The period of isolation in Japanese history is known as the Sakoku period. Sakoku, which translates to "closed country," refers to the policy implemented by the Tokugawa shogunate in the 17th century to restrict foreign influence and trade with other countries. During this period, which lasted from 1633 to 1868, Japan adopted a policy of national seclusion, severely limiting contact with the outside world. The only exceptions were limited trade and diplomatic relations with a few select countries such as China, Korea, and the Netherlands. The Sakoku policy aimed to maintain domestic stability, preserve Japanese culture and traditions, and reduce the influence of Christianity, which was seen as a threat to the ruling order. It was eventually ended with the Meiji Restoration in 1868, when Japan underwent a period of modernization and opened up to international trade and diplomacy.
Terjemahanbahasa Indonesia
Periode isolasi dalam sejarah Jepang dikenal sebagai periode Sakoku. Sakoku, yang berarti "negara tertutup," mengacu pada kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan shogun Tokugawa pada abad ke-17 untuk membatasi pengaruh asing dan perdagangan dengan negara lain. Selama periode ini, yang berlangsung dari tahun 1633 hingga 1868, Jepang mengadopsi kebijakan penutupan nasional yang sangat membatasi kontak dengan dunia luar. Satu-satunya pengecualian adalah perdagangan terbatas dan hubungan diplomatik dengan beberapa negara tertentu seperti Tiongkok, Korea, dan Belanda. Kebijakan Sakoku bertujuan untuk menjaga stabilitas domestik, melestarikan budaya dan tradisi Jepang, serta mengurangi pengaruh agama Kristen yang dianggap sebagai ancaman bagi pemerintahan. Kebijakan ini akhirnya berakhir dengan Restorasi Meiji pada tahun 1868, ketika Jepang mengalami periode modernisasi dan membuka diri terhadap perdagangan dan diplomasi internasional.
Verified answer
Answer: The period of isolation in Japanese history is known as the Sakoku period, which lasted from 1633 to 1853.
Jawaban:
The period of isolation in Japanese history is known as the Sakoku period. Sakoku, which translates to "closed country," refers to the policy implemented by the Tokugawa shogunate in the 17th century to restrict foreign influence and trade with other countries. During this period, which lasted from 1633 to 1868, Japan adopted a policy of national seclusion, severely limiting contact with the outside world. The only exceptions were limited trade and diplomatic relations with a few select countries such as China, Korea, and the Netherlands. The Sakoku policy aimed to maintain domestic stability, preserve Japanese culture and traditions, and reduce the influence of Christianity, which was seen as a threat to the ruling order. It was eventually ended with the Meiji Restoration in 1868, when Japan underwent a period of modernization and opened up to international trade and diplomacy.
Terjemahan bahasa Indonesia
Periode isolasi dalam sejarah Jepang dikenal sebagai periode Sakoku. Sakoku, yang berarti "negara tertutup," mengacu pada kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan shogun Tokugawa pada abad ke-17 untuk membatasi pengaruh asing dan perdagangan dengan negara lain. Selama periode ini, yang berlangsung dari tahun 1633 hingga 1868, Jepang mengadopsi kebijakan penutupan nasional yang sangat membatasi kontak dengan dunia luar. Satu-satunya pengecualian adalah perdagangan terbatas dan hubungan diplomatik dengan beberapa negara tertentu seperti Tiongkok, Korea, dan Belanda. Kebijakan Sakoku bertujuan untuk menjaga stabilitas domestik, melestarikan budaya dan tradisi Jepang, serta mengurangi pengaruh agama Kristen yang dianggap sebagai ancaman bagi pemerintahan. Kebijakan ini akhirnya berakhir dengan Restorasi Meiji pada tahun 1868, ketika Jepang mengalami periode modernisasi dan membuka diri terhadap perdagangan dan diplomasi internasional.