Nurfasihatullmhdy
Hindun Binti Abu Umayyah rha. Nama lengkapnya ialah Hindun binti Hudzaifah (Abu Umayyah) bin Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum, dari Bani Makhzum. Bapaknya Hindun adalah putra dari salah seorang Quraisy yang diperhitungkan (disegani) dan terkenal dengan kedermawanannya. Ayahnya dijuluki sebagai " Zaad ar-Rakbi " yakni seorang pengembara yang berbekal. Dijuluki demikian karena apabila dia melakukan safar (perjalanan) tidak pernah lupa mengajak teman dan juga membawa bekal, bahkan ia mencukupi bekal milik temannya. Adapun ibunya bernama 'Atikah binti Amir bin Rabi'ah al-Kinaniyah dari Bani Farras yang terhormat. Dikemudian hari, Hindun binti Abu Umayyah dikenal dengan Ummu Salamah . Disamping beliau memiliki nasab yang terhormat ini beliau juga seorang wanita yang berparas cantik, berkedudukan dan seorang wanita yang cerdas. Pada mulanya dinikahi oleh Abu Salamah Abdullah bin Abdil Asad al-Makhzumi, seorang shahabat yang agung dengan mengikuti dua kali hijrah. Baginya Ummu Salamah adalah sebaik-baik istri baik dari segi kesetiaan, kataatan dan dalam menunaikan hak-hak suaminya. Dia telah memberikan pelayanan kepada suaminya di dalam rumah dengan pelayanan yang menggembirakan. Dia juga senantiasa mendampingi suaminya dan bersama-sama memikul beban ujian dan kerasnya siksaan orang-orang Quraisy. Kemudian ia hijrah bersama suaminya ke Habasyah untuk menyelamatkan agamanya dengan meninggalkan harta, keluarga, kampung halaman dan membuang rasa ketundukan kepada orang-orang zhalim dan kaum kafir. Di Habasyah inilah Ummu Salamah melahirkan "Zainab" , kemudian Salamah, Durrah, dan Umar. Pada Perang Uhud Abu Umayyah, suami pertama Hindun terkena panah pada begian lengan dan tinggal untuk mengobati lukanya hingga merasa sudah sembuh. Selang dua bulan setelah perang Uhud, Rasulullah Saw mendapat laporan bahwa Bani Asad merencanakan hendak menyerang kaum muslimin. Kemudian beliau memanggil Abu Salamah dan mempercayakan kepadanya untuk membawa bendera tim menuju "Qathn" , yakni sebuah gunung yang berpuncak tinggi disertai pasukan sebanyak 150 orang. Di antara mereka adalah ' Ubaidullah bin al-Jarrah dan Sa'ad bin Abi Waqqash . Perang tersebut dimenangkan kaum muslimin sehingga mereka kembali dalam keadaan selamat dan membawa harta rampasan perang (ghanimah). Disamping itu, mereka dapat mengembalikan sesuatu yang hilang yakni kewibawaan kaum muslimin tatkala perang Uhud. Pada pengiriman pasukan inilah luka yang diderita oleh Abu Salamah pada hari Uhud kembali kambuh sehingga mengharuskan beliau terbaring ditempat tidur. Pada suatu pagi Rasulullah Saw datang untuk menengoknya dan beliau terus menunggunya hingga Abu Salamah berpisah dengan dunia. Maka Rasulullah Saw memejamkan kedua mata Abu Salamah dengan kedua tangannya yang mulia, beliau mengarahkan pandangannya ke langit seraya berdoa, "Ya Allah ampunilah Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya dalam golongan Al-Muqarrabin dan ganti dia dengan kesudahan yang baik pada masa yang telah lampau dan ampunilah kami dan dia Ya Rabbal'alamin. " Ummu Salamah menghadapi ujian tersebut dengan hati yang dipenuhi dengan keimanan dan jiwa yang diisi dengan kesabaran beliau pasrah dengan ketetapan Allah dan qadar-Nya. Sepeninggal Abu Salamah yang telah diakui memiliki kesalehan dan posisi khusus di tengah kaum Muslim. Ummu Salamah sering menolak pinangan dari para sahabat Rasul yang datang dengan maksud untuk menikahinya, bahkan, Abu Bakar assiddiq dan Umar bin Khatthab sekalipun. Setelah itu Rasulullah Saw mengutus seseorang untuk melamarnya, dan dia berkata, "Selamat datang, katakan kepada Rasulullah aku adalah seorang yang pencemburu dan aku memiliki anak kecil. Aku juga tidak memiliki wali yang menyaksikan." Setelah itu Rasulullah Saw mengirim seorang utusan kepadanya untuk menyampaikan jawaban tentang perkataannya, "Tentang perkataanmu bahwa kamu memiliki anak kecil, maka Allah akan mencukupi anakmu. Tentang perkataanmu bahwa kamu seorang pencemburu, maka aku akan berdoa kepada Allah agar menghilangkan kecemburuanmu. Sedangkan para wali, tidak ada seorang pun diantara mereka kecuali akan ridha kepadaku." Ummu Salamah kemudian berkata kepada anaknya, "Wahai Umar, berdirilah dan nikahkanlah Rasulullah denganku." Rasulullah Saw bersabda, "Sedangkan aku tidak akan mengurangi apa yang aku berikan kepada si fulanah." Beliau menikahinya tepat pada bulan Syawwal tahun 4 Hijriyah. Maka jadilah Hindun binti Abu Umayyah sebagai Ummul mukminin. Ia hidup dalam rumah tangga nubuwwah yang telah ditakdirkan untuknya dan merupakan suatu posisi yang ia harapkan. Beliau menjaga kasih sayang dan kesatuan hati bersama istri-istri Nabi lainnya. Rasulullah Saw pun memuliakannya dengan biasa mengunjunginya pertama kali sehabis beliau menunaikan Shalat Ashar, sebelum mengunjungi istri-istrinya yang lain.
Nama lengkapnya ialah Hindun binti Hudzaifah (Abu Umayyah) bin Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum, dari Bani Makhzum. Bapaknya Hindun adalah putra dari salah seorang Quraisy yang diperhitungkan (disegani) dan terkenal dengan kedermawanannya.
Ayahnya dijuluki sebagai " Zaad ar-Rakbi " yakni seorang pengembara yang berbekal. Dijuluki demikian karena apabila dia melakukan safar (perjalanan) tidak pernah lupa mengajak teman dan juga membawa bekal, bahkan ia mencukupi bekal milik temannya. Adapun ibunya bernama 'Atikah binti Amir bin Rabi'ah al-Kinaniyah dari Bani Farras yang terhormat. Dikemudian hari, Hindun binti Abu Umayyah dikenal dengan
Ummu Salamah .
Disamping beliau memiliki nasab yang terhormat ini beliau juga seorang wanita yang berparas cantik, berkedudukan dan seorang wanita yang cerdas. Pada mulanya dinikahi oleh Abu Salamah Abdullah bin Abdil Asad al-Makhzumi, seorang shahabat yang agung dengan mengikuti dua kali hijrah. Baginya Ummu Salamah adalah sebaik-baik istri baik dari segi kesetiaan, kataatan dan dalam menunaikan hak-hak suaminya. Dia telah memberikan pelayanan kepada suaminya di dalam rumah dengan pelayanan yang menggembirakan. Dia juga senantiasa mendampingi suaminya dan bersama-sama memikul beban ujian dan kerasnya siksaan orang-orang Quraisy.
Kemudian ia hijrah bersama suaminya ke Habasyah untuk menyelamatkan agamanya dengan meninggalkan harta, keluarga, kampung halaman dan membuang rasa ketundukan kepada orang-orang zhalim dan kaum kafir. Di Habasyah inilah Ummu Salamah melahirkan
"Zainab" , kemudian Salamah, Durrah, dan Umar.
Pada Perang Uhud Abu Umayyah, suami pertama Hindun terkena panah pada begian lengan dan tinggal untuk mengobati lukanya hingga merasa sudah sembuh. Selang dua bulan setelah perang Uhud, Rasulullah Saw mendapat laporan bahwa Bani Asad merencanakan hendak menyerang kaum muslimin. Kemudian beliau memanggil Abu Salamah dan mempercayakan kepadanya untuk membawa bendera tim menuju "Qathn" , yakni sebuah gunung yang berpuncak tinggi disertai pasukan sebanyak 150 orang. Di antara mereka adalah ' Ubaidullah bin al-Jarrah dan Sa'ad bin Abi Waqqash .
Perang tersebut dimenangkan kaum muslimin sehingga mereka kembali dalam keadaan selamat dan membawa harta rampasan perang (ghanimah). Disamping itu, mereka dapat mengembalikan sesuatu yang hilang yakni kewibawaan kaum muslimin tatkala perang Uhud. Pada pengiriman pasukan inilah luka yang diderita oleh Abu Salamah pada hari Uhud kembali kambuh sehingga mengharuskan beliau terbaring ditempat tidur.
Pada suatu pagi Rasulullah Saw datang untuk menengoknya dan beliau terus menunggunya hingga Abu Salamah berpisah dengan dunia. Maka Rasulullah Saw memejamkan kedua mata Abu Salamah dengan kedua tangannya yang mulia, beliau mengarahkan pandangannya ke langit seraya berdoa, "Ya Allah ampunilah Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya dalam golongan Al-Muqarrabin dan ganti dia dengan kesudahan yang baik pada masa yang telah lampau dan ampunilah kami dan dia Ya Rabbal'alamin. "
Ummu Salamah menghadapi ujian tersebut dengan hati yang dipenuhi dengan keimanan dan jiwa yang diisi dengan kesabaran beliau pasrah dengan ketetapan Allah dan qadar-Nya. Sepeninggal Abu Salamah yang telah diakui memiliki kesalehan dan posisi khusus di tengah kaum Muslim. Ummu Salamah sering menolak pinangan dari para sahabat Rasul yang datang dengan maksud untuk menikahinya, bahkan, Abu Bakar assiddiq dan Umar bin Khatthab sekalipun.
Setelah itu Rasulullah Saw mengutus seseorang untuk melamarnya, dan dia berkata, "Selamat datang, katakan kepada Rasulullah aku adalah seorang yang pencemburu dan aku memiliki anak kecil. Aku juga tidak memiliki wali yang menyaksikan."
Setelah itu Rasulullah Saw mengirim seorang utusan kepadanya untuk menyampaikan jawaban tentang perkataannya, "Tentang perkataanmu bahwa kamu memiliki anak kecil, maka Allah akan mencukupi anakmu. Tentang perkataanmu bahwa kamu seorang pencemburu, maka aku akan berdoa kepada Allah agar menghilangkan kecemburuanmu. Sedangkan para wali, tidak ada seorang pun diantara mereka kecuali akan ridha kepadaku."
Ummu Salamah kemudian berkata kepada anaknya, "Wahai Umar, berdirilah dan nikahkanlah Rasulullah denganku." Rasulullah Saw bersabda, "Sedangkan aku tidak akan mengurangi apa yang aku berikan kepada si fulanah." Beliau menikahinya tepat pada bulan Syawwal tahun 4 Hijriyah.
Maka jadilah Hindun binti Abu Umayyah sebagai Ummul mukminin. Ia hidup dalam rumah tangga nubuwwah yang telah ditakdirkan untuknya dan merupakan suatu posisi yang ia harapkan. Beliau menjaga kasih sayang dan kesatuan hati bersama istri-istri Nabi lainnya. Rasulullah Saw pun memuliakannya dengan biasa mengunjunginya pertama kali sehabis beliau menunaikan Shalat Ashar, sebelum mengunjungi istri-istrinya yang lain.