil nasi. Ketika tutup periuk di buka, Putri Tangguk terkejut karena tidak ada nasi di dalamnya. Kemudian, ia berjalan menuju lumbung yang digunakan untuk menyimpan beras dan padi. Ia sangat terkejut ketika melihat lumbung itu kosong. Dengan setengah berlari, Putri Tangguk menuju lumbungnya yang lain. Ia semakin terkejut karena di dalam ketujuh lumbung padi yang dimilikinya tidak sebutir beras atau padi pun yang ditemuinya. Setelah menyampaikan apa yang ditemuinya itu, Putri Tangguk dan suaminya bergegas berangkat menuju huma mereka. Akan tetapi, mereka sangat terkejut karena tidak sebatang pun padi ada di huma mereka. Dalam keadaan sedih, Putri Tangguk pulang ke rumah. Kesedihannya semakin bertambah ketika mendengar tangisan anak-anaknya yang kelaparan. Putri Tangguk jatuh miskin akibat kesombongannya dengan membuang-buang padi semaunya di jalan yang dilewatinya.
3. Interpretasi Sebagai ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa, manusia tidak boleh sombong dan angkuh. Manusia tidak boleh menghambur-hamburkan kekayaannya karena semuanya merupakan anugerah dan titipan Sang Pencipta. Putri Tangguk yang pada mulanya sangat kaya jatuh miskin karena kesombongan dan keangkuhannya. Ia tidak mensyukuri kekayaan yang telah diberikan Tuhan kepadanya.
1. Letak pengenalan tokoh berada pada bagian awal cerita atau di paragraf pertama Intepretasi penulis terhadap putri tangguk adalah
Penulis ingin menceritakan bagaimana sebuah pelajaran bahwa sebagai seorang manusia kita tidak boleh lupa bahwa kekayaan itu adalah titipan. Di sini digambarkan bahwa Putri tangguk merasa dirinya berkecukupan dan memiliki banyak beras di huma nya. Hal ini membuatnya merasa takabur bahwa dia dapat membuang beras sesuakanya, dalam hal ini di jalan agar jalanan menjadi tidak licin.
Hal ini membuat Tuhan murka karena makanan kok terbuang sia sia. Oleh karena itu Putri tangguk mendapat hukuman bahwa semua padi atau beras yang dimilikinya hilang. Dan yang lebih parah adalah dia kehilangan beras itu saat anak anaknya membutuhkan makanan.
Untuk soal nomor 2 dan 3, Pertama tabel nya tidak tersedia, jadi bisa langsung diintepretasikan sendiri ya.
1. Letak pengenalan tokoh berada pada bagian awal cerita atau di paragraf pertama
Intepretasi penulis terhadap putri tangguk adalah
Penulis ingin menceritakan bagaimana sebuah pelajaran bahwa sebagai seorang manusia kita tidak boleh lupa bahwa kekayaan itu adalah titipan. Di sini digambarkan bahwa Putri tangguk merasa dirinya berkecukupan dan memiliki banyak beras di huma nya. Hal ini membuatnya merasa takabur bahwa dia dapat membuang beras sesuakanya, dalam hal ini di jalan agar jalanan menjadi tidak licin.
Hal ini membuat Tuhan murka karena makanan kok terbuang sia sia. Oleh karena itu Putri tangguk mendapat hukuman bahwa semua padi atau beras yang dimilikinya hilang. Dan yang lebih parah adalah dia kehilangan beras itu saat anak anaknya membutuhkan makanan.
Untuk soal nomor 2 dan 3, Pertama tabel nya tidak tersedia, jadi bisa langsung diintepretasikan sendiri ya.