HomepageFolkloreLegenda Storyteller in Legenda Legenda Buaya Putih Danau Setu Babakan
Setu Babakan adalah sebuah danau buatan yang awal nya digunakan sebagai tempat resapan air , namun sekarang juga dijadikan sebagai tempat wisata bagi warga sekitar setelah diresmikan sebagai pusat pelestarian warisan Budaya Jakarta.
Danau yang memiliki luas 30 hektare ini memiliki legenda yang berkaitan dengan penampakan buaya putih oleh mansyarakat setempat dan berikut ini adalah cerita tentang Legenda Buaya Putih Setu Babakan.
Pada suatu ketika disebuah Desa yang berada di pinggir danau yang oleh warga sekitar disebut sebagai Setu Babakan hiduplah sepasang remaja yang saling mencinta namun kisah percintaan mereka tak disetujui oleh bapak si gadis. Sebab si pemuda, yang bernama Joko itu hanyalah seorang petani miskin.
Pada satu hari, Joko berkata kepada kekasih nya, “Dik Siti, Bapak engkau sangat menolak hubungan kita berdua”, Pemuda itu menjelaskan, “Mungkin karena aku hanyalah dari keluarga petani yang tak berada. Agar bapak, merestui hubungan kita, aku harus menjadi kaya, aku akan pergi merantau ke kota. Mudah-mudah nasib baik berpihak kepadaku. Dan jika kita memang berjodoh, kelak pasti kita akan dapat bersama lagi”.
“Jika memang itu keputusan Mu, pergilah”. sahut si gadis itu dengan kesedihan sambil berlinang air mata. “Tetapi jika abang sudah berhasil di rantau, lekaslah pulang”. Dengan diiringi linangan air mata, pergilah petani miskin itu mencoba peruntungan di negeri orang.
Tiga tahun telah berlalu. Tak ada kabar berita dari pemuda itu. Siti, mulai dilanda gelisah, apalagi bapak si gadis telah menjodohkannya dengan duda kaya dari kampung sebelah.
Ketika waktu pernikahannya telah kian dekat, Siti semakin gelisah. Ia terus berdo’a dan berharap agar pemuda idamannya segera kembali. Namun harapannya tinggal harapan, setahun lagi telah berlalu, setelah mencoba berbagai cara untuk menunda perkawinannya dengan Duda kaya, sang pemuda tak kunjung muncul.
Akhirnya gadis itu putus asa. Ia pergi ke Danau (Setu) Babakan. Dengan perasaan hancur ia menceburkan dirinya ke sana. Para siluman penghuni danau itu menaruh belas kasihan pada gadis itu. Maka ia tak mati terbenam di danau itu, tetapi menjelma menjadi buaya putih.
Hingga kini, buaya putih itu masih setia menjaga danau itu. jikalau ada orang berbuat tak senonoh di sekitar danau, maka orang itu akan menjadi korban buaya putih Setu Babakan.
Itulah cerita legenda rakyat Jakarta tentang asal muasal adanya buaya putih dikawasan Setu Babakan yang kini telah menjadi kawasan cagar budaya masyarakat Betawi.
2 votes Thanks 0
aleria
Hmmm.....terus Film Buaya Putih RCTI itu cerita rakyat apa bukan
Histori
HomepageFolkloreLegenda
Storyteller in Legenda
Legenda Buaya Putih Danau Setu Babakan
Setu Babakan adalah sebuah danau buatan yang awal nya digunakan sebagai tempat resapan air , namun sekarang juga dijadikan sebagai tempat wisata bagi warga sekitar setelah diresmikan sebagai pusat pelestarian warisan Budaya Jakarta.
Danau yang memiliki luas 30 hektare ini memiliki legenda yang berkaitan dengan penampakan buaya putih oleh mansyarakat setempat dan berikut ini adalah cerita tentang Legenda Buaya Putih Setu Babakan.
Pada suatu ketika disebuah Desa yang berada di pinggir danau yang oleh warga sekitar disebut sebagai Setu Babakan hiduplah sepasang remaja yang saling mencinta namun kisah percintaan mereka tak disetujui oleh bapak si gadis. Sebab si pemuda, yang bernama Joko itu hanyalah seorang petani miskin.
Pada satu hari, Joko berkata kepada kekasih nya, “Dik Siti, Bapak engkau sangat menolak hubungan kita berdua”, Pemuda itu menjelaskan, “Mungkin karena aku hanyalah dari keluarga petani yang tak berada. Agar bapak, merestui hubungan kita, aku harus menjadi kaya, aku akan pergi merantau ke kota. Mudah-mudah nasib baik berpihak kepadaku. Dan jika kita memang berjodoh, kelak pasti kita akan dapat bersama lagi”.
“Jika memang itu keputusan Mu, pergilah”. sahut si gadis itu dengan kesedihan sambil berlinang air mata. “Tetapi jika abang sudah berhasil di rantau, lekaslah pulang”. Dengan diiringi linangan air mata, pergilah petani miskin itu mencoba peruntungan di negeri orang.
Tiga tahun telah berlalu. Tak ada kabar berita dari pemuda itu. Siti, mulai dilanda gelisah, apalagi bapak si gadis telah menjodohkannya dengan duda kaya dari kampung sebelah.
Ketika waktu pernikahannya telah kian dekat, Siti semakin gelisah. Ia terus berdo’a dan berharap agar pemuda idamannya segera kembali. Namun harapannya tinggal harapan, setahun lagi telah berlalu, setelah mencoba berbagai cara untuk menunda perkawinannya dengan Duda kaya, sang pemuda tak kunjung muncul.
Akhirnya gadis itu putus asa. Ia pergi ke Danau (Setu) Babakan. Dengan perasaan hancur ia menceburkan dirinya ke sana. Para siluman penghuni danau itu menaruh belas kasihan pada gadis itu. Maka ia tak mati terbenam di danau itu, tetapi menjelma menjadi buaya putih.
Hingga kini, buaya putih itu masih setia menjaga danau itu. jikalau ada orang berbuat tak senonoh di sekitar danau, maka orang itu akan menjadi korban buaya putih Setu Babakan.
Itulah cerita legenda rakyat Jakarta tentang asal muasal adanya buaya putih dikawasan Setu Babakan yang kini telah menjadi kawasan cagar budaya masyarakat Betawi.