reza1972
Ronggeng (penari ronggeng) sebuah kisah klasik wacana kaum minoritas marginal yang belum mengenal hasrat untuk mengenyam modernisasi pendidikan. Hanya depresi sistemik yang menjadi sebuah erotisme vulgar bahwa ronggeng pernah menjadi bagian kultur masyarakat romantisme dalam sejarah”. Diceritakan oleh Romo Mangun dalam bukunya yang berjudul Tumbal, ketika seorang gadis ayu penari ronggeng sedang menari–anggun sekaligus sakral–di dalam sebuah lubang besar, tiba-tiba kuli-kuli bangunan yang menonton dari atas, menimpukinya dengan batu-batu padas kasar. Akhirnya tubuh mungil gadis penari ronggeng naas tersebut terkubur dalam sebuah kematian yang sangat tragis, di tempat itulah yang di kemudian hari menjadi pondasi jembatan rel kereta api yang melintasi Kali Progo. Nah, gejala dan watak yang muncul di tengah masyarakat kita saat ini, tidak jauh beda dengan gejala dan watak kekejaman di masa lalu. Kegetiran dan keprihatinan yang menggejala di mana-mana tidak terlepas dari semakin tumbuhnya hasrat ingin berkuasa, tamak dan menguasai mereka yang dianggap lemah dengan beragam cara, termasuk mengorbankan kelangsungan hidup sesama manusia. Tumbal sudah tidak lagi dimaknai dalam ritual-ritual dan mitos, tetapi diagendakan dalam regulasi-regulasi yang sangat menindas dan tidak adil. Sebuah Konsep Interpretasi Ronggeng Gunung Lengger atau biasa juga disebut ronggeng adalah nama dari jenis kesenian rakyat masyarakat Banyumas yang lebih dikenal oleh masyarakat umum dengan nama lengger. Nama renggong hanya popular dikalangan masyarakat yang berada di wilayah pinggiran atau perbatasan antara Sunda dan Banyumas. Renggong adalah wanita cantik yang pandai menyanyi dan menari menggunakan lagu /syair serta gerak yang khas. Warna serta gaya yang tumbuh dalam kesenian ini merupakan refleksi dari kehidupan masyarakat perbatasan Banyumas dan Sunda. Tari Renggong gunung merupakan bentuk inovasi untuk mengangkat sumber kesenian renggong yang telah ada menjadi bentuk kemasan yang lebih bersifat dinamis. Bentuk-bentuk sajian gerak, tembang, serta alat musik calung digarap secara pariatif dengan lebih menekankan pada nilai-nilai ekspresi yang menyeimbangkan antara spirit gaya Banyumas dan sunda. Rasa gayeng adalah tujuan yang dicapai dalam tari renggong gunung.