“Masih berapa jauhkah Bukit Tengkorak dari sini, Ibu?” tanya lelaki itu kepada pemilik lapau. Kontan, semua orang menghentikan permainannya. “Untuk apa Anak mencari bukit itu? Semua yang datang ke bukit itu tak pernah kembali. Kata orang, di bukit itu benar-benar ada hantu, juga binatang buas seperti beruang, harimau, dan sebagainya,” jawab salah seorang dari mereka.
“Saya tahu, Pak, saya sudah mendengar semua cerita tentang Bukit Tengkorak itu. Saya memang tak ingin kembali lagi setelah sampai di sana...” Semuanya heran, mulutnya melongo. Ibu pemilik lapau itu kemudian mengatakan bahwa untuk mencapai Bukit Tengkorak, harus melakukan perjalanan kaki paling cepat dua hari dua malam, menuruni tiga lembah dan empat bukit. “Letaknya di sebalik Gunung Kerinci itu, Anak. Tapi tidak ada angkutan mobil yang bisa mengantar ke sana. Bahkan pemilik sewaan kuda di daerah ini juga tidak mau menyewakan kudanya kalau tujuannya ke Bukit Tengkorak.” “Terima kasih, Bu. Mungkin saya memang harus berjalan kaki...” Kemudian, seperti dalam cerita-cerita komik atau film silat, lelaki berambut gondrong yang menggendong tas ransel itu berjalan menjauhi lapau itu, yang membuat semua orang yang ada di situ melongo.
(Nyanyi Sunyi dari Indragiri, Harry B. Koriun)
a. Buatlah sinopsis kutipan novel di atas!
b. Tentukan sudut pandang yang digunakan dalam kutipan novel di atas dan disertai alasan!