Tolong sebutkan nama sumber daya alam,lokasi sebaran,dan juga permanfaatan nya di NTT
eva783
A. PertanianProduksi sub sektor tanaman pangan merupakanproduksi utama bagi ketahanan pangan, pada umumnya dan kesejahteraan petani pada khususnya, karena bagi mayoritas keluarga petani, ketersediaan pangan serta kebutuhan hidup penting lainnya bergantung pada apakah produksi pangannya cukup untuk konsumsi keluarga dan untuk diperjual belikan guna memperoleh uang tunai. Terkait dengan hat tersebut, berbagai upaya dan kecenderungan perbaikan yang perlu ditingkatkan melalui program pemerintah dan masyarakat, produksi tanaman yang di hasilkan di provinsi ini adalah sumber karbohidrat (padi, jagung, kacang-kacangumbi-umbian) dan sumber protein nabati (sayur dan buah).Jika pada 2004, lima sayuran dengan produksi tertinggi adalah sawi, terung, bawang dan tomat, maka pada 2005 kacang tanah menduduki peringkat pertama, dan tomat produksi tertinggi. Selain sayur mayur, buah-buahan merupakan penyumbang utama protein nabati serta mineral-mineral yang penting untuk kesehatan tubuh.Secara agregat, sebelas komoditi buah-buahan yang dipantau memperlihatkan produksi yang positif dimana peningkatan produksi dari tahun 2004 ke tahun 2005 adalah 39,50%. Peningkatan produksi terendah adalah sirsak (12,18%), sedangkan jeruk (63,74%). Kondisi ini merupakan perbaikan produksi buah-buahan di Nusa Tenggara Timur.Selain ini, provinsi ini juga sedang melakukan menggalakkan pengembangan apel jenis Rome beauty yang berasal dari Timor Tengah Selatan, Pengembangan diharapkan dapat mengembalikan daya produksi apel sehingga suplai apel yang selama dua dasawarsa dimonopoli apel luar Nusa Tenggara Timur dapatdiganti dengan produk lokal. B. KehutananLuas hutan adalah 1.808.990 hektar atau setara 30,34% luas daratan merupakan dampak deforestasi dimana eksploitasi hasil hutan dalambentuk kayu berpacu terlalu cepat dibandingkan upaya-upaya reboisasi dan rehabilitasi hutan. Ekploitasi hasil hutan kayu, arang dan pohon mencapai 86.620,77 meter kubik, hasil hutan non kayu, kulit dan daun mencapai 29.777.185 ton, dan hasil perburuan (madu) 23.604 liter .C. Kelautan dan PerikananSub sektor perikanan dan kelautan merupakan penyumbang protein hewani untuk konsumsi lokal masyarakat Nusa Tenggara Timur, pasar nasional bahkan pasar luar negeri untuk jenis ikan tertentu. Sub sektor perikanan mengalami penurunan kinerja yang signifikan ditandai oleh penurunan tangkapan ikan laut sebesar 87,90% dan ekspor 58,73%, serta penurunan potensi produksi dan produksi perikanan darat. D. PeternakanSub sektor peternakan merupakan penyumbang protein hewani untuk kebutuhan masyarakat lokalmaupun masyarakat di luar Nusa Tenggara Timur. Tujuh jenis ternak menunjukkan perkembangan populasi netto sebesar 1,87%, Kenaikan tertinggi di sumbangkan oleh kambing (3,85%) dan babi (3,37%), sedangkan pertumbuhan negatif disumbangkan oleh domba,perkembangan pengeluaran ternak, perdagangan antar pulau sapi sebagai ternak niaga utama mengalami penurunan sebesar 19,47%, sekalipunsecara agregat pengantar ternak besar mengalami pertumbuhan sebesar 7,94%. Akan hasil pemotongan ternak, secara agregat terjadi kenaikan sebesar 1,89%. Jika dibandingkarn antara pengantar pemotongan, terlihat bahwa pemotongan sapi mengalami lonjakan yang lebih besar daripada pengantarpulauannya, hal ini menunjukkan daya serap daging sapi untuk pasarlokal mengalami peningkatan .E. PerkebunanUsaha tani tanaman perkebunana memiliki keunggulan tersendiri karena tahun produksinya yang panjang. Dalam kurun waktu 2004-2005, secara agregat terjadi pertambahan luas areal tanaman produktif sebesar 11,94%, dan pertambahan produksi sebesar 9,97%. Namun demikian, data menunjukkan bahwa terjadi sedikit penurunan luas panen untuk tanaman kopi, asam, dan lontar; tetapi untuk kopi dan asam, tidak diikuti dengan penurunan produksi. Penurunan produksi justru terjadi pada tanaman lain yakni kapuk dan tembakau.F. Pertambangan dan EnergiSub sektor pertambangan dan penggalian belum menjadi penyumbang dominan dalam pendapatan regional karena sejauh ini didominasioleh komoditas bernilai rendah yakni batu karang,sirtu, pasir, batu pecah, batu gelondongan, batu warna dan batu kapur untuk kebutuhan konstruksi lokal. Potensi 2,79% pada 2005. selaindeposit bernilai rendah, terdapat pula eksplorasinya panas bumi untuk pembangkit energi listrik di Flores, penambangan marmer di Timor dan penambangan biji besi di Sumba. BPS memperkirakan bahwa total ekspor NTT untuk batuan dan biji besi sekitar 43 ribu ton dengan nilai ekonomi 1,15 juta dolar Amerika.Eksplorasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik telah sampai pada tahapan implementasi, sehingga diyakini akan meningkatkan daya dorong sub sektor pertambangan terhadap peningkatan energi dan listrik. Kendala yang dihadapi usaha penambangan deposit marmer adalah tingginya investasi, dan risikonya serta lemahnya diplomasi sosial ekonomi antara masyarakat adat, pemerintah dan perusahaan penambang, mengakibatkan berhentinya dua buah tambang marmer di daratan Timor.
B. KehutananLuas hutan adalah 1.808.990 hektar atau setara 30,34% luas daratan merupakan dampak deforestasi dimana eksploitasi hasil hutan dalambentuk kayu berpacu terlalu cepat dibandingkan upaya-upaya reboisasi dan rehabilitasi hutan. Ekploitasi hasil hutan kayu, arang dan pohon mencapai 86.620,77 meter kubik, hasil hutan non kayu, kulit dan daun mencapai 29.777.185 ton, dan hasil perburuan (madu) 23.604 liter
.C. Kelautan dan PerikananSub sektor perikanan dan kelautan merupakan penyumbang protein hewani untuk konsumsi lokal masyarakat Nusa Tenggara Timur, pasar nasional bahkan pasar luar negeri untuk jenis ikan tertentu. Sub sektor perikanan mengalami penurunan kinerja yang signifikan ditandai oleh penurunan tangkapan ikan laut sebesar 87,90% dan ekspor 58,73%, serta penurunan potensi produksi dan produksi perikanan darat.
D. PeternakanSub sektor peternakan merupakan penyumbang protein hewani untuk kebutuhan masyarakat lokalmaupun masyarakat di luar Nusa Tenggara Timur. Tujuh jenis ternak menunjukkan perkembangan populasi netto sebesar 1,87%, Kenaikan tertinggi di sumbangkan oleh kambing (3,85%) dan babi (3,37%), sedangkan pertumbuhan negatif disumbangkan oleh domba,perkembangan pengeluaran ternak, perdagangan antar pulau sapi sebagai ternak niaga utama mengalami penurunan sebesar 19,47%, sekalipunsecara agregat pengantar ternak besar mengalami pertumbuhan sebesar 7,94%. Akan hasil pemotongan ternak, secara agregat terjadi kenaikan sebesar 1,89%. Jika dibandingkarn antara pengantar pemotongan, terlihat bahwa pemotongan sapi mengalami lonjakan yang lebih besar daripada pengantarpulauannya, hal ini menunjukkan daya serap daging sapi untuk pasarlokal mengalami peningkatan
.E. PerkebunanUsaha tani tanaman perkebunana memiliki keunggulan tersendiri karena tahun produksinya yang panjang. Dalam kurun waktu 2004-2005, secara agregat terjadi pertambahan luas areal tanaman produktif sebesar 11,94%, dan pertambahan produksi sebesar 9,97%. Namun demikian, data menunjukkan bahwa terjadi sedikit penurunan luas panen untuk tanaman kopi, asam, dan lontar; tetapi untuk kopi dan asam, tidak diikuti dengan penurunan produksi. Penurunan produksi justru terjadi pada tanaman lain yakni kapuk dan tembakau.F. Pertambangan dan EnergiSub sektor pertambangan dan penggalian belum menjadi penyumbang dominan dalam pendapatan regional karena sejauh ini didominasioleh komoditas bernilai rendah yakni batu karang,sirtu, pasir, batu pecah, batu gelondongan, batu warna dan batu kapur untuk kebutuhan konstruksi lokal. Potensi 2,79% pada 2005. selaindeposit bernilai rendah, terdapat pula eksplorasinya panas bumi untuk pembangkit energi listrik di Flores, penambangan marmer di Timor dan penambangan biji besi di Sumba. BPS memperkirakan bahwa total ekspor NTT untuk batuan dan biji besi sekitar 43 ribu ton dengan nilai ekonomi 1,15 juta dolar Amerika.Eksplorasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik telah sampai pada tahapan implementasi, sehingga diyakini akan meningkatkan daya dorong sub sektor pertambangan terhadap peningkatan energi dan listrik. Kendala yang dihadapi usaha penambangan deposit marmer adalah tingginya investasi, dan risikonya serta lemahnya diplomasi sosial ekonomi antara masyarakat adat, pemerintah dan perusahaan penambang, mengakibatkan berhentinya dua buah tambang marmer di daratan Timor.