Etnografi klasik lebih bersifat deskriptif dan berfokus pada pengamatan terhadap kebudayaan masyarakat yang dijadikan objek penelitian. Sementara itu, etnografi modern lebih bersifat teoretis dan cenderung mengutamakan analisis terhadap data yang diperoleh dari penelitian.
Contoh etnografi klasik: Bronislaw Malinowski dalam bukunya "Argonauts of the Western Pacific" (1922) meneliti kehidupan suku Trobriand di Kepulauan Trobriand dengan tujuan untuk memahami kehidupan mereka secara utuh.
Contoh etnografi modern: Clifford Geertz dalam bukunya "The Interpretation of Cultures" (1973) meneliti upacara teater wayang di Bali dengan tujuan untuk memahami makna di balik upacara tersebut dan bagaimana upacara tersebut digunakan untuk memperkuat identitas masyarakat Bali.
Fokus Penelitian
Etnografi klasik lebih berfokus pada kehidupan sehari-hari masyarakat yang diteliti, sedangkan etnografi modern lebih berfokus pada fenomena sosial yang lebih spesifik atau terbatas.
Contoh etnografi klasik: Margaret Mead dalam bukunya "Coming of Age in Samoa" (1928) meneliti bagaimana remaja perempuan dalam masyarakat Samoa mengalami masa pubertas dan pergaulan dengan lawan jenis.
Contoh etnografi modern: Nancy Scheper-Hughes dalam bukunya "Death Without Weeping: The Violence of Everyday Life in Brazil" (1992) meneliti fenomena kematian bayi secara berlebihan di suatu daerah di Brazil dan dampaknya terhadap masyarakat.
Posisi Peneliti
Etnografi klasik lebih memposisikan peneliti sebagai "orang asing" atau "outsider" yang mencoba memahami kehidupan masyarakat yang diteliti, sedangkan etnografi modern lebih memposisikan peneliti sebagai "orang dalam" atau "insider" yang memiliki akses dan pemahaman yang lebih dalam terhadap kehidupan masyarakat yang diteliti.
Contoh etnografi klasik: Bronislaw Malinowski dalam bukunya "Coral Gardens and Their Magic" (1935) memperlihatkan bagaimana ia belajar bahasa dan kebudayaan suku Trobriand dengan cara tinggal di antara mereka selama beberapa tahun.
Contoh etnografi modern: Lila Abu-Lughod dalam bukunya "Veiled Sentiments: Honor and Poetry in a Bedouin Society" (1986) meneliti kehidupan masyarakat Bedouin di Mesir dan posisinya sebagai wanita muslim yang memungkinkannya untuk mendapatkan akses dan informasi yang tidak mudah diperoleh oleh peneliti laki-laki.
Pendekatan teoretis
Contoh etnografi klasik: Bronislaw Malinowski dalam bukunya "Argonauts of the Western Pacific" (1922) meneliti kehidupan suku Trobriand di Kepulauan Trobriand dengan tujuan untuk memahami kehidupan mereka secara utuh.
Contoh etnografi modern: Clifford Geertz dalam bukunya "The Interpretation of Cultures" (1973) meneliti upacara teater wayang di Bali dengan tujuan untuk memahami makna di balik upacara tersebut dan bagaimana upacara tersebut digunakan untuk memperkuat identitas masyarakat Bali.
Fokus Penelitian
Contoh etnografi klasik: Margaret Mead dalam bukunya "Coming of Age in Samoa" (1928) meneliti bagaimana remaja perempuan dalam masyarakat Samoa mengalami masa pubertas dan pergaulan dengan lawan jenis.
Contoh etnografi modern: Nancy Scheper-Hughes dalam bukunya "Death Without Weeping: The Violence of Everyday Life in Brazil" (1992) meneliti fenomena kematian bayi secara berlebihan di suatu daerah di Brazil dan dampaknya terhadap masyarakat.
Posisi Peneliti
Contoh etnografi klasik: Bronislaw Malinowski dalam bukunya "Coral Gardens and Their Magic" (1935) memperlihatkan bagaimana ia belajar bahasa dan kebudayaan suku Trobriand dengan cara tinggal di antara mereka selama beberapa tahun.
Contoh etnografi modern: Lila Abu-Lughod dalam bukunya "Veiled Sentiments: Honor and Poetry in a Bedouin Society" (1986) meneliti kehidupan masyarakat Bedouin di Mesir dan posisinya sebagai wanita muslim yang memungkinkannya untuk mendapatkan akses dan informasi yang tidak mudah diperoleh oleh peneliti laki-laki.