Tolong Jawab ya'Penyebab,jalannya perlawanan, akhir perlawanan Kerajaan Aceh jawabannya jangan asal asalan
erthaanggun 1Pada tanggal 22 maret 1873.komisaris belanda f.n niewan huysen menuntut agar Aceh mengaku kedaulatan pemerintah kolonial belanda 2. Jalannya Perang AcehBelanda merasa tidak puas terhadap hubungan antara Aceh dengan Konsul Italia dan Amerika Serikat di Singapura itu berusaha untuk mendapatkan keterangan dari Aceh tentang terjalinnya hubungan tersebut. Tetapi Aceh menolak untuk memberikan keterangan, akhirnya Belanda mengumumkan perang dengan Aceh. Kerajaan Aceh yang menyadari akan adanya bahaya dari Belanda itu mempergunakan siasat perang Gerilya. Perang Gerilya Aceh cukup berhasil karena didukung oleh keadaan alamnya. Pihak Belanda mendapat perlawanan yang seimbang. Begitu pula ketatanegaraan Aceh yang sulit dan tidak diketahui oleh Belanda, sangat membingungkan siasat perang Belanda.Pada tahun 1873, pasukan Belanda yang pertama dengan kekuatan 3800 orang dapat dibinasakan oleh pasukan rakyat Aceh. Jendral Kohler yang memimpin pasukan tersebut dapat di bunuh, sehingga serangan Belanda itu mengalami kegagalan.Kemudian menyusul pasukan Belanda dengan kekuatan 8000 orang di bawah pimpinan Jendral Van Swieten. Pasukan ini berhasil merebut Kotaraja. Setelah Istana jatuh ketangan Belanda, tidak lama kemudian Sultan Aceh wafat, namun semangat rakyat Aceh di bawah pimpinan Panglima Polim tetap tegar menentang kedatangan Belanda.Serangan – serangan Belanda sering membuahkan kemenangan. Belanda, dibawah pimpinan Jendral Van der Heyden, dapat merebut Aceh Besar pada tahun 1874. sejak itu pemerintahan militer diganti dengan pemerintahan sipil. Penggantian sistem pemerintahan ini bertujuan untuk menghentikan peperangan, karena Belanda berpendapat, perang akan dapat dihentikan dengan jalan mengadakan pembangunan. Namun rakyat Aceh tetap mengobarkan semangat perang sehingga perang semakin bertambah hebat.Pertempuran bertambah hebat. Kekejaman dan kezaliman akibat perang menimbulkan kebencian di kedua belah pihak. Para pemimpin agama Aceh menyerukan Perang Jihad fi Sabilillah (Perang Suci di jalan Allah).Pasukan Belanda tidak pernah mengadakan serangan secara besar-besaran. Pasukan Belanda hanya berkuasa di sekitar Kotaraja padahal Belanda telah berperang dengan rakyat Aceh selama 11 tahun.Seorang Panglima yang terkenal yaitu Teungku Umar, dengan siasat perang yang dimilikinya mengatakan bahwa Belanda tidak dapat dikalahkan tanpa perlengkapan senjata yang memadai. Oleh karena itu, Teungku Umar menyerah pada Belanda tahun 1893 dengan tujuan hanya untuk mendapatkan perlengkapan persenjataan. Setelah mendapatkan persenjataan, pada tahun 1896 ia meninggalkan tentara Belanda dan bersatu dengan pejuang rakyat, sehingga serangan-serangan peuang Aceh terhadap Belanda semakin berbahaya.Di pihak lain muncul perlawanan-perlawanan yang bersifat kagamaan dibawah pimpinan seorang ulama (Teungku), yaitu Teungku Cik Di Tiro. Golongan ini menentang kedatangan Belanda yang dianggap akan meyebarkan agama Kristen di Aceh. Di samping itu, mereka tidak mengenal kompromi atau mudah menyerah kepada Belanda, bahkan mereka berpendapat bahwa perang yang dilancarkan merupakan perang Jihad (perang suci didasarkan pada agama).Belanda yang sudah kewalahan menghadapi serangan-serangan Aceh, akhirnya mengirim Dr. Snouch Hurgronje untuk menyelidiki tata Negara Aceh. Dari penyelidikannya itu yang ditulis dengan judul De Atjehers (Dalam Bahasa Inggrisnya The Achnese) dapat diketahui letak kelemahan dan kunci rahasia, baik yang berhubungan dengan tata Negara, kepercayaan, adapt maupun siasat perang dan sebagainnya.
0 votes Thanks 3
NurEvelyneLase
penjelasan penyebab dan jalan perlawanannya secara singkat gimana tulis terpisah ya :)
1Pada tanggal 22 maret 1873.komisaris belanda f.n niewan huysen menuntut agar Aceh mengaku kedaulatan pemerintah kolonial belanda
2. Jalannya Perang AcehBelanda merasa tidak puas terhadap hubungan antara Aceh dengan Konsul Italia dan Amerika Serikat di Singapura itu berusaha untuk mendapatkan keterangan dari Aceh tentang terjalinnya hubungan tersebut. Tetapi Aceh menolak untuk memberikan keterangan, akhirnya Belanda mengumumkan perang dengan Aceh. Kerajaan Aceh yang menyadari akan adanya bahaya dari Belanda itu mempergunakan siasat perang Gerilya. Perang Gerilya Aceh cukup berhasil karena didukung oleh keadaan alamnya. Pihak Belanda mendapat perlawanan yang seimbang. Begitu pula ketatanegaraan Aceh yang sulit dan tidak diketahui oleh Belanda, sangat membingungkan siasat perang Belanda.Pada tahun 1873, pasukan Belanda yang pertama dengan kekuatan 3800 orang dapat dibinasakan oleh pasukan rakyat Aceh. Jendral Kohler yang memimpin pasukan tersebut dapat di bunuh, sehingga serangan Belanda itu mengalami kegagalan.Kemudian menyusul pasukan Belanda dengan kekuatan 8000 orang di bawah pimpinan Jendral Van Swieten. Pasukan ini berhasil merebut Kotaraja. Setelah Istana jatuh ketangan Belanda, tidak lama kemudian Sultan Aceh wafat, namun semangat rakyat Aceh di bawah pimpinan Panglima Polim tetap tegar menentang kedatangan Belanda.Serangan – serangan Belanda sering membuahkan kemenangan. Belanda, dibawah pimpinan Jendral Van der Heyden, dapat merebut Aceh Besar pada tahun 1874. sejak itu pemerintahan militer diganti dengan pemerintahan sipil. Penggantian sistem pemerintahan ini bertujuan untuk menghentikan peperangan, karena Belanda berpendapat, perang akan dapat dihentikan dengan jalan mengadakan pembangunan. Namun rakyat Aceh tetap mengobarkan semangat perang sehingga perang semakin bertambah hebat.Pertempuran bertambah hebat. Kekejaman dan kezaliman akibat perang menimbulkan kebencian di kedua belah pihak. Para pemimpin agama Aceh menyerukan Perang Jihad fi Sabilillah (Perang Suci di jalan Allah).Pasukan Belanda tidak pernah mengadakan serangan secara besar-besaran. Pasukan Belanda hanya berkuasa di sekitar Kotaraja padahal Belanda telah berperang dengan rakyat Aceh selama 11 tahun.Seorang Panglima yang terkenal yaitu Teungku Umar, dengan siasat perang yang dimilikinya mengatakan bahwa Belanda tidak dapat dikalahkan tanpa perlengkapan senjata yang memadai. Oleh karena itu, Teungku Umar menyerah pada Belanda tahun 1893 dengan tujuan hanya untuk mendapatkan perlengkapan persenjataan. Setelah mendapatkan persenjataan, pada tahun 1896 ia meninggalkan tentara Belanda dan bersatu dengan pejuang rakyat, sehingga serangan-serangan peuang Aceh terhadap Belanda semakin berbahaya.Di pihak lain muncul perlawanan-perlawanan yang bersifat kagamaan dibawah pimpinan seorang ulama (Teungku), yaitu Teungku Cik Di Tiro. Golongan ini menentang kedatangan Belanda yang dianggap akan meyebarkan agama Kristen di Aceh. Di samping itu, mereka tidak mengenal kompromi atau mudah menyerah kepada Belanda, bahkan mereka berpendapat bahwa perang yang dilancarkan merupakan perang Jihad (perang suci didasarkan pada agama).Belanda yang sudah kewalahan menghadapi serangan-serangan Aceh, akhirnya mengirim Dr. Snouch Hurgronje untuk menyelidiki tata Negara Aceh. Dari penyelidikannya itu yang ditulis dengan judul De Atjehers (Dalam Bahasa Inggrisnya The Achnese) dapat diketahui letak kelemahan dan kunci rahasia, baik yang berhubungan dengan tata Negara, kepercayaan, adapt maupun siasat perang dan sebagainnya.