Tiga belas tahun setelah kelahiran Rosululloh , datanglah waktu kelahiran tokoh sentral ini. Wajah al-Khaththab bin Nufail tampak cerah menerima ucapan selamat dari kaum kerabatnya dan terlihat begitu senang hatinya dengan kehadiran putra kecilnya tersebut. Kemudian ia menuju rumahnya untuk mengucapkan selamat kepada isterinya, Hantamah binti Hasyim serta dipilihnya ‘Umar sebagai nama putranya. Yaitu untuk ‘Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin ‘Abdil ‘Uzza. Nasab beliau bersatu dengan nasab Nabi pada jalur Ka’ab bin Luay. Kunyah (nama keluarga) beliau adalah Abu Hafsh, yang artinya bapaknya singa sebagai perlambang keberaniannya yang bagaikan auman dan terkaman raja rimba. Sedangkan laqab (gelar)nya adalah al-Faaruuq, artinya orang yang dapat membedakan antara kebaikan dan kebu-rukan. Keislamannya Suatu malam, beliau keluar rumah hingga tiba di Masjidil Haram. Beliau menyibak kain penutup Ka’bah, dan dilihat-nya Nabi sedang mengerjakan shalat. Saat itu Rosul membaca surat al-Haqqah, ‘Umar menyimak bacaan al-Qur’an itu dan ia merasa takjub terhadap susunan bahasanya. Ia berkata dalam hati: “Demi Alloh, tentunya ini adalah ucapan seorang penyair yang biasa diucapkan orang-orang Quraisy.”. Lalu Nabi membaca ayat: “Sesungguhnya al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Alloh yang diturunkan kepada) Rosul yang mulia. Dan al-Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya.” (QS. al-Haqqah [69]: 40-41)‘Umar berkata dalam hatinya: “Kalau begitu pasti ucap-an tukang tenung.” Nabi meneruskan bacaannya: “Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran dari padanya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Robb semesta alam.” (QS. al-Haqqah [69]: 42-43) Beliau meneruskan bacaannya hingga akhir surat se-perti yang diceritakan ‘Umar sendiri, maka mulai saat itulah menyusup ke dalam hatinya cahaya Islam. Inilah awal mula benih-benih Islam merasuk ke dalam hati ‘Umar bin al-Khaththab dan hal ini juga karena ber-kat doa Rosul : (( اللَّهُمَ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ خَاصَّةً )) “Ya, Alloh. Kuatkanlah Islam dengan ‘Umar bin Khaththab secara khusus.” (HR. Ibnu Majah, lihat Silsilah ash-Shahīhah) Maka ‘Umar setelah itu datang ke rumah ‘Arqam bin Abi al-Arqam (tempat Rosululloh berdakwah secara sembunyi-sembunyi) untuk bersaksi dan masuk Islam. Keutamaannya Membicarakan keutamaan ‘Umar merupakan dorongan dan motivasi besar bagi kita agar dapat meniru dan mene-ladaninya dalam segala aspek dunia dan akhiratnya. Alloh menganugerahkan kepada ‘Umar banyak keutamaan dan kelebihan yang tak dimiliki oleh manusia selainnya. Ber-ikut ini beberapa contoh tentang keutamaan ‘Umar bin Khaththab : 1. Telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih bahwa ‘Umar termasuk penghuni surga. Sungguh hal ini merupakan keagungan dan keting-gian kedudukan ‘Umar . Di waktu ia masih hidup, diberitakan kabar gembira bahwa ia kelak memasuki surga. Yang sangat menakjubkan berita itu bersumber dari lisan Rosululloh yang perkataanya tak pernah didustakan sedikitpun. Dari Sa’id bin Zaid , bahwa ia bertutur; “Aku ber-saksi atas nama Rosululloh , aku mendengar bahwa beliau bersabda: “(Sepuluh shahabat yang masuk surga adalah): (1) Abu Bakar (ash-Shiddiq); (2) ‘Umar bin al-Khaththab; (3) ‘Utsman (bin ‘Affan); (4) ‘Ali (bin Abi Thalib); (5) Thalhah (bin ‘Ubaidillah); (6) al-Zubair (bin al-‘Awwam); (7) ‘Abdur Rahman bin ‘Auf; (8) Sa’ad (bin Abi Waqqash); (9) Sa’id (bin Zaid); dan (10) Abu ‘Ubai-dah bin al-Jarrah.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad) Dari Abu Hurairah , bahwa ia bertutur: Rosululloh pernah berada di atas bukit (gua) Hira bersama Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Thalhah dan az-Zubeir. Tiba-tiba bukit bergetar, maka beliau ber-sabda: (( اِهْدَأْ فَمَا عَلَيْكَ إِلاَّ نَبِيٌّ أَوْ صِدِّيْقٌ أَوْ شَهِيْدٌ )) “Diamlah, sesungguhnya di atasmu tidak lain adalah seorang nabi, seorang shiddiq, dan seorang syahid.” (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad)
Tiga belas tahun setelah kelahiran Rosululloh , datanglah waktu kelahiran tokoh sentral ini. Wajah al-Khaththab bin Nufail tampak cerah menerima ucapan selamat dari kaum kerabatnya dan terlihat begitu senang hatinya dengan kehadiran putra kecilnya tersebut. Kemudian ia menuju rumahnya untuk mengucapkan selamat kepada isterinya, Hantamah binti Hasyim serta dipilihnya ‘Umar sebagai nama putranya. Yaitu untuk ‘Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin ‘Abdil ‘Uzza. Nasab beliau bersatu dengan nasab Nabi pada jalur Ka’ab bin Luay. Kunyah (nama keluarga) beliau adalah Abu Hafsh, yang artinya bapaknya singa sebagai perlambang keberaniannya yang bagaikan auman dan terkaman raja rimba. Sedangkan laqab (gelar)nya adalah al-Faaruuq, artinya orang yang dapat membedakan antara kebaikan dan kebu-rukan. Keislamannya Suatu malam, beliau keluar rumah hingga tiba di Masjidil Haram. Beliau menyibak kain penutup Ka’bah, dan dilihat-nya Nabi sedang mengerjakan shalat. Saat itu Rosul membaca surat al-Haqqah, ‘Umar menyimak bacaan al-Qur’an itu dan ia merasa takjub terhadap susunan bahasanya. Ia berkata dalam hati: “Demi Alloh, tentunya ini adalah ucapan seorang penyair yang biasa diucapkan orang-orang Quraisy.”. Lalu Nabi membaca ayat: “Sesungguhnya al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Alloh yang diturunkan kepada) Rosul yang mulia. Dan al-Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya.” (QS. al-Haqqah [69]: 40-41)‘Umar berkata dalam hatinya: “Kalau begitu pasti ucap-an tukang tenung.” Nabi meneruskan bacaannya: “Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran dari padanya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Robb semesta alam.” (QS. al-Haqqah [69]: 42-43) Beliau meneruskan bacaannya hingga akhir surat se-perti yang diceritakan ‘Umar sendiri, maka mulai saat itulah menyusup ke dalam hatinya cahaya Islam. Inilah awal mula benih-benih Islam merasuk ke dalam hati ‘Umar bin al-Khaththab dan hal ini juga karena ber-kat doa Rosul : (( اللَّهُمَ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ خَاصَّةً )) “Ya, Alloh. Kuatkanlah Islam dengan ‘Umar bin Khaththab secara khusus.” (HR. Ibnu Majah, lihat Silsilah ash-Shahīhah) Maka ‘Umar setelah itu datang ke rumah ‘Arqam bin Abi al-Arqam (tempat Rosululloh berdakwah secara sembunyi-sembunyi) untuk bersaksi dan masuk Islam. Keutamaannya Membicarakan keutamaan ‘Umar merupakan dorongan dan motivasi besar bagi kita agar dapat meniru dan mene-ladaninya dalam segala aspek dunia dan akhiratnya. Alloh menganugerahkan kepada ‘Umar banyak keutamaan dan kelebihan yang tak dimiliki oleh manusia selainnya. Ber-ikut ini beberapa contoh tentang keutamaan ‘Umar bin Khaththab : 1. Telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih bahwa ‘Umar termasuk penghuni surga. Sungguh hal ini merupakan keagungan dan keting-gian kedudukan ‘Umar . Di waktu ia masih hidup, diberitakan kabar gembira bahwa ia kelak memasuki surga. Yang sangat menakjubkan berita itu bersumber dari lisan Rosululloh yang perkataanya tak pernah didustakan sedikitpun. Dari Sa’id bin Zaid , bahwa ia bertutur; “Aku ber-saksi atas nama Rosululloh , aku mendengar bahwa beliau bersabda: “(Sepuluh shahabat yang masuk surga adalah): (1) Abu Bakar (ash-Shiddiq); (2) ‘Umar bin al-Khaththab; (3) ‘Utsman (bin ‘Affan); (4) ‘Ali (bin Abi Thalib); (5) Thalhah (bin ‘Ubaidillah); (6) al-Zubair (bin al-‘Awwam); (7) ‘Abdur Rahman bin ‘Auf; (8) Sa’ad (bin Abi Waqqash); (9) Sa’id (bin Zaid); dan (10) Abu ‘Ubai-dah bin al-Jarrah.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad) Dari Abu Hurairah , bahwa ia bertutur: Rosululloh pernah berada di atas bukit (gua) Hira bersama Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Thalhah dan az-Zubeir. Tiba-tiba bukit bergetar, maka beliau ber-sabda: (( اِهْدَأْ فَمَا عَلَيْكَ إِلاَّ نَبِيٌّ أَوْ صِدِّيْقٌ أَوْ شَهِيْدٌ )) “Diamlah, sesungguhnya di atasmu tidak lain adalah seorang nabi, seorang shiddiq, dan seorang syahid.” (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad)
Sumber: https://makalahnih.blogspot.com/2017/05/sejarah-umar-bin-khatab-sang-pemberani.html
Silahkan mengcopy paste dan menyebarkan artikel ini selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.