Unsur Ekstrinsik dari cerpen '' Nasihat untuk Anakku '' adalah ?
ulinokta
Aku kemaren jg dikasih tgs kyk gini jg, nih ya Semoga membantu ^_^
Latar pengarang Latar pengarang merupakan keadaan pengarang saat membuat suatu karya sastra. Pengarang cerpen “Nasihat untuk Anakku” yaitu Motinggo Busye. Motinggo Busye memiliki nama asli Bustami Djalid. Beliau merupakan seorang sastrawan, sutradara, dan penyair legendaris di Indonesia maupun di dunia. Selain cerpen, Motinggo Busye juga mengarang puisi, sajak, drama, dan novel.
Kondisi politik Masa membuat cerpen itu merupakan zaman sebelum kemerdekaan Indonesia dan Irian Barat belum diraih dari tangan penjajah.Karena dalam cerpen terdapat kutipan sebagai berikut. “Mungkin ... Irian Barat telah menjadi hak milik Indonesia.” . Juga kutipan berikut. “.... biar pun kemerdekaan itu cuma angan-angan saja” dan kutipan berikut. “.... aku merasa jauh lebih merdeka daripada kau, biar pun kemerdekaan itu kumiliki untuk, diriku sendiri saja.”
Kondisi Ekonomi Masyarakat Menurut cerpen, pada zaman itu masyarakat masih dalam krisis ekonomi. Terbukti pada kalimat “.....keuangan tidak mengizinkan untuk makan tiga kali satu hari dan harga beras waktu itu dua puluh lima satu kilo” dan kalimat “.....sudah biasa tidak makan satu minggu”. Sehingga dapat kita ketahui pada masa itu untuk makan merupakan suatu kegiatan yang tidak mudah dikerjakan dengan rutin.
NILAI YANG TERKANDUNG Nilai moral : Seseorang yang mudah malu dan berputus asa. Terkutip dalam kalimat “Aku sudah malu pada-Mu, Tuhan, karena......” Nilai sosial : Ayah yang peduli kepada anaknya, agar anaknya menjadi lebih baik dari dirinya. Terbukti pada saat sang Ayah menasihati anaknya. Contohnya pada kalimat “Tetapi, janganlah kau bercita-cita jadi seorang pengarang.....”
Nilai budaya : Orang yang hidup pada zaman sebelum kemerdekaan yang mudah bunuh diri. Dinyatakan dalam kalimat “......, karena sudah lazim terjadi yang demikian itu di zamanku.”. Kata “demikian itu” merujuk pada bunuh diri. Nilai psikologi : Seseorang yang sabar dan pemaaf atas segala masalah yang ia alami. Terbukti dalam kalimat “Ayah memaafkan hal itu ........” Nilai ketuhanan : Teman Ayah yang merupakan seseorang yang mudah putus asa dan tidak menjalankan kehidupan sesuai dengan yang Dia firmankan. Hal tersebut dinyatakan pada kalimat “Aku sudah malu pada-Mu, Tuhan, karena aku tidak menjalankan hidupku sebagai manusia yang wajar dan baik seperti yang Kamu firmankan.” Nilai pendidikan : Kehidupan yang tidak dilakukan dengan sebaik mungkin dan memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri.Di simpulkan dari kalimat “..... teman ayah itu telah memotong nadinya dengan pisau silet.” dan kalimat “.... aku tidak menjalankan hidupku sebagai manusia yang wajar dan baik seperti yang Kamu firmankan.”
Kalo mau yg unsur intrinsik sama teks ulasan jg di filenya itu ya... dah lengkap pake gambar nama filenya : f6a0ff84d2fc55e59c2d4c7ae5d411ff
Latar pengarang
Latar pengarang merupakan keadaan pengarang saat membuat suatu karya sastra.
Pengarang cerpen “Nasihat untuk Anakku” yaitu Motinggo Busye.
Motinggo Busye memiliki nama asli Bustami Djalid. Beliau merupakan seorang sastrawan, sutradara, dan penyair legendaris di Indonesia maupun di dunia. Selain cerpen, Motinggo Busye juga mengarang puisi, sajak, drama, dan novel.
Kondisi politik
Masa membuat cerpen itu merupakan zaman sebelum kemerdekaan Indonesia dan Irian Barat belum diraih dari tangan penjajah.Karena dalam cerpen terdapat kutipan sebagai berikut. “Mungkin ... Irian Barat telah menjadi hak milik Indonesia.” . Juga kutipan berikut. “.... biar pun kemerdekaan itu cuma angan-angan saja” dan kutipan berikut. “.... aku merasa jauh lebih merdeka daripada kau, biar pun kemerdekaan itu kumiliki untuk, diriku sendiri saja.”
Kondisi Ekonomi Masyarakat
Menurut cerpen, pada zaman itu masyarakat masih dalam krisis ekonomi. Terbukti pada kalimat “.....keuangan tidak mengizinkan untuk makan tiga kali satu hari dan harga beras waktu itu dua puluh lima satu kilo” dan kalimat “.....sudah biasa tidak makan satu minggu”. Sehingga dapat kita ketahui pada masa itu untuk makan merupakan suatu kegiatan yang tidak mudah dikerjakan dengan rutin.
NILAI YANG TERKANDUNG
Nilai moral : Seseorang yang mudah malu dan berputus asa. Terkutip dalam kalimat “Aku sudah malu pada-Mu, Tuhan, karena......”
Nilai sosial : Ayah yang peduli kepada anaknya, agar anaknya menjadi lebih baik dari dirinya. Terbukti pada saat sang Ayah menasihati anaknya. Contohnya pada kalimat “Tetapi, janganlah kau bercita-cita jadi seorang pengarang.....”
Nilai budaya : Orang yang hidup pada zaman sebelum kemerdekaan yang mudah bunuh diri. Dinyatakan dalam kalimat “......, karena sudah lazim terjadi yang demikian itu di zamanku.”. Kata “demikian itu” merujuk pada bunuh diri.
Nilai psikologi : Seseorang yang sabar dan pemaaf atas segala masalah yang ia alami. Terbukti dalam kalimat “Ayah memaafkan hal itu ........” Nilai ketuhanan : Teman Ayah yang merupakan seseorang yang mudah putus asa dan tidak menjalankan kehidupan sesuai dengan yang Dia firmankan.
Hal tersebut dinyatakan pada kalimat “Aku sudah malu pada-Mu, Tuhan, karena aku tidak menjalankan hidupku sebagai manusia yang wajar dan baik seperti yang Kamu firmankan.”
Nilai pendidikan : Kehidupan yang tidak dilakukan dengan sebaik mungkin dan memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri.Di simpulkan dari kalimat “..... teman ayah itu telah memotong nadinya dengan pisau silet.” dan kalimat “.... aku tidak menjalankan hidupku sebagai manusia yang wajar dan baik seperti yang Kamu firmankan.”
Kalo mau yg unsur intrinsik sama teks ulasan jg di filenya itu ya... dah lengkap pake gambar
nama filenya : f6a0ff84d2fc55e59c2d4c7ae5d411ff