Tumpek Wariga di Bali: Antara Budaya dan Kelestarian Alam Tumpek Wariga memiliki makna yang dalam dalam budaya Bali. "Tumpek" berarti kelahiran atau hari istimewa, sementara "Wariga" merujuk pada tanaman dan flora. Perayaan ini mencerminkan kesadaran masyarakat Bali akan pentingnya menjaga dan melestarikan alam serta kehidupan tumbuhan. Pada perayaan upacara Tumpek Wariga ini umat tidak diperbolehkan menebang pohon dan umat pun tidak mau memetik buah, bunga, dan daun. Hal yang dilakukan saat perayaan ini adalah menghaturkan sesajen (banten) sebagai penanda atas rasa syukur dan berterima kasih kepada tumbuh-tumbuhan yang telah memberikan berkah dalam kehidupan. Perayaan ini juga memiliki makna kita sebagai manusia yang selalu berdampingan dengan alam untuk selalu menjaga keseimbangan alam dengan cara menanam dan merawat pohon di lingkungan sekitar yang juga akan memberikan timbal balik positif terhadap kehidupan manusia. Dari teks bacaan diatas, analisislah hubungan hari raya Tumpek Wariga dengan materi biologi khususnya materi keanekaragaman hayati yang sedang dipelajari!
Makna tumpek Waruga terhadap keanekaragaman hayati yaitu :
Bahwa manusia wajib memelihara flora atau tumbuhan sebagai upaya menjaga kelestarian alam
Bahwa perayaan tumpek wariga adalah merupakan ungkapan rasa syukur manusia atas kemurahan alam yang berupa tumbuhan tumbuhan
Bahwa jika kita menjaga keseimbangan alam maka akan memberikan manfaat timbal balik bagi manusia dan alam semesta
Pada perayaan tumpek wariga kita tidak boleh menebang pohon, itu merupakan upaya menjaga kelestarian spesies pohon / flora
Penjelasan:
Tumpek wariga merupakan penghormatan terhadap Dewa Sangkara sebagai penguasa tumbuhan. Dirayakan setiap 210 hari sekali setiap Sabtu Kiwon wuku Wariga.
Jawaban:
Makna tumpek Waruga terhadap keanekaragaman hayati yaitu :
Penjelasan:
Tumpek wariga merupakan penghormatan terhadap Dewa Sangkara sebagai penguasa tumbuhan. Dirayakan setiap 210 hari sekali setiap Sabtu Kiwon wuku Wariga.