Tuliskan sebuah cerpen yang kesimpulan nya kita tidak boleh menuduh orang sembarangan!
dhefira
Jangan Main Menuduh AkuBukan kebiasaan Savitri, jika pulang sekolah terus berdiam di kamar. Seperti siang itu, sehabis mencuci tangan dan kaki, ia tidak langsung makan, tetapi langsung masuk ke kamarnya.Ilustrasi: bukuIbunya, melihat tingkah laku Savitri yang tidak biasa, mendekatinya. Sambil menyeka kepala Savitri, ibunya bertanya.“Engkau sakit, Nak?” Savitri tak menjawab. Ia hanya menggeleng kepalanya.“Kenapa engkau tak makan?” tanya ibunya kemudian. “Aku besok tak masuk, Bu?”“Libur?” tanya ibunya lagi. “Malu,” jawab Savitri.“Mengapa engkau malu sekolah?” “Aku dituduh mencuri,” kata Savitri sambil menangis.“Ceritakanlah Nak, apa yang terjadi. Tak perlu menangis,” Dengan lembut Ibu Savitri membelai rambut anaknya. Dan menyeka air mata Savitri.Lalu katanya lagi, “Dituduh belum berarti benar Nak. Asalkan yang dituduh itu benar-benar tidak melakukan.” Savitri diam, tangisnya mereda.“Ceritakanlah Nak,” pinta ibunya kembali.“Tadi jam ke enam ulangan PPKn. Sebelum ulangan, jam ke empat pelajaran Matematika kosong: pak guru sakit. Karena Vitri belum punya buku cetakan, meskipun sudah mempunyai catatan, ingin membaca pelajaran PPKn dari buku cetakan. Karena yang duduk di sisi Vitri, Arni, sudah mempunyai buku dan tidak dibaca, Vitri pinjam bukunya. Setelah jam keempat selesai, buku saya kembalikan. Pelajaran menginjak jam ke enam saat ulangan PPKn dimulai. Selama ulangan Arni nampak gelisah. Berulang kali melihat saya. Begitu jam ulangan selesai, dengan cepat Arni membuka lembar demi lembar buku PPKn yang saya pinjam. Nampak sekali ia mencari sesuatu. Karena sesuatu yang dicari itu tak didapatkannya, keluar ucapannya seperti kecewa.“Tak ada Vitri.” Aku bertanya: “Apanya yang tak ada, Ar?”
tariza028
(saat itu bel istirahat berbunyi) doni: "jimy, ayo kita masuk kelas bel sudah berbunyi!" jimy: "sebentar don, aku mau mengambil pensilku yg dipinjam anton!" doni: "baiklah, aku masuk duluan ya!" jimy: "anton mana pensilku yg kmu pakai ulangan tadi?" anton: "tadi aku memakai pensilku sendiri kok!" jimy: "trusz pensilku kemana dong?" reny: "jimy ini pensilmu, tadi dipinjam dafa!" jimy: "ooh...ternyata dipinjam dafa!!!!!!!"
“Aku besok tak masuk, Bu?”“Libur?” tanya ibunya lagi.
“Malu,” jawab Savitri.“Mengapa engkau malu sekolah?”
“Aku dituduh mencuri,” kata Savitri sambil menangis.“Ceritakanlah Nak, apa yang terjadi. Tak perlu menangis,” Dengan lembut Ibu Savitri membelai rambut anaknya. Dan menyeka air mata Savitri.Lalu katanya lagi, “Dituduh belum berarti benar Nak. Asalkan yang dituduh itu benar-benar tidak melakukan.”
Savitri diam, tangisnya mereda.“Ceritakanlah Nak,” pinta ibunya kembali.“Tadi jam ke enam ulangan PPKn. Sebelum ulangan, jam ke empat pelajaran Matematika kosong: pak guru sakit. Karena Vitri belum punya buku cetakan, meskipun sudah mempunyai catatan, ingin membaca pelajaran PPKn dari buku cetakan. Karena yang duduk di sisi Vitri, Arni, sudah mempunyai buku dan tidak dibaca, Vitri pinjam bukunya. Setelah jam keempat selesai, buku saya kembalikan. Pelajaran menginjak jam ke enam saat ulangan PPKn dimulai. Selama ulangan Arni nampak gelisah. Berulang kali melihat saya. Begitu jam ulangan selesai, dengan cepat Arni membuka lembar demi lembar buku PPKn yang saya pinjam. Nampak sekali ia mencari sesuatu. Karena sesuatu yang dicari itu tak didapatkannya, keluar ucapannya seperti kecewa.“Tak ada Vitri.” Aku bertanya: “Apanya yang tak ada, Ar?”
doni: "jimy, ayo kita masuk kelas bel sudah berbunyi!"
jimy: "sebentar don, aku mau mengambil pensilku yg dipinjam anton!"
doni: "baiklah, aku masuk duluan ya!"
jimy: "anton mana pensilku yg kmu pakai ulangan tadi?"
anton: "tadi aku memakai pensilku sendiri kok!"
jimy: "trusz pensilku kemana dong?"
reny: "jimy ini pensilmu, tadi dipinjam dafa!"
jimy: "ooh...ternyata dipinjam dafa!!!!!!!"
semoga membantu :-)......