Lahir dan Masa Kecil WR Soepratman atau Wage Rudolf Soepratman dilahirkan pada tanggal 9 Maret 1903 tepatnya hari Senin Wage, di Jatinegara Jakarta. Tapi ada pula versi yang menyebutkan kelahirannya adalah tanggal 19 Maret. Ia adalah anak dari seorang sersan di Batalyon VIII yang bernama Senen. WR Soepratman adalah tujuh bersaudara. Salah satu kakaknya yang juga ikut menorehkan sejarah kesuksesan beliau adalah Roekijem yang bersuamikan seorang Belanda yang bernama Willem van Eldik. WR Soeprtman telah berjasa dalam membuat lagu yang bisa menyatukan rakyat Indonesia dan memberikan kobaran semangat demi terciptanya Indonesia Merdeka. Namun WR Sepratman sendiri tak sempat menghirup udara kemerdekaan karena keburu meninggal. Beliau tidak pernah menikah dan memiliki anak bahkan anak angkat sekalipun. Hidupnya diabdikan untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui lagu. Sebelum meninggal, WR Soepratman sempat menulis sebuah surat yang berisi seperti berikut : “Nasipkoe soedah begini. Inilah yang di soekai oleh Pemerintah Hindia Belanda. Biar saja meninggal, Indonesia pasti merdeka”. Yang artinya : “Takdirku memang begini. Inilah yang diinginkan pemerintah Hindia Belanda. Biarlah saya meninggal, Indonesia pasti merdeka”. Selain Indonesia Raya dan Matahari Terbit, WR Soepratman juga menciptakan lagu-lagu perjuangan lainnya. Berikut ini adalah lagu-lagu karya beliau : Kebangsaan Indonesia Raya(1928), Indonesia Ibuku (1928), Bendera Kita Merah Putih (1929), Raden Ajeng Kartini (1929), Lagu Mars Kepanduan Bangsa Indonesia(1930), Di Timoer Matahari (1931), Mars Parindra(1937), Mars Soerya Wirawan(1937), Matahari Terbit(1938), dan lagu Selamat Tinggal (1938)belum terselesaikan. WR Soepratman juga mengarang buku-buku yang isinya mengajak untuk bersatu, seperti Perawan Desa, Darah Moeda dan Kaoem Panatik (1929). Pada tanggal 26 Juni 1958 dikeluarkanlah Kepres No 44/1958 yang isinya menetapkan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
Lahir dan Masa Kecil
WR Soepratman atau Wage Rudolf Soepratman dilahirkan pada tanggal 9 Maret 1903 tepatnya hari Senin Wage, di Jatinegara Jakarta. Tapi ada pula versi yang menyebutkan kelahirannya adalah tanggal 19 Maret. Ia adalah anak dari seorang sersan di Batalyon VIII yang bernama Senen. WR Soepratman adalah tujuh bersaudara. Salah satu kakaknya yang juga ikut menorehkan sejarah kesuksesan beliau adalah Roekijem yang bersuamikan seorang Belanda yang bernama Willem van Eldik.
WR Soeprtman telah berjasa dalam membuat lagu yang bisa menyatukan rakyat Indonesia dan memberikan kobaran semangat demi terciptanya Indonesia Merdeka. Namun WR Sepratman sendiri tak sempat menghirup udara kemerdekaan karena keburu meninggal. Beliau tidak pernah menikah dan memiliki anak bahkan anak angkat sekalipun. Hidupnya diabdikan untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui lagu. Sebelum meninggal, WR Soepratman sempat menulis sebuah surat yang berisi seperti berikut :
“Nasipkoe soedah begini. Inilah yang di soekai oleh Pemerintah Hindia Belanda. Biar saja meninggal, Indonesia pasti merdeka”.
Yang artinya : “Takdirku memang begini. Inilah yang diinginkan pemerintah Hindia Belanda. Biarlah saya meninggal, Indonesia pasti merdeka”.
Selain Indonesia Raya dan Matahari Terbit, WR Soepratman juga menciptakan lagu-lagu perjuangan lainnya. Berikut ini adalah lagu-lagu karya beliau :
Kebangsaan Indonesia Raya (1928),
Indonesia Ibuku (1928),
Bendera Kita Merah Putih (1929),
Raden Ajeng Kartini (1929),
Lagu Mars Kepanduan Bangsa Indonesia (1930),
Di Timoer Matahari (1931),
Mars Parindra (1937),
Mars Soerya Wirawan (1937),
Matahari Terbit (1938),
dan lagu Selamat Tinggal (1938) belum terselesaikan.
WR Soepratman juga mengarang buku-buku yang isinya mengajak untuk bersatu, seperti Perawan Desa, Darah Moeda dan Kaoem Panatik (1929).
Pada tanggal 26 Juni 1958 dikeluarkanlah Kepres No 44/1958 yang isinya menetapkan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia.