Menyusun Cerita Fiksi dengan Mengaitkan Pengalaman Pribadi
Cerita fiksi adalah cerita khayalan berdasarkan imajinasi atau peristiwa yang pernah dialami oleh penulis atau orang-orang di sekitarnya.
Langkah-Langkah Pembuatan Cerita Fiksi
Menentukan tema dan judul berdasarkan pengalaman
Menentukan tokoh
Menciptakan konflik atau permasalahan
Mengurutkan pengalaman menjadi alur awal, tengah, dan akhir.
Mengembangkan alur menjadi sebuah cerita
Contoh Cerita Fiksi dengan Mengaitkan Pengalaman Pribadi
Banyak pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang bisa kita gunakan untuk membuat cerita fiksi.
penjelasan:
Tidak menurut nasihat orangtua
Menolong orang lain
Membohongi orang lain
Suka menunda pekerjaan
Sebagai contoh, kita akan gunakan pengalaman tidak menurut nasihat orangtua yang akan kita kembangkan menjadi cerita fiksi.
“Amo yang Bandel”
Di sebuah hutan, seekor anak monyet sedang bermain bersama ibunya. Dia bergelantungan di dahan pohon jati. Ibunya hanya mengawasi dari dahan lainnya.
Nama anak monyet itu Amo. Ia masih kecil, oleh karena itu ibunya selalu mengawasi Amo saat bermain. Amo tergolong anak monyet yang bandel.
“Bu, boleh Amo bermain di sungai?” tanya Amo kepada ibunya sambil memainkan daun jati yang lebar.
“Tidak boleh Amo. Sungai itu sangat berbahaya. Di sana tinggal buaya yang bisa memakanmu. Ibu harap mengurungkan niatmu untuk bermain di sungai,” Ibu monyet menasehati Amo.
Amo sangat kecewa mendengar jawaban ibunya. Ia sangat ingin bermain air di sungai. Namun, ia tidak berani merengek lagi. Amo tahu ibunya sangat tegas melarangnya bermain di sungai. Untuk menghilangkan kekecewaanya, Amo masuk ke dalam lubang pohon jati, tempat tinggalnya bersama Ibunya.
Suatu hari, Amo tinggal sendiri di rumah. Ibunya sedang keluar untuk mencari buah-buahan. Amo sengaja tidak ikut, karena ingin bermain di sungai.
Mengetahui ibunya sudah pergi jauh, Amo bergegas menuju ke sungai. Dengan sangat senang, ia bermain air sungai yang jernih itu.
Karena asyik bermain, Amo tidak menyadari kemunculan buaya di belakangnya. Dengan cepat buaya itu, menerkam Amo. Namun beruntung, buaya hanya dapat menerkam ekor Amo hingga putus.
Amo yang sangat terkejut melompat ke tepi sungai. Sambil menahan sakit, ia pulang ke rumah. Ekornya putus di makan buaya.
Sampai di rumah, Amo menangis kesakitan. Ibunya yang melihat Amo datang dengan basah kuyup dan ekor putus, tahu kalau Amo bermain di sungai.
“Kamu pasti bermain di sungai ya Amo? Ibu sudah menasehati kamu, agar tidak bermain di sungai. Beruntung hanya ekormu yang putus karena diserang buaya,” ibu monyet memarahi Amo.
Sambi menahan sakit, Amo menangis tersedu. “Maafin Amo Bu, Amo salah. Amo berjanji akan menuruti nasihat ibu.”
Ibu monyet segera mengobati ekor Amo yang terputus. Amo, anak monyet yang bandel berjanji tidak akan bermain di sungai lagi. Dia juga berjanji akan menuruti nasihat ibunya.
Jawaban:
Menyusun Cerita Fiksi dengan Mengaitkan Pengalaman Pribadi
Cerita fiksi adalah cerita khayalan berdasarkan imajinasi atau peristiwa yang pernah dialami oleh penulis atau orang-orang di sekitarnya.
Langkah-Langkah Pembuatan Cerita Fiksi
Menentukan tema dan judul berdasarkan pengalaman
Menentukan tokoh
Menciptakan konflik atau permasalahan
Mengurutkan pengalaman menjadi alur awal, tengah, dan akhir.
Mengembangkan alur menjadi sebuah cerita
Contoh Cerita Fiksi dengan Mengaitkan Pengalaman Pribadi
Banyak pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang bisa kita gunakan untuk membuat cerita fiksi.
penjelasan:
Tidak menurut nasihat orangtua
Menolong orang lain
Membohongi orang lain
Suka menunda pekerjaan
Sebagai contoh, kita akan gunakan pengalaman tidak menurut nasihat orangtua yang akan kita kembangkan menjadi cerita fiksi.
“Amo yang Bandel”
Di sebuah hutan, seekor anak monyet sedang bermain bersama ibunya. Dia bergelantungan di dahan pohon jati. Ibunya hanya mengawasi dari dahan lainnya.
Nama anak monyet itu Amo. Ia masih kecil, oleh karena itu ibunya selalu mengawasi Amo saat bermain. Amo tergolong anak monyet yang bandel.
“Bu, boleh Amo bermain di sungai?” tanya Amo kepada ibunya sambil memainkan daun jati yang lebar.
“Tidak boleh Amo. Sungai itu sangat berbahaya. Di sana tinggal buaya yang bisa memakanmu. Ibu harap mengurungkan niatmu untuk bermain di sungai,” Ibu monyet menasehati Amo.
Amo sangat kecewa mendengar jawaban ibunya. Ia sangat ingin bermain air di sungai. Namun, ia tidak berani merengek lagi. Amo tahu ibunya sangat tegas melarangnya bermain di sungai. Untuk menghilangkan kekecewaanya, Amo masuk ke dalam lubang pohon jati, tempat tinggalnya bersama Ibunya.
Suatu hari, Amo tinggal sendiri di rumah. Ibunya sedang keluar untuk mencari buah-buahan. Amo sengaja tidak ikut, karena ingin bermain di sungai.
Mengetahui ibunya sudah pergi jauh, Amo bergegas menuju ke sungai. Dengan sangat senang, ia bermain air sungai yang jernih itu.
Karena asyik bermain, Amo tidak menyadari kemunculan buaya di belakangnya. Dengan cepat buaya itu, menerkam Amo. Namun beruntung, buaya hanya dapat menerkam ekor Amo hingga putus.
Amo yang sangat terkejut melompat ke tepi sungai. Sambil menahan sakit, ia pulang ke rumah. Ekornya putus di makan buaya.
Sampai di rumah, Amo menangis kesakitan. Ibunya yang melihat Amo datang dengan basah kuyup dan ekor putus, tahu kalau Amo bermain di sungai.
“Kamu pasti bermain di sungai ya Amo? Ibu sudah menasehati kamu, agar tidak bermain di sungai. Beruntung hanya ekormu yang putus karena diserang buaya,” ibu monyet memarahi Amo.
Sambi menahan sakit, Amo menangis tersedu. “Maafin Amo Bu, Amo salah. Amo berjanji akan menuruti nasihat ibu.”
Ibu monyet segera mengobati ekor Amo yang terputus. Amo, anak monyet yang bandel berjanji tidak akan bermain di sungai lagi. Dia juga berjanji akan menuruti nasihat ibunya.