Kadipaten Pasir Luhur, jaman ganu ialah salah siji Kadipaten sing termasuk wilayah Kerajaan Pajajaran (Kerajaan Galuh - Kawali).
Jaman Kesultanan Demak dipimpinSultan Trenggono (Sultan Demak ke III), Kadipaten Pasir Luhur termasuk wilayahKesultanan Demak sing strategis. Sultan Trenggono mengangkat Adipati Pasir Luhur (sing wektu kuwe dijabat Adipati Banyak Belanak) sebagai Panglima Perang wilayah kulon sing wilayahe ngeliputi sekang Karawang ngantekGunung Sumbing (Wonosobo).
Sebagai salah siji Panglima PerangKesultanan Demak, Adipati Banyak Belanak olih gelar Pangeran Senopati Mangkubumi I, sementara kuwe Banyak Galeh (Wirakencana) adine, diangkat dadi Patih Kesultanan Demak.
Bar Sultan Trenggono wafat, Kesultanan Demak pecah dadi 3 bagian, salah sijine ialah Kerajaan Pajang yang diperentahJoko Tingkir lan bergelar Sultan Hadiwijaya (1546 – 1587). Dong masa kiye, wilayah Banyumasan (termasuk Kadipaten Pasir Luhur) melebu nang kekuasaan Kerajaan Pajang.
Ngikuti kebijakan Sultan Trenggono,Sultan Hdiwijaya juga ngangkat Adipati Pasirluhur sing saat kuwe dijabatBanyak Galeh utawa Wirakencana, sebagai Senopati Kerajaan Pajang lan bergelar Pangeran Mangkubumi II.
Siki Kadipaten Pasir Luhur termasuk wilayah Kelurahan Pasir, Tamansari lan sekitare (Kec.Karanglewas lan Kecamatan Purwokerto Barat).
1 votes Thanks 1
jummisb
Kadipaten Pasirluhur merupakan kadipaten yang makmur, sejahtera dan kuat dengan wilayah yang luas di Lembah Serayu. Pusat pemerintahan Kadipaten ada di sisi timur Sungai Logawa di lereng selatan Gunung Slamet yang pada waktu itu masih disebut sebagai Gunung Agung, gunung terbesar di Pulau Jawa.
Kadipaten Pasirluhur juga merupakan Kadipaten yang berusia cukup tua di Lembah Serayu. Secara samar-samar kronik Sunda menyebutkan bahwa kadipaten ini didirikan oleh Senna, Raja Galuh Kawali (709-7016 M). Senna sendiri adalah cucu Maharaja Wretikandayun, pendiri Kerajaan Galuh Kawali (612 - 702). Tentu saja pada masa Sena, Pasirluhur belum berbentuk kadipaten, tetapi baru setingkat daerah yang dikuasai oleh seorang kuwu atau demang.
Sebelumnya di daerah lereng selatan Gunung Slamet itu, pernah berdiri Kerajaan Kuno Galuh Purba yang merupakan cabang orang-orang Sunda Galuh Kawali. Tetapi Kerajaan Galuh Purba itu diserang dan diduduki orang-orang dari Galuh Utara penyembah Dewa Rahu yang bermukim di lereng utara Gunung Dieng. Terpaksa orang-orang Galuh Purba meninggalkan wilayah yang subur itu dan mereka mengungsi ke Galuh Kawali, dan bergabung dengan saudara-saudaranya di sana.
Ketika Senna naik tahta menggantikan ayahnya Mandiminyak, Senna melakukan gerakan ofensif mengambil alih kembali wilayah lereng selatan Gunung Slamet itu. Orang-orang Galuh Utara penyembah Dewa Rahu yang sempat merubah nama Gunung Slamet menjadi Gunung Gora, diusir kembali ke lereng utara Gunung Dieng.
Pada masa Mahapatih Bunisora ( 1357 - 1371 M), agaknya Kadipaten Pasirluhur mulai mendapat perhatian serius kembali dan dikembangkan dengan missi untuk mengontrol dan mengamankan wilayah Lembah Serayu dari penguasaan kerajaan-kerajaan Jawa di sisi timur Sungai Bhagalin. Tregedi Bubat yang telah menewaskan Raja Galuh Sang Maharaja Linggabuana (1350 - 1357 ) menjadi tonggak kebangkitan kembali Kadipaten Pasirluhur dibawah pengawasan Kerajaan Galuh Kawali yang dikendalikan Mahapatih Bunisora.
Kadipaten Pasir Luhur, jaman ganu ialah salah siji Kadipaten sing termasuk wilayah Kerajaan Pajajaran (Kerajaan Galuh - Kawali).
Jaman Kesultanan Demak dipimpinSultan Trenggono (Sultan Demak ke III), Kadipaten Pasir Luhur termasuk wilayahKesultanan Demak sing strategis. Sultan Trenggono mengangkat Adipati Pasir Luhur (sing wektu kuwe dijabat Adipati Banyak Belanak) sebagai Panglima Perang wilayah kulon sing wilayahe ngeliputi sekang Karawang ngantekGunung Sumbing (Wonosobo).
Sebagai salah siji Panglima PerangKesultanan Demak, Adipati Banyak Belanak olih gelar Pangeran Senopati Mangkubumi I, sementara kuwe Banyak Galeh (Wirakencana) adine, diangkat dadi Patih Kesultanan Demak.
Bar Sultan Trenggono wafat, Kesultanan Demak pecah dadi 3 bagian, salah sijine ialah Kerajaan Pajang yang diperentahJoko Tingkir lan bergelar Sultan Hadiwijaya (1546 – 1587). Dong masa kiye, wilayah Banyumasan (termasuk Kadipaten Pasir Luhur) melebu nang kekuasaan Kerajaan Pajang.
Ngikuti kebijakan Sultan Trenggono,Sultan Hdiwijaya juga ngangkat Adipati Pasirluhur sing saat kuwe dijabatBanyak Galeh utawa Wirakencana, sebagai Senopati Kerajaan Pajang lan bergelar Pangeran Mangkubumi II.
Siki Kadipaten Pasir Luhur termasuk wilayah Kelurahan Pasir, Tamansari lan sekitare (Kec.Karanglewas lan Kecamatan Purwokerto Barat).
Kadipaten Pasirluhur juga merupakan Kadipaten yang berusia cukup tua di Lembah Serayu. Secara samar-samar kronik Sunda menyebutkan bahwa kadipaten ini didirikan oleh Senna, Raja Galuh Kawali (709-7016 M). Senna sendiri adalah cucu Maharaja Wretikandayun, pendiri Kerajaan Galuh Kawali (612 - 702). Tentu saja pada masa Sena, Pasirluhur belum berbentuk kadipaten, tetapi baru setingkat daerah yang dikuasai oleh seorang kuwu atau demang.
Sebelumnya di daerah lereng selatan Gunung Slamet itu, pernah berdiri Kerajaan Kuno Galuh Purba yang merupakan cabang orang-orang Sunda Galuh Kawali. Tetapi Kerajaan Galuh Purba itu diserang dan diduduki orang-orang dari Galuh Utara penyembah Dewa Rahu yang bermukim di lereng utara Gunung Dieng. Terpaksa orang-orang Galuh Purba meninggalkan wilayah yang subur itu dan mereka mengungsi ke Galuh Kawali, dan bergabung dengan saudara-saudaranya di sana.
Ketika Senna naik tahta menggantikan ayahnya Mandiminyak, Senna melakukan gerakan ofensif mengambil alih kembali wilayah lereng selatan Gunung Slamet itu. Orang-orang Galuh Utara penyembah Dewa Rahu yang sempat merubah nama Gunung Slamet menjadi Gunung Gora, diusir kembali ke lereng utara Gunung Dieng.
Pada masa Mahapatih Bunisora ( 1357 - 1371 M), agaknya Kadipaten Pasirluhur mulai mendapat perhatian serius kembali dan dikembangkan dengan missi untuk mengontrol dan mengamankan wilayah Lembah Serayu dari penguasaan kerajaan-kerajaan Jawa di sisi timur Sungai Bhagalin. Tregedi Bubat yang telah menewaskan Raja Galuh Sang Maharaja Linggabuana (1350 - 1357 ) menjadi tonggak kebangkitan kembali Kadipaten Pasirluhur dibawah pengawasan Kerajaan Galuh Kawali yang dikendalikan Mahapatih Bunisora.