" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "
© Copyright 2013 - 2025 KUDO.TIPS - All rights reserved.
Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu kata
Abdul Hamid Syah paduka sultan
Duduklah baginda bersuka-sukaan
Abdul Muluk putra baginda
Besarlah sudah bangsawan muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya ada
Parasnya elok sangat sempurna
Petah menjelis bijak laksana
Memberi hati khawatir gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina
Akan Rahmah putri bangsawan
Parasnya elok sulit dilawan
Sedap manis barang perilaku
Sepuluh tahun umurnya tuan
Sangatlah suka duli mahkota
Melihat putranya besarlah nyata
Kepada istri beliau berkata
"Adinda Nin apalah bicara kita?
Kepada pikir kakanda sendiri
Abdul Muluk kemala negeri
Baiklah kita beri beristeri
Dengan ananda Rahmah putri "
Permaisuri menjawab madah
" Sabda kakanda benarlah sudah
Akan ananda Sitti Rahmah
Patutlah sudah ia berumah "
bertitah pula baginda sultan
" Esok hari istana hiasi
Adinda jangan berlambatan
Kerja nin akan kakanda disinkronkan "
Mendengarkan titah sultan paduka
Permaisuri menjawab lakunya suka
" Alat alat hadirlah belaka
menantikan sampai saat ketika "
telah sudah baginda berperi
Berangkat keluar mahkota negeri
Serta sampai ke balairung sari
Ditemukan hadir sekalian menteri
dia mengatakan kepada sultan
kepada Mansur wazir pilihan.
"Kewenangan pekerjaan
Abdul Muluk untuk menikah
harus dinikahi
dengan putrinya Rahmah
Besok untuk mengumpulkan keadaan
Kerja selama empat puluh hari.
Katakan kepada raja yang
pergi ke istana.
Orang bijak akan melakukan
perintah Tiba-
tiba datang keesokan harinya
Merakit seluruh negeri
Dan bersama anak-anak
Mansur menghiasi lorong
orang-orang yang telah didirikan
dari istana ke
Aula yang indah tak ternilai harganya.
Segera terlihat kaget dan terbengkalai
Beberapa kali meriam dipasang
Beats dengan gong dan drum
topeng Joget dan masker
dan wayang
Tidak ada keheningan dan siang hari.
Akan segala hulubalang menteri
Penuh sesak di balairung sari
Menghadap baginda sultan bestari
Setengah bermain catur opal
Demikianlah kerja paduka sultan
Sehari-hari minum dan makan
Dagang senteri semuanya dikumpulkan
Berbagai jenis tambul angkatan
Tiadalah hamban panjangkan peri
Sampailah kerja empat puluh hari
Sultan menghiasi putera sendiri
Diatas singgasana balairung sari
Beraturlah raja berjawab-jawaban
Penuh-sesak dibalai penghadapan
Serunai nafiri bersahut-sahutan
Nobat dipalu meriam dipasangkan
Memakailah konon muda teruna
Betapa adat raja yang gana
Dengan selengkapnya sudah terkena
Manis seperti halwa cina
Sudah memakai muda bangsawan
Wajahnya cemerlang kilau-kilauan
Cantik menjelis setiap perilaku
Patut putera yang dipertuan
Pangeran memakai selesailah sudah
Lalu dipimpin duli khalifah
Di atas parade dinaikkanlah
Terkembanglah payung puncak bertatah
Setelah mustaid sekalian rata
Lalu berbaris keluar kota
Meriam dipasang bahan gempita
Laskar hulubalang memainkan senjata
Ada setengah gila bersorak
berteriak sambil mengadangkan tombak
Orang melihat tertawa gelak
Segenap lorong penuh dan sesak
Kebanyakan pula berlari-lari
Ingin melihat putera bestari
Berdahulu-dahuluan sama sendiri
Anak didukung sebelah kiri
Orang berarak terlalu bena
Tersebut kata di dalam istana
permaisuri yang bijaksana
Rahmah dihiasi dengan sempurna
Terlalu baik parasnya puteri
Sedap manis tidak terperi
Putih menjelis durja berseri
Tidak berbandingan di dalam negeri
Cantik manis tiada berlawan
Memberi hati pilu dan rawan
Lemah-lembut setiap perilaku
Segala yang memandang belas-kasihan