Ubalah puisi inu menjadi prosa! pahlawanku bukan sulap tapi nyata sebutir padi berubah jadi seuli sebutir jagung jadi setangkai sepotong tebu jadi serumpun sebuah kentang jadi seladang kausiapkan kami maizena kau suguhkan kami pada tapioka paragraf 2: bias bias kasih memancar dari getaran tangan pijakan kakimu hangatkan tetumbuhan sering kami seminarkan nasibmu yang makin tak tentu sedang karyamu masuki istana raja paragraf 3: kulitmu semakin hitam mengiringi hidupmu kian kelam hati kami bertanya dapatkah kami hidup tanpa dirimu? tapi tanya kami tinggal tanya tak ada jawabannya tolong di jawab setiap paragraf
Evelyn001
(ini) bukan sulap tapi (ini) nyata sebutir padi (sudah) berubah jadi seuli sebutir jagung (sudah) jadi setangkai pohon tebu jadi serumpun sebuah kentang (telah) jadi seladang kau siapkan kami (sebuah). maizena kau suguhkan kami pada tapioka paragraf 2: bias bias kasih (telah) memancar dari getaran (sepasang) tangan pijakan kakimu hangatkan tetumbuhan sering (ini) kami seminarkan nasibmu yang makin tak menentu (arahnya) sedang karyamu masuki istana raja Paragraf 3: kulitmu semakin hitam hati kami (semua) bertanya dapatkah kami hidup (sekarang) tanpa ditimu? tapi tanya kami (hanyalah) tanya tak ada jawabanya. Maaf kalau salah
sebutir padi (sudah) berubah jadi seuli
sebutir jagung (sudah) jadi setangkai pohon tebu
jadi serumpun
sebuah kentang (telah) jadi seladang
kau siapkan kami (sebuah). maizena
kau suguhkan kami pada tapioka
paragraf 2:
bias bias kasih (telah) memancar dari getaran (sepasang) tangan
pijakan kakimu hangatkan tetumbuhan
sering (ini) kami seminarkan
nasibmu yang makin tak menentu (arahnya)
sedang karyamu masuki istana raja
Paragraf 3:
kulitmu semakin hitam
hati kami (semua) bertanya
dapatkah kami hidup (sekarang) tanpa ditimu?
tapi tanya kami (hanyalah) tanya
tak ada jawabanya.
Maaf kalau salah